Sherin sudah mendapat ID card sebegai tanda ia adalah pegawai di kantor Citra Jaya. Sherin berjalan di lobby kantor menuju ruangan HRD yang kemarin ia datangi. Ruangan HRD itu berada di lantai dua.
Setelah sampai di depan pintu yang bertuliskan 'Andra Jifura, HRD', Sherin mengetuk pintu beberapa kali lalu pintu pun terbuka dengan sendirinya.
Sherin masuk ke dalam lalu mencari pria yang kemarin ia temui. Tapi di dalam ruangan itu hanya ada seorang wanita yang sedang duduk di bangku yang biasanya diduduki oleh Andra Jifura. Wanita itu adalah asisten Jura. Wanita itu tersenyum ramah pada Sherin yang mulai duduk di hadapannya.
"Oh...ternyata Sherin. Kamu yang kemarin datangkan?" tanya Rini yang sedang meletakan sebuah box ke laci meja.
"Iya, Bu. Pak Jura ke mana Bu?" tanya Sherin ramah.
"Tadi dia pergi untuk memfoto copy dokumen. Oh ya, saya baru ingat, saya belum kasih tahu ruang kerja kamu. Saya akan panggilkan Hendry kemari ya," kata Rini dengan senyum ramahnya.
Rini menghubungi orang yang ia maksud. Setelah berbicara, beberapa saat kemudian ia sudah menutup telepon.
"Boleh bertanya, Bu?" tanya Sherin ragu-ragu.
"Tanyakanlah," jawab Rini masih dengan wajah ramahnya.
"Apakah di sini gak ada apel masuk kerja? Soalnya saya gak lihat ada orang yang apel di lobby," tanya Sherin.
"Hahaha, Sherin. Di sini gak ada namanya apel kerja. Kamu kan udah dikasih ID card, nah itulah yang dipakai untuk absensi. Kalau jam 8.00 kamu belum masukkan ID cardmu, berarti kamu terhitung gak masuk kerja. Nah, setiap scanner ID card itu dibagi atas pekerjaannya. Tadi lihat kan ada banyak scanner yang berjejer di lobby?" jawab Rini menjelaskan.
"Sesuai pekerjaannya? Maksudnya gimana?" Sherin bingung.
"Misalkan manager, sekretaris, asisten, dan bendahara, mereka pakai scanner yang sama. OB, OG, pokoknya pekerja kebersihan, mereka pakai scanner yang sama, dan karyawan juga ada scannernya sendiri." Rini menjelaskan dengan sabar.
Ketika mereka berdua sedang berbincang- bincang, pintu diketuk dari luar, dan suara seorang pria terdengar meminta izin untuk masuk. Rini mengambil sebuah remot kecil dan menekan salah satu tombol, lalu pintu pun terbuka. Canggih sekali pikir Sherin.
Seorang pria mengenakan kemeja panjang dengan dasi terpasang di lehernya terlihat tersenyum pada Sherin. Pria itu memiliki wajah tampan, tubuh yang tinggi, mungkin kira-kira 178 cm. Pria itu juga memiliki kulit sangat putih, rambut pirang, hidung mancung, dan lensa mata berwarna coklat keabu-abuan. Terlihat mirip seperti seorang bule.
"Dia adalah pegawai yang udah kerja selama dua tahun di sini," kata Rini sambil menunjuk Hendry. "Hendry, ini Sherin, tolong ajak dia keliling kantor terus tunjukan ruang kerjanya ya," lanjutnya.
Hendry mengangguk lalu mengajak Sherin untuk ikut dengan nya.
* * * *
Sherin dan Hendry berkeliling gedung kantor Citra Jaya. Mereka berjalan di dalam gedung Citra Jaya yang memiliki dua belas lantai. Sherin takjub melihat kemewahan kantor itu, semuanya tertata rapi.
Ia melihat semua perabotan yang berada di setiap ruangan kerja para karyawan begitu berkelas. Ia berpikir, perabotan dan ruangan karyawan biasa saja sudah sangat mewah, apalagi di ruangan bosnya. Sampai pada akhirnya mereka kembali ke lantai empat. Di lantai empat itulah tempat Sherin melaksanakan semua pekerjaannya.
"Ini ruangan kita. Di sini cuma ada delapan karyawan," kata Hendry menjelaskan.
"Owh..jadi di lantai empat ini khusus untuk pekerjaan yang nulis surat untuk dikirim ke perusahaan luar negeri dan pekerja penerjemah bahasa," kata Sherin mencoba menebak.
"Iya, memang agak aneh sih penyusunan kerja di Citra Jaya. Tapi berkat keanehan itu, perusahaan ini malah jadi lebih maju," kata Hendry sambil tertawa.
"Di lantai sebelas adalah lantai ruangan para bos. Nah lantai dua belas itu adalah lantai serba guna yang biasanya dipakai kalau ada acara besar atau pesta," kata Hendry lagi.
"Tadi di lantai sebelas aku lihat ada ruangan yang pintunya beda sendiri, itu ruangan apa?" tanya Sherin penasaran.
"Oh itu, itu ruangannya bos besar. Ruangan itu yang paling mewah dan besar dari pada ruangan lainnya. Dia itu pemilik perusahaan ini. Kalau aku jadi dia aku pasti diem di rumah sambil uncang-uncang kaki nunggu duit datang sendiri. Tapi dia malah milih ikut campur tangan sama perusahaan ini. Tiap hari dia masuk ke kantor, ya dia jadi CEO," kata Hendry menjelaskan.
"Yang punya laki-laki apa perempuan?" tanya Sherin penasaran.
"Sebenarnya punya ibunya, tapi udah pindah tangan ke anak laki-lakinya. Tapi kamu harus sabar hadapin bos itu. Dia suka marah-marah, semua pekerjaannya harus perfect. Oh ya satu lagi, kami semua sering gosipin bos itu." Hendry tertawa di akhir ucapannya.
"Kenapa?" tanya Sherin penasaran.
"Dia itu gak pernah suka sama perempuan, makanya kami sering gosipin dia itu gay. Kakaknya sendiri yang bocorin kalau dia itu belum pernah suka sama perempuan," kata Hendry sambil terus tertawa.
"Iih..kalau gitu kamu harus hati-hati dong, nanti diembat sama dia," kata Sherin sambil bergidik ngeri dan jijik.
Setelah berbicara soal kantor,merekapun mulai berbicara soal hal-hal tentang diri mereka sendiri.
"Oh ya, kita belum kenalan. Namaku Dhil Hendry, aku tinggal di apartemen dekat daerah sini. Aku lahir di California, tapi besar di Indonesia. Umurku 26 tahun, kuliah di Universitas Indonesia jurusan bahasa Jepang." Hendry memperkenalkan diri dan identitas singkatnya.
"Namaku Sherin Fajriana. Biasa di panggil Sherin atau Rin aja. Aku tinggal di perumahan gang 10 jalan Ciranu Indah. Aku lahir di Bandung dan besar di sana. Aku juga kuliah di Universitas Indonesia jurusan bahasa Mandarin. Umurku 23 tahun," kata Sherin memperkenalkan dirinya juga.
"Wah....selain bahasa Mandarin apa lagi bahasa yang kamu bisa?" tanya Hendry berusaha mengenal Sherin lebih dekat.
"Inggris, Jawa, Sunda, Betawi, sama bahasa hati," jawab Sherin sambil tertawa.
"Wah kebetulan banget aku juga bisa bahasa hati, gimana kalau kita bicara dari hati ke hati?" canda Hendry.
"Iiih, apaan sih kamu." Sherin tertawa dengan lantang.
Sherin merasa bahwa Hendry bisa menjadi teman yang baik untuknya. Lagi pula ia merasa senang bisa berteman dengan orang bule. Walaupun wajah Hendry tidak terlalu pekat bulenya, tapi tetap saja ras baratnya terlihat jelas diwajah tampan itu.
"Oh ya, kok di sini cuma ada kita berdua? Yang lain gak kerja ya?" tanya Sherin ketika melihat tidak ada orang lain selain mereka di ruangan itu.
"Sebenarnya ada, tapi aku rasa mereka ada urusan. Oh ya, nanti aku kenalin temen-temenku ya. Di sini aku punya dua temen perempuan namanya Dita sama Filly. Mereka itu baik dan ramah, kamu pasti seneng kalau temenan sama mereka," kata Hendry dengan semangat.
"Kok perempuan, memangnya kamu gak ada teman laki-laki?" tanya Sherin.
"Punya sih, tapi gak terlalu akrab kayak aku sama Dita juga Filly. Mungkin temen laki-laki itu pada iri sama aku karena aku punya wajah yang ganteng banget," jawab Hendry penuh percaya diri.
Sherin dan Hendry berbincang-bincang dengan sesekali tertawa. Hendry adalah orang yang humoris dan menyenangkan. Jika wanita lain berada di posisi Sherin, pasti wanita itu sudah meleleh karena terpesona oleh Hendry.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Isma Aji
lanjut Thor
2021-12-15
1
Faizah Putri
Waw
2020-10-15
1
Violla
semangat..
2020-09-23
1