ASKARA
Bab 1. Menemukan
Hari ini tubuhku lelah sekali. Banyak hal yang ku lakukan di kampus. Makhlumlah aku mahasiswa semester akhir di sebuah Universitas Negeri di kota J. Hari ini selepas bimbingan tugas akhir, aku langsung ke perpustakaan untuk menyelesaikan revisian dari dosen pembimbing.
Namaku Rana Revilla. Biasa dipanggil Rana atau Nana. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku mempunyai adik laki-laki yang bernama Alvino. Kita selalu berantem, tapi aku sangat menyayanginya. Ayahku bernama Bayu. Sosok malaikat yang sangat aku sayangi yang selalu melakukan terbaik untuk keluarga. Ibuku bernama Vani. Malaikat tanpa sayap yang menyayangiku setulus hati. Ah... Aku sangat merindukan mereka. Ya... Aku memang tidak tinggal bersama keluargaku karena aku berkuliah di kota J sedangkan kampung halamanku di kota S.
Aku tinggal di kontrakan bersama sahabatku Rena selama kuliah ini. Aku bertemu dengannya saat masa OSPEK. Dia itu ramah, bawel, dan jail. Dia juga suka ceplas-ceplos kalo ngomong tapi aku suka karena dia apa adanya dan tidak suka berpura-pura. Kami sangat dekat kebetulan kami juga berasal dari kota yang sama.
Triring..... Triring......
Aku membuka mataku saat mendengar alarm berbunyi pukul 04.00 wib. Aku bangun dengan sedikit malas karena merasakan badanku pegal sekali. Aku menghampiri Rena yang masih setia di alam mimpi tanpa terusik sedikitpun dengan suara alarm.
"Ren... Rena, ayo bangun! Udah subuh ini. Sholat dulu yuk? " kataku sambil mengguncang pelan badannya.
"ehhh... Apa sih Na? Masih ngantuk ah!" jawabnya hanya menggeliat.
"Oke, kalo gak mau bangun terserah ya, nanti ku bilang sama ayahmu kalo kamu males-malesan disini. Uh, aku pengen lihat gimana ya kalo ayahmu tahu kalo kamu disini males-malesan?" kataku sambil menahan tawa saat melihat Rena bergegas lari ke kamar mandi.
"Dasar Rena!" gumamku.
Selesai melaksanakan kewajiban, kami bergegas membersihkan rumah. Hari ini jadwalku memasak, sedangkan si bawel Rena membersihkan rumah. Sayup-sayup terdengar suara tangisan bayi. Aku mencoba tak menghiraukannya. Tapi lama kelamaan suaranya semakin terdengar jelas.
"Ren, denger sesuatu gak?" kataku menhampiri Rena yang sedang membersihkan tempat tidur.
"Apaan Na? Aku gak denger apa-apa. " sahutnya cuek.
"iih, beneran deh. Coba dengerin dulu. Tadi aku ada denger suara bayi gitu Ren."
"Eh.. Eh, bentar Na." kata Rena sambil berjalan mendekati pintu. Perlahan aku mengikutinya dari belakang. Dibukanya pintu pelan-pelan. Dan..
"Astagfirullah....!!!" teriak Rena membuat ku kaget karena aku masih dibelakang belum melihat apapun.
"Kenapa Ren? " tanyaku. "Astagfirullah.. Ren... Ren.. Ituu..Ituu... Ba.. Bayi si.. siapa Ren? Ucapku tergagap.
Reflek Rena mengambil bayi tersebut dan membawanya masuk mencoba menenangkannya. Kami masih syok dengan hal tersebut.
"Ya Allah siapa yang tega naroh bayi disini?" Ucap Rena sambil mengelus pipi bayi tersebut.
"Ren, kita harus gimana? Tega sekali orang tuanya. Kasihan kamu, kamu pasti kedinginan ya tadi." Ucapku iba melihatnya. Dia sudah mulai tenang dan terlelap di gendongan Rena.
"Na, coba kamu gendong dia dulu. Aku mau cek keluar bentar, siapa tahu orangnya belum jauh." Ucap Rena sambil menyerahkan bayi itu kepada ku. Dia berjalan keluar mencoba mencari orang yang meletakkan bayi di teras kontrakan kami.
Aku hanya menatapnya. Ku tatap setiap inchi wajah polos nan lucu itu. Wajahnya tampan dan tenang saat tidur. Tak terasa aku meneteskan air mata. Aku kaget ketika tangan Rena menyentuhku.
"kenapa?" kata Rena sambil membawa sepucuk surat dan sebuah liontin.
"Gak papa Ren. Cuma aku gak habis pikir aja, ada gitu orang tua yang tega ninggalin anakanya di teras rumah orang. Gimana ada petunjuk gk?" tanyaku pada Rena.
"Ada nih. Aku nemu surat sama liontin di kerajang bayi tadi. Aku udah cari sampe ke depan gang tapi gak ada yang mencurigakan Na" Jawabnya sambil menunjukkannya padaku.
"Coba sini liat". Aku menepuk kasur agar Rena duduk di sebelahku. Perlahan kami membuka surat tersebut. Membacanya dengan seksama dan meresapi makna dari setiap kata yang tertulis disana.
Isi surat.
"Ku mohon, jaga dia dan sayangi dia. Aku tak bisa menjaganya. Aku menyayanginya tapi keadaan memaksaku untuk jauh darinya."
Aku dan Rena hanya saling pandang ketika selesai membaca surat tersebut.
"Gila nih orang! Emang dia siapa nyuruh kita jaga anaknya? Seenaknya aja. Dia yang punya anak masa kita yang harus jaga!" katanya sambil mondar mandir gk jelas di depanku. Mulut bawelnya mulai ngomong gak jelas. Aku hanya geleng-geleng melihatnya seperti itu.
"Terus kita harus gimana ren?". Aku hanya melihat Rena, menunggu jawabannya. Dia memijat pelipisnya, memikirkan sesuatu.
"Gak.. Gak bisa. Kita harus bawa dia ke pak RT. Kita lapor kalo kita nemu bayi". Katanya.
"Tapi nanti kalo pak Rt tanya-tanya gimana? Jawabku.
"Ya, kita jawab sesuai fakta lah kita tunjukin surat sama liontin ini lah".
Aku hanya mengangguk mendengar jawaban Rena. Dia menyuruhku menjaga bayi itu sedangkan dia melanjutkan memasak karena si bayi sudah nyaman dalam pelukanku. Aku memandangi wajah polosnya. Senyum terukir di bibirku kala ku lihat matanya mulai terbuka. Matanya menerjab menyesuaikan cahaya. Ku sentuh pipinya, mulutnya bergerak seperti mencari sesuatu.
"Kamu kenapa? Haus yaa. Haduh gimana ya? Jam segini mana ada minimarket yang buka!. Kataku saat ku lihat ke arah jam dinding. Masih pukul 06.00 wib. Minimarket sebrang jalan buka sekitar pukul 07.30 wib. Aku menghampiri Rena di dapur.
"Ren, dia haus kayaknya. Gimana nih, mau kasih susu tapi minimarket belom buka jam segini?"
"Itu Na, coba lihat di kerajang. Tadi sekilas aku lihat ada plastik siapa tau isinya susu." Aku berjalan menuju ruang depan. Mengambil pastik yang ada di kerajang dan membukannya.
"Alhamdulillah, ada susunya. Bentar ya dibikinin dulu" kataku sambil berjalan ke dapur.
"Ren, minta tolong buating susunya dulu ya?" Kataku sambil menyerahkan plastik tadi. Rena langsung mengambil dan membuatkan susu.
"Nih... susunya!" Rena menyerahkankan botol padaku.
"Uh, thank you aunty cantik." Kataku mengambil botol dari tangannya. Dia langsung ke dapur melanjutkan masaknya.
Ku berikan susu pada si bayi. Dia menyedot dengan kuat. Sepertinya dia memang kehausan. entah berapa lama di belum minum. Ku elus lagi pipinya yang masih merah, menatapnya iba. Entah kenapa ada rasa sakit dalam hatiku melihatnya. Masih tak terpikirkan olehku, kenapa ada orangtua yang tega membuang anak selucu ini, padahal banyak diluar sana yang mengharapkan seorang anak. Tak terasa air mataku menetes, ku usap air mataku. Ku lihat dia tertidur lelap dalam pelukanku dan perlahan melepas botol susunya. Ku peluk dan ku ciumi pipi merahnya. Ku letakkan pelan-pelan di kasurku. Lalu menyusul Rena ke dapur melanjutka pekerjaan yang tadi sempat tertunda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
YuliaBilqis
Hadir ....
2021-05-25
0
Santi
Rana alias Nana
temennya Rena
hampir aja kebolak balik😅
2021-04-25
0
###
Ini nama Tokoh nya kok Rena semua sih Thor? Bingung😂
2021-01-22
4