Selesai makan Rena menghampiriku. Dia menepuk bahuku, membuyarkan lamunanku.
"Hoii, Na. Ngapain? Mikirin Ale ya? Udah sih kalo kangen telfon aja gak usah gensi" Perintahnya.
"Apasih. Ngaco aja. Siapa yang kangen sih" Sanggahku.
"Halah, kamu mah gitu Na. Jujur sama hati kamu. Kalo sayang ma sayang aja gak usah ngelak gitu. Menurutku Ale tuh sayang juga sama kamu Na, tapi kamunya cuek kayak gitu. Liat aja dia perhatian banget sama kamu Na. Inget gak dulu kamu sakit? Dia yang paling panik Na. Dia nungguin kamu semaleman. Aku aja malah disuruh pulang sama Danish"
"Udah deh Ren, stop oke. Sekarang aku mau makan dulu. Gantian kamu jaga nih bayi. Aku laper dari tadi belom makan. Habis itu aku mau bahas sesuatu sama kamu" Ucapku sambil berjalan ke ruang makan.
"Huh, dasar si Nana. Tar kalo diambil orang baru tau rasa. Nyesel deh" Ucapnya kesal.
Setelah selesai makan, langsung ku langkahkan kakiku menuju ruang tamu. Ku lihat Rena sedang asyik bermain dengan si bayi. Walau awalnya Rena keberatan merawatnya tapi sebenarnya dia juga tidak tega jika dia diserahkan ke panti asuhan.
"Ren, tadi aku belanja ke tukang sayur. Terus ibu-ibu pada nanya nama si dedek. Aku baru inget kalo si dedek belum ada nama. Gimana kalo kita kasih nama dia?" Jelasku padanya.
"Eh.. iya ya. Astaga kenapa bisa kita selupa itu Na, padahal dia udah hampir seminggu sama kita loh." jawabnya.
"Makanya itu. Gimana? Kamu punya usul gak?" Tanyaku.
"Haduh. Gak ada lah. Kalopun ada itu buat anakku nanti. Tapi masih lama sih hahaha." Candanya.
"Yaelah. Tuh Danish kasih kepastian biar cepet nikah, punya anak deh hahaha" Jawabku sengaja membuatnya kesal.
"Udah si jangan bahas Danish, kita kan mau nyari nama buat dia" Sanggahnya.
"Iya... iya gk usah cemberut gitu dong. Yaudah gimana ada usulan nama gak?" Tanyaku. Rena sedang berfikir begitupula aku. Setengah jam kami berdiam dan berfikir. Tiba-tiba Rena bersuara.
"Gimana kalo kita kasih nama Zayn aja? Kaya idola aku si Zayn Malik, gimana?" Ucapanya sambil menaikturunkan alisnya.
"Ih gak ah. Nama pasaran gitu kok" Jawabku. Kami mulai berfikir lagi.
"Gimana kalo Ezra aja?"
"Apaan Ezra, kayak nama pemain sepak bola idolanya si Vino itu kan? Gak ah. Gak setuju"
Satu jam berlalu kami masih meributkan nama untuk si bayi tapi tak kunjung menemukan kesepakatan diantara kita. Akhirnya kami memutuskan untuk menunda pemberian nama.
"Udah gini aja, mending kita cari referensi nama dulu kita list habis itu kita diskusiin lagi. Gimana?" saranku.
"Aelah mau ngasih nama aja susah banget sih. Udah pake nama yang tadi ajalah?"
"Enggak. Pokoknya kaya yang aku bilang barusan titik" Kataku final. Seketika hening tercipta diantara kami. Si bayi masih nyaman dengan tidurnya. Entah apa yang dia impikan dalam tidurnya. Sesekali kulihat dia tersenyum. Damai sekali, dengan wajah polos yang selalu membuatku gemas.
Seakan lupa dengan perdebatan kami tadi. Kami sibuk dengan lamunan masing-masing. Entah apa yang kami pikirkan. Tiba-tiba si bayi menangis. Kami tersadar dari lamunan langsung menghampirinya. Ku gendong dia mencoba menenangkannya.
"Uh, sayang udah bangun ya. Kenapa nangis? Haus ya? Bentar ya dibuatin minum dulu"
"Ren, gendong dia dulu ya aku mau buatin susu dulu" Ucapku menyerahkan si dedek ke Rena.
Setelah selesai membuat susu, langsung kuberikan pada si dedek. Benar dia kehausan. Dia menyedot dengan kuat. Tak terasa sudah sore, waktunya si dedek mandi. Dia selalu mandi denganku, karena Rena bilang dia belum berani memandikan bayi. Sebenarnya aku juga takut, tapi setelah diajari oleh bu Rt pelan-pelan aku memberanikan diri untuk mencoba memandikannya. Bu Rt selalu memberikan kami nasehat tentang mengasuh dan merawat bayi. Dan aku sangat suka momen seperti ini, memandikan si dedek. Dia senang sekali ketika mandi, mungkin dia merasakan badannya segar. Dia memang tidak rewel.
"Na, sini aku aja yang pakein bajunya. Kamu sholat sana gih" Kata Rena.
"Tumben. Udah berani sekarang? Oh aku tau, kamu lagi belajar kan biar nanti kalo udah nikah sama Danish udah ahli. Hahaha" Jawabku sambil mengejeknya.
"Apaan sih. Bisa gak, gak udah bawa bawa si Danish. Ya kan aku mau bantuin kamu Na. Kita kan udah diamanahi untuk jaga dan rawat dia, jadi aku harus mulai belajar dong. Masak semuanya kamu yang kerjain sih" Jelasnya.
"Uluh, baik banget sih. Sahabatnya siapa sih ini" Ucapku sambil menoel pipi Rena. "Ya udah nih. Hati-hati ya, bajunya udah aku siapin di kamar Ren" Ucapku sambil melangkah menuju kamar mandi. Selesai melaksanakan kewajibanku, aku kembali ke kamar. Kulihat Rena dengan hati-hati memakaikan kaos kaki padanya. Dia terlihat sangat tampan dan wangi. Rena memberikannya padaku, karena ku tahu Rena sudah kegerahan dan ingin cepat mandi.
Malampun tiba, selesai melaksanakan kewajiban kami kembali berdikusi. Si bayi? Tenang dia udah masuk ke alam mimpinya. Aku duduk disamping Rena. Dia sedang melamun memikirkan sesuatu.
"Kenapa Ren?" Kataku membuyarkan lamunannya.
"Eh... hah. Apa Na?" Jawabnya kaget.
"Ye ngelamun dia. Kenapa Ren?"
"Enggak papa Na. Yuk cepetan. Udah ngantuk nih kasiha juga si dedek kalo kelamaan ditinggal sendirian di kamar"
"Iya. Nama sini list yang kamu buat" Rena menyerahkankan selembar kertas padaku.
"Na...Na ketimbang ngasih nama aja ribet banget sih"
"Gak boleh gitu Ren. Walaupun dia bukan anak kita tapi dia udah jadi bagian dari kita termasuk ngasih dia nama Ren. Kamu tahu kan kalo nama itu adalah doa" Jelas ku padanya. Dia hanya mengangguk mengerti.
Kita mulai memilih nama untuk si dedek. Berbeda dengan siang tadi yang penuh perdebatan. Kali ini benar-benar kiami memilih dan memperhatikan tiap tulisan dengan cermat. Sampai tiba-tiba kami menunjuk satu nama yang membuat kami tersenyum bersama. ASKARA. Ya, itulah nama yang kami tunjuk bersama. Askara yang berarti cahaya. Dia memang seperti cahaya yang menyinari hidup kami. Hadirnya dia sekarang membuat kami banyak belajar tentang kehidupan. Tidak pernah kami bayangkan sebelumnya kami akan mengasuh seorang bayi. Bayi yang kami temukan di teras rumah kontrakan kami. Bayi kecil, polos yang butuh kehangatan dan kasih sayang dari kami.
"Kamu setuju dengan nama ini Ren?" Tanyaku padanya.
"Yup. Aku setuju Na. Dan sekarang kita manggil dia baby Aska" Jawabnya sambil tersenyum senang. "Eh, bentar deh Na. Aku inget sesuatu" Katanya sambil melangkah pergi. Aku tetap diam di posisi tadi sambil memperhatikan Rena. Selang beberapa menit dia datang dengan sebuah liontin ditangannya.
"Aku inget Na. Kalo di liotin ini ada namanya" Katanya menjawab kebingunganku. Ku ambil liotin itu dari tangan Rena.
"Mahardika?" Ucapku membaca tulisan pada liotin itu.
"Gimana kalo kita kasih nama itu dibelakang nama yang kita pilih tadi?" Kata si Rena. Aku diam sebentar dan berfikir.
"Askara Mahardika? Oke aku setuju. Jadi Nama dia Askara Mahardika" Kata ku.
Setelah mencapai keputusan, kami mengakhiri diskusi. Kami senang telah memiliki nama yang cocok untuk si dedek. Askara Mahardika. Ya, aku, Rena dan Aska akan memulai lembaran hidup baru.
Jangan lupa like, comment dan vote kakak. Terima kasi sudah membaca
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Zhree
like
2020-08-28
3
HeniNurr (IG_heninurr88)
Bereeesss...daq q like smw partnya...& q rate 5 jg....dtgu up slnjutnya😉
Jgn lupa feedback lg y...Makasih😙
2020-08-23
1