Makan siang bersama Zhang Xiang Li dan He Ma Li pastinya menjadi momen yang penuh kenangan dan kehangatan. Zhang Xiang Li, seorang pria dengan karakter lembut dan selalu memperlihatkan senyum hangatnya, tampak sangat antusias untuk menjadikan siang itu istimewa bagi wanita yang dicintainya. Sementara itu, He Ma Li, yang dikenal dengan pesona anggunnya, tampak tenang dan bahagia, matanya memancarkan sinar kehangatan setiap kali menatap Xiang Li.
Mereka berdua duduk di sudut restoran yang tenang, dengan pemandangan taman yang asri di sekitarnya. Xiang Li telah menyiapkan meja dengan detail yang diperhatikan dengan seksama, dari bunga-bunga segar di tengah meja hingga pilihan hidangan yang sudah dipikirkan matang-matang. Xiang Li dengan hati-hati memilih hidangan favorit He Ma Li, mengingat-ingat setiap kali mereka berbincang tentang makanan yang membuatnya senang. Saat piring pertama tiba, sebuah hidangan sup hangat yang kaya akan rempah, He Ma Li tersenyum sambil berkata, "Kau selalu ingat apa yang kusuka."
Selama makan, mereka berbincang santai, bercerita tentang kenangan masa lalu yang kerap mengundang tawa kecil di antara mereka. Mereka membicarakan perjalanan yang pernah mereka lakukan, tempat-tempat yang mereka kunjungi, dan hal-hal kecil yang masih membekas di ingatan. Sesekali, Xiang Li menceritakan tentang rencana-rencana yang ingin ia wujudkan bersama, membuat He Ma Li tersenyum sambil menggenggam tangannya dengan erat. Ia terkesan dengan bagaimana Xiang Li memikirkan masa depan mereka dengan begitu serius, namun tetap menyelipkan humor di dalamnya yang membuat He Ma Li merasa nyaman dan terhibur.
Xiang Li tak segan-segan menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya secara langsung. Ia sesekali menyentuh tangan He Ma Li, memastikan bahwa ia merasa nyaman dan dihargai. Pada satu momen, Xiang Li dengan lembut mengusap punggung tangan He Ma Li dan berkata, "Aku bersyukur bisa menghabiskan waktu bersamamu, selalu." He Ma Li pun terdiam sejenak, merasakan hangatnya perhatian Xiang Li yang begitu tulus. Tatapan mereka bertemu, dan dalam diam itu, seakan ada ribuan kata yang terucap tanpa perlu suara.
Hingga saat hidangan penutup tiba, suasana di antara mereka semakin dekat dan intim. Mereka berbicara tentang impian masing-masing dan apa yang mereka bayangkan untuk masa depan. He Ma Li merasa bahwa ia semakin mengenal sisi dalam dari Xiang Li, melihat betapa ia selalu berusaha untuk membahagiakannya dan membuatnya merasa istimewa. Dalam hatinya, ia merasa bahwa momen itu bukan sekadar makan siang biasa, melainkan sebuah pengukuhan dari ikatan mereka yang semakin kuat.
Makan siang itu berakhir dengan kenangan indah yang akan selalu mereka simpan dalam hati. Bagi Zhang Xiang Li dan He Ma Li, setiap kebersamaan, sekecil apa pun, selalu dipenuhi dengan makna dan cinta yang mendalam.
Saat makan siang itu berakhir, Zhang Xiang Li mengajak He Ma Li berjalan-jalan santai di sekitar taman restoran. Suasana sore yang sejuk dengan angin yang lembut membuat mereka berdua semakin nyaman dan menikmati waktu kebersamaan itu. Di tengah langkah-langkah kecil mereka, Xiang Li menggenggam tangan He Ma Li dengan erat, seolah ingin memastikan bahwa ia tetap berada di sampingnya, apa pun yang terjadi.
Mereka berbincang tentang impian masing-masing, berbagi harapan yang mungkin belum pernah diungkapkan sebelumnya. Xiang Li menceritakan mimpinya untuk membangun sebuah rumah kecil yang hangat, tempat mereka bisa menikmati hidup dengan tenang. “Aku ingin ada taman kecil di sana, penuh bunga seperti ini,” katanya sambil tersenyum, menatap hamparan bunga di sekitar mereka. He Ma Li mengangguk, membayangkan gambaran indah yang disampaikan Xiang Li, dan di matanya tampak jelas bahwa ia mendambakan hal yang sama.
Kemudian, Xiang Li tiba-tiba berhenti dan menatap He Ma Li dengan serius, namun penuh kelembutan. “Ma Li, kau tahu aku tidak pandai berbicara soal perasaan, tapi bersamamu aku merasa lengkap,” ucapnya dengan suara yang rendah namun tulus. "Aku ingin terus bersamamu, melalui suka dan duka. Aku ingin menjadi seseorang yang selalu ada untukmu."
He Ma Li terdiam sejenak, hatinya bergetar oleh kata-kata Xiang Li yang begitu jujur. Dengan perlahan, ia meremas tangan Xiang Li, membalas perasaan itu dengan tatapan hangat dan lembut. “Aku juga merasakan hal yang sama, Xiang Li,” jawabnya sambil tersenyum penuh cinta. "Kau selalu menjadi seseorang yang membuatku merasa dihargai dan dicintai."
Dalam keheningan yang nyaman, mereka berdiri berdua, meresapi kehadiran satu sama lain, dan di saat itu, dunia di sekitar mereka seakan menghilang, hanya menyisakan kebersamaan yang begitu hangat dan penuh makna. Xiang Li lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya—sebuah kalung dengan liontin kecil berbentuk hati. "Aku ingin kau menyimpannya, sebagai simbol bahwa ke mana pun kita pergi, kau akan selalu di hatiku," ujarnya sambil memasangkan kalung itu di leher He Ma Li.
He Ma Li tersentuh, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. “Terima kasih, Xiang Li. Ini akan selalu menjadi pengingat akan semua momen indah yang kita miliki bersama,” jawabnya, matanya berkaca-kaca.
Mereka berdua kemudian melanjutkan langkah, berjalan beriringan dengan hati yang semakin terikat. Momen itu tidak hanya sekadar kebersamaan, tetapi sebuah komitmen yang terucap tanpa janji, sebuah harapan yang tumbuh dalam keheningan penuh cinta. Di bawah langit yang mulai berwarna senja, mereka melangkah maju, dengan keyakinan bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan selalu saling menjaga dan menyayangi.
Seiring matahari mulai tenggelam di ufuk barat, sinar keemasan senja menyelimuti mereka berdua, menciptakan suasana yang terasa magis. Xiang Li dan He Ma Li berjalan perlahan di sepanjang jalan setapak taman, tangan mereka masih saling menggenggam erat. Suasana hening di antara mereka kini terasa lebih mendalam, seolah-olah kata-kata tak lagi diperlukan untuk menyampaikan perasaan yang begitu kuat di dalam hati.
Sesekali, angin lembut meniup rambut He Ma Li, dan Xiang Li dengan penuh perhatian merapikan rambutnya yang terurai, sambil tersenyum lembut. "Setiap kali aku melihatmu seperti ini, aku sadar betapa beruntungnya aku bisa ada di sampingmu," katanya lirih. Senyuman He Ma Li semakin melebar, dan dalam tatapan mereka yang saling bertemu, tampak harapan yang tak terucapkan namun sangat nyata—harapan untuk bersama di masa depan, menjalani hari-hari dengan cinta dan kesetiaan.
Mereka lalu sampai di sebuah jembatan kecil yang melintasi danau, tempat air memantulkan warna-warna langit senja yang mulai berubah menjadi jingga dan ungu. Xiang Li berhenti di tengah jembatan, memandang pemandangan itu bersama He Ma Li. Di tengah keindahan alam itu, suasana semakin intim, dan tanpa sadar mereka saling mendekat.
Xiang Li menarik napas dalam-dalam, seolah ingin mengingat momen itu selamanya, lalu ia berkata, “Ma Li, aku tahu hidup kita tidak selalu mudah. Ada masa-masa sulit yang harus kita lewati. Tapi aku ingin kau tahu, tak peduli apa yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu. Aku ingin menjadi tempatmu bersandar, seseorang yang bisa kau andalkan kapan pun kau butuh.”
He Ma Li terdiam, menatap Xiang Li dengan mata yang berkilauan. Kata-kata Xiang Li menyentuh hatinya dengan sangat dalam. "Aku tidak pernah meragukan itu, Xiang Li," jawabnya dengan suara lembut namun penuh keyakinan. "Kau selalu membuatku merasa aman dan dicintai. Bersamamu, aku merasa seperti menemukan rumahku sendiri."
Mereka berdua terdiam lagi, hanya saling menatap dengan tatapan penuh arti, dan dalam momen itu, Xiang Li perlahan mendekat, mendekap He Ma Li dalam pelukannya. He Ma Li membalas pelukan itu, merasakan detak jantung Xiang Li yang begitu tenang dan stabil, seolah-olah menyatu dengan irama hatinya. Waktu seakan berhenti, dan hanya ada mereka berdua dalam keheningan yang penuh kehangatan.
Saat mereka melepaskan pelukan, Xiang Li kembali menatap He Ma Li dengan senyum hangat. “Aku tahu kita belum membicarakan rencana besar ini, tapi… apa kau akan bersedia untuk menjadi pendamping hidupku, Ma Li? Mungkin bukan sekarang, tapi suatu saat nanti. Apa kau bersedia?” tanyanya dengan nada lembut namun penuh harapan.
He Ma Li terkejut mendengar pertanyaan itu, namun senyumnya tak bisa disembunyikan. Ia memandang Xiang Li dengan penuh cinta, lalu mengangguk pelan. "Aku bersedia, Xiang Li. Aku akan menunggumu kapan pun kau siap. Aku percaya bahwa saat itu akan tiba, dan aku akan berada di sisimu."
Dalam senja yang semakin memudar, Xiang Li dan He Ma Li merasa yakin bahwa perjalanan hidup mereka akan terus dipenuhi oleh cinta dan kesetiaan yang tulus. Mereka melanjutkan langkah dengan hati yang lebih tenang, membawa impian bersama dalam kehangatan yang tak akan pudar, seperti sinar senja yang meninggalkan jejak indah di langit, mengingatkan mereka bahwa cinta sejati akan selalu membawa mereka pulang ke satu sama lain, apa pun yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments