Semenjak pulang dari rumah pak Rt, si bayi selalu dalam pengawasanku dan Rena. Walaupun awalnya berat tapi kami mencoba untuk melakukan yang terbaik. Kami melakukan hal-hal baru yang tidak pernah kami sangka. Kami bergantian menjaga si bayi.
Hari ini jadwal Rena pergi ke kampus dan si bayi di rumah bersamaku. Dari ke hari ku lihat dia semakin lucu dan tampan. Pipinya mulai gembul memuat gemas.
"Halo sayang. Uh.. udah bangun ya? Kataku sambil mengendongnya. Ku bawa dia ke ruang tamu. Seminggu bersamanya aku semakin menyayanginya. Sekarang dia terlihat lebih gemuk di banding pertama kali kami temukan. Aku sudah tebiasa dengan kehadirannya.
Banyak aktivitas yang ku lakukan bersamanya. Pagi biasanya aku dan rena mengajaknya belanja sayur. Karena hari ini Rena ke kampus jadi hanya aku dan bayi yang belanja ke tukang sayur. Si bayi itu anak yang baik dia tidak rewel. Seperti saat ini, dia tenang dalam gendonganku berjalan menuju tukang sayur depan gang.
"Eh mbk Nana, mau belanja ya? Aduh itu si dedek tambah lucu aja" Ucap bu Rt sambil mencubit pipi si bayi.
"Iya bu" jawabku singkat
"Mbak Rena ke kampus ya mbk? Kok tumben belanja cuma sama dedek?"
"Iya bu, ada jadwal bimbingan hari ini" Jawabku sambil memilih sayuran. Tidak berapa lama ibu-ibu yang lain datang. Suara riuh terdengar membuat si bayi menerjapkan matanya dan perlahan membuka mata.
"Aduh, ada mbk Nana sama dedek. Gimana mbk dedek rewel gak? Mesti kerepotan ya ngurus bayi? Jangan sungkan kalo mau minta bantuan kami ya mbk?" Kata salah satu ibu yang baru datang.
"Iya bu. Terima kasih. Alhamdulillah bu, dia enggak rewel kok" Jawabku sambil tersenyum ke arah ibu tadi.
"Oh iya mbk, si dedek belum ada nama ya? " Tanya salah satu ibu. Aku baru sadar kalo sampai saat ini aku dan Rena belum memberikan nama padanya.
"Belum bu. Saya malah gak kepikiran. Makasih ya bu sudah diingatkan" Jawabku. Mungkin nanti aku akan mendiskusikannya dengan Rena.
Setelah memilih beberapa sayur yang kubutuhkan langsung ku berikan pada abang tukang sayur dan membayarnya. Selesai membayar aku berpamitan kepada ibu-ibu. Aku berjalan dengan sesekali mengajak ngobrol si bayi. Sesampainya di rumah ku letakkan belanjaan di dapur sekalian membuatkan si dedek susu. Setelah si bayi terlelap aku bergegas ke dapur untuk memasak. Perutku sudah terasa lapar karna tadi hanya bisa memakan roti saja untuk sarapan. Biasanya aku dan Rena akan bergantian untuk menjaga si bayi, tapi karna hari ini Rena ada bimbingan jadi tidak sempat memasak. Aku juga gak tega ninggalin si bayi sendiri. Dia selalu bangun pagi.
Tak terasa sudah masuk waktu Dhuhur. Makanan yang ku masak sudah ku tata rapi di meja. Ku langkahkan kakiku menuju kamar untuk mengecek si bayi. Ku lihat dia masih tertidur pulas. Aku segera masuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan menjalankan kewajibanku. Selesai sholat kulihat dia sudah bangun dan tersenyum ke arahku.
"Halo sayang, udah bangun ya?"Sapaku padanya. Dia hanya tersenyum kepadaku. Uh, seperti biasa dia selalu menggemaskan.
Ku gendong dia menuju dapur untuk membuatkan dia susu. Sayup ku dengan suara pintu terbuka dan ucapan salam. Sepertinya Renaa sudah pulang. Ku langkahkan kaki ku ke arah ruang tamu menghampiri Rena.
"Gimana tadi bimbingannya? Lancar?" Tanyaku padanya.
"Huh..! Ya gitu na, Pak Anwar minta bab 2 ditambah teori gitu tapi gue nyari bukunya belum ketemu. Mana minya dikumpulin minggu depan lagi gila gk tuh. Mau nyari kemana Na? Pusing dah." Katanya sambil memijit pelipisnya. Aku hanya menepuk bahunya pelan.
"Tenang Ren, ntar aku bantu. Kamu gak coba minta bantuan Danish?"
"Haish, dia mah gak bakal bantu Na. Pusing juga kalo harus minta bantuan dia. Kamu tau sendirikan gimana dia"
"Gini aja. Kamu kasih tau aja buku apa yang kamu butuhin ntar aku coba tanya ke Ale. Abangnya Ale kan punya banyak buku tentang Bisnis siapa tahu aja ada gitu". Seketika dia menoleh kepadaku dan memelukku.
"Nah, itu baru namanya ide bagus. Thanks ya Na. Kamu emang sahabat aku yang paliiiiiiing baik" Katanya sambil menampilkan senyum manisnya.
"Huh dasar, kalo udah gitu aja muji-muji" Dengusku padanya.
"Eh, tapi gak ngrepotin Ale emangnya Na? Dia juga lagi ngerjain skripsi kan?"
"Enggaklah. Dia mah udah selesai tinggal nunggu sidang aja sih"
"Oh. Syukur deh kalo gitu, jadi bisa minta tolong sama dia. hahaha. Eh Na, kamu sama Ale gimana? Udah ada kemajuan belom?" Tanyanya
"Apa sih Ren. Aku sama Ale cuma temenan doang gak lebih. Lagian mana mungkin dia suka sama aku. Ngaco kamu!"
"Halah, sok-sokan. Aku tau sebenarnya kamu itu suka sama Ale kan. Gimana gak suka dia itu baik, pinter, dan jangan lupakan wajah tampanya. Yah, walaupun sedikit songong sih. Ha ha ha" Ucapnya sambil tertawa keras membuat si bayi membuka mata. Ku yakin dia memang sedang membayangkan wajah tampan Ale. Harus ku akui Ale memang tampan. Badan tegap dan tinggi, Kulit putih, hidung mancung, alis tebal, bibir tebal dan yang paling aku suka darinya adalah matanya sipitnya nan indah. Bisa dibilang dia sempurna.
"Apaan si Ren. Daripada itu mending kamu kasih kepastian ke si Danish. Kasihan tuh, jangan digantungin mulu kayak jemuran" Jawabku sambil terkekeh. "Udah ah. Gak mau bahas itu. Sekarang Fokus ku cuma pengen cepet nyelesain kuliah dan ngerawat si dedek. Udah makan dulu sana." Titahku mengalihkan pembicaraan yang diangguki oleh Rena.
Jujur sebenarnya aku memang suka pada Ale. Entah sejak kapan perasaan itu bersarang dihatiku. Aku selalu nyaman dengannya. Kebaikan dan ketulusan yang dia tunjukkan membuatku menyimpan rasa padanya. Tapi ada keraguan yang menyelimuti hatiku. Entah karena apa aku juga tidak tau. Aku merasa tidak pantas berharap padanya. Aldevaro, biasa dipanggil Al atau Deva oleh orang terdekatnya. Tapi aku lebih suka memanggilnya Ale dan dia suka panggilan itu. Aku bertemu dengannya saat kami sedang di perpustakaan. Tanpa sengaja dia menjatuhkan buku yang dia bawa. Aku yang saat itu di depannya dengan reflek mengambil buku yang berjatuhan karna pada saat itu dia membawa banyak buku. Semenjak saat itu kita mulai akrab dan sering bertemu. Itulah sedikit kisah pertemuanku dengan Ale. Benar yang dikatakan Rena. Dia baik, pintar dan ramah tapi tidak pada semua orang. Dia hanya akan ramah pada teman dekatnya saja itupun laki-laki. Dengan Renapun kadang dia bersikap cuek dan songong. Walaupun begitu dia tetap baik pada Rena. Berbeda sikapnya terhadapku, dia selalu menunjukkan sikap yang ramah dan sedikit konyol. Tiba-tiba aku merindukan, sudah dua hari ini kita jarang berkomunikasi. Kemaren dia bilang padaku kalau dia sedang berada diluar kota bersama Abangnya. Entah urusan apa akupun tak tau dan tak berani bertanya pula padanya. Aku hanya berdoa semoga dilancarkan segala urusannya disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Maura
kalau ada visual kita tambah semangat membaca kak
2022-05-13
0
Titrun Ase
nama mirip jadi bingung
2021-01-20
0
Zhree
jejak
2020-08-28
1