Pagi yang cerah, di kantor Citra Jaya, semua orang sedang bersiap-siap untuk memulai pekerjaannya. Di salah satu ruangan di lantai empat, Sherin sedang berbicara dengan Hendry. Ia menanyakan tentang pekerjaan apa yang harus ia lakukan. Hendry dengan sabar mengajari dan memberitahu semua sistem dan peraturan di Citra Jaya.
Ternyata semua karyawan bisa langsung berhubungan dengan CEO di ruangannya. CEO Citra Jaya memang selalu memanggil karyawannya langsung ke ruangan, tanpa harus lewat sekretaris atau asistennya. Di setiap meja karyawan selalu ada telepon duduk. Jika sang bos ingin memanggil karyawan itu, si bos akan menelepon karyawan tersebut melalui telepon duduk.
Entah bagaimana caranya si bos itu bisa membedakan nomor telepon karyawan Citra Jaya secara satu persatu, sedang di Citra Jaya sendiri ada ratusan karyawan. Sampai sekarang pertanyaan itu masih selalu terbenak di pikiran para karyawan, dan yang mengetahui jawabannya tentu hanya si bos itu sendiri.
"Memangnya seperti apa sih si bos itu?" tanya Sherin penasaran.
"Ya dia ganteng, pokoknya semua perempuan yang lihat dia pasti langsung klepek-klepek. Apalagi dia memang mirip oppa-oppa artis Korea. Atau bisa dibilang orang terganteng mungkin. Aku sih ngakuin memang gantengan dia, dan tinggian dia," kata Hendry lalu terkekeh.
"Kamu sih, jadi bule kok pendek. Biasanya bule tingginya 180 cm ke atas," kata Sherin dengan maksud bercanda.
"Ya karna papahku orang Indonesia, dia punya badan yang bisa dibilang gak tinggi. Karna anak lebih identik ikut ayahnya, ya jadi aku pendek. Tapi untuk ukuran orang Indonesia aku tinggikan?" kata Hendry.
"Oh ya, aku penasaran nih sama bos kita itu. Kata kamu dia tiap hari ke kantor, tapi kenapa kemarin gak kelihatan?" tanya Sherin.
"Kemaren dia memang gak datang ke kantor. Biasanya dalam seminggu, ada dua hari dia gak datang. Lagian kalau datang pun pasti sampai ke kantor agak siangan, terkecuali ada meeting atau urusan penting yang ngeharusin dia berangkat pagi," kata Hendry menjelaskan.
"Hei kalian berdua malah ngobrol aja. Tolong aku dong, dari tadi ngetik ini gak selesai-selesai," kata Filly yang duduk di kursi menghadap komputer.
Sepertinya Filly memang memerlukan bantuan. Wajahnya kelihatan kusut dan terlihat kurang tidur. Hendry dan Sherin yang sedari duduk berhadapan di meja langsung menghampiri Filly. Sherin memijat bahu Filly sedangkan Hendry melihat kertas yang menumpuk di dekat lengan Filly.
"Kerjaan kamu banyak banget," kata Hendry sambil menggelengkan kepala.
"Iya, sampe kerjaan ini aku bawa pulang ke rumah. Tadi malem aku begadang sampe jam tiga pagi. Sekarang kepalaku mau pecah, terus ngantuk berat nih." Filly mengeluh lalu menguap.
"Bu Sifa harus tanggung jawab nih. Memangnya terjemahin ke bahasa Prancis gampang apa. Walau aku bisa bahasa Prancis, tapi kalau bahasa perkantoran kepalaku juga pusing kali." Filly mengomel sendiri.
"Bu Sifa siapa?" tanya Sherin yang masih belum tahu nama atasan-atasannya.
"Bu Sifa itu sekretarisnya si bos besar itu," jawab Filly sambil menengadah melihat ke arah Sherin yang berdiri di belakangnya.
"Rin, bisa minta tolong gak? tolong print ini dong. Printer di ruangan kita lagi di servis," pinta Filly pada Sherin.
"Hmm Oke, tapi di mana? Aku kan baru di sini," tanya Sherin.
"Sebenarnya di setiap ruangan, di setiap lantai ada printer, tapi gak enak deh, malu. Jadi print kan ini di lobby aja deh. Di deket tempat scanner ada ruangan khusus untuk photo copy sama ngeprint," kata Filly sambil memberikan flashdisk berwarna merah.
"Buka file tulisannya 'kerjaan Filly dari bu Sifa', terus buka lagi yang aku tulis keterangan tanggal 1 Maret," kata Filly lagi.
Sherin memberi tanda ok dengan jari telunjuk dan jempolnya. Setelah itu ia bergegas keluar dari ruangan mereka. Sherin keluar dari lift ketika ia sudah berada di lantai dasar. Ia mencari ruangan yang dimaksud Filly tadi.
Setelah menemukan rungan yang di atas pintunya bertuliskan 'Print and photo copy', Sherin masuk dan mulai mengerjakan permintaan Filly.
Beberapa menit kemudian, Sherin keluar dari ruangan itu dengan beberapa kertas di tangannya. Sherin berjalan menuju lift, tapi matanya menangkap sosok pria berjas hitam yang berjalan dari pintu masuk utama kantor.
Pria itu berjalan dengan gagah dan langkah kakinya lebar. Rambutnya hitam, bola matanya hitam kecoklatan, tubuhnya tinggi dan berkulit putih. Pria itu sangatlah tampan. Resepsionis memberi hormat dengan membungkukkan badan.
Sherin langsung dapat menebak bahwa pria itulah pemilik sekaligus CEO Citra Jaya. Memang pantas ia dijadikan pemimpin dan pemilik Citra Jaya, pria itu memiliki pesona dan karisma yang sangat kuat.
Kekaguman terhadap pria itu langsung luntur ketika Sherin ingat wajah pria itu. Sherin langsung menutup mulutnya dengan satu tangan. Ia sangat terkejut, ternyata memang benar pria itu sangat mirip dengan Calvin si sopir bajaj.
Mata, kulit, rahang dan segalanya sangat mirip. Hanya saja Calvin berpakaian kucel dan penuh keringat sedangkan pria ini berpakaian rapi dan terlihat sangat berwibawa.
Pikirannya tidak hanya sampai di situ, Sherin juga berpikir apakah Calvin benar-benar mengadukannya pada adik kembarnya ini? Jika benar, maka tamatlah riwayat hidupnya. Dengan terburu-buru Sherin masuk ke dalam lift menuju lantai empat.
Sesampainya Sherin di ruangan kerjanya, ia langsung memberikan kertas dan juga flashdisk pada Filly. Ia memilih langsung duduk di tempat duduknya sambil menghadap komputer.
Jantungnya berdetak dengan sangat kuat. Ia benar-benar takut kalau Calvin sudah menceritakan tentangnya lalu adiknya yang kaya itu langsung memerintahkan anak buahnya mencari tahu seluruh identitas dan riwayat hidupnya secara rinci dalam satu malam, setelah itu hidupnya tidak akan tenang seperti di novel-novel yang ia pernah baca.
Hendry menyadari perubahan wajah Sherin yang menjadi ketakutan. Hendry pun berjalan menghampiri meja Sherin.
"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Hendry dengan perhatian.
"Enggak kok, gak ada masalah apa-apa," jawab Sherin sambil tersenyum kaku.
"Ya udah kalau gitu. Aku mau bantuin Filly dulu ya," kata Hendry sambil berjalan kembali ke meja Filly.
Di saat Sherin mulai merasa tenang, Dita dengan tiba-tiba masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu.
"Dari mana aja kamu, Dita?" tanya Filly ketika mengetahui Dita sudah kembali.
"Dari ruangan Pak Daniel, dia minta bantuan terjemahin bahasa ke bahasa Prancis," jawab Dita santai. "Eh iya aku lupa, si Sherin udah datang belum?" tanya Dita.
"Udah dari tadi kali. Tuh, dia lagi ada masalah kayaknya," jawab Filly sambil menunjuk Sherin yang sedang memijat keningnya.
"Rin," panggil Dita.
Sherin menegakkan badannya dan melihat ke sumber suara. "Ya, ada apa?"
"Tadi aku dikasih tau sama Pak Daniel, kamu disuruh ke ruangan CEO. Katanya Pak Ralvin minta kamu menghadap," kata Dita dengan santai tanpa tahu suasana hati Sherin yang sebenarnya.
Deg..jantung Sherin langsung berdetak kencang. "Mati aku ...." Sherin memejamkan mata sambil memukul keningnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
FitriYani🌞
wah, beneran adiknya sopir bajaj 🤭😅
2020-09-15
1
cumabisanana
Xixixi wkwkwkk🤣🤣🤣
2020-09-04
1