Para tamu yang sebagian besar terdiri dari keluarga dan kerabat dekat itu memenuhi halaman belakang yang telah di sulap menjadi pesta taman.
Sekar terlihat bingung dengan acara yang tidak di kehendakinya itu. Entah sejak kapan halaman terlihat elegan walau dengan dekorasi seadanya.
Adit menghampiri Nia dan Sekar, wajahnya terlihat bingung dia tidak tahu harus mengucapkan selamat atau turut berduka.
“Kuat ya Kar. Dibalik masa lalu kalian, Danil orang baik,” kata Adit sambil memeluk pinggang Nia.
Sahabatnya ini pun menyetujui yang dikatakan kekasihnya.
“Makasih Dit,” ucap Sekar yang hampir tidak terdengar.
"Danil orang baik! terngiang kembali kata-kata Adit."
Mas Danil memang orang yang baik, pribadinya sangat menyenangkan, tapi bukan untuk aku. Dia sudah punya Renata.
"Ya tuhan, bagaimana aku menghadapi ini semua?"
“Ryan sudah tahu?” tanya Adit membuyarkan pikiran dalam lamunan Sekar.
“Belum” jawab Sekar.
“Please jangan kasih tahu dia ya, lebih baik gue yang bilang sendiri,” pinta Sekar.
“Tenang saja, gue enggak mungkin bilang kalau enggak di suruh sama loe,” jawab Adit.
“Sekar sini sayang,” panggil ayah Bagas, menginterupsi pembicaraan.
Sekar meninggalkan kedua sahabatnya, berjalan mendekati ayah Bagas, dengan langkah yang tidak bersemangat dan senyum yang berusaha tulus.
Dia memberi salam pada Om Andi, Tante Fina yang berdiri bersama ayah dan bunda. Mencium tangan kanan keduanya calon mertuanya.
Danil tersenyum ke arahnya tanpa beban, seakan-akan memang ia menghendaki semua ini.
Sekar berusaha memberikan senyuman terbaiknya, pada ayah, bunda dan kedua orang tua Danil.
“Sayang ajak Mas Danil makan dulu,” ucap bunda yang lebih menyerupai perintah.
“Iya bun,” kata Sekar sambil mengajak Danil pergi menjauh dari orang tua mereka.
Danil langsung menggenggam tangan Sekar dengan lembut, namun Sekar langsung menepisnya.
“Jangan macam-macam mas,” ancam Sekar.
“Kamu mau buat orang tua kita curiga?” tanya Danil.
“Ayah dan bunda tahu aku belum setuju dengan rencana mereka,” jawab Sekar.
“Bee, please, ini kan cuma sandiwara. Hanya di depan mereka, mas memohon,” pinta Danil menunjuk orang tua mereka berdua yang sedang tersenyum bahagia.
"Tapi mas ...,"
"Mas memohon Bee,“ pintanya tulus.
"Tapi mas ...,"
"Demi papah Bee, mas sangat memohon."
"Demi papah? ada apa dengan Om Andi?"
"Mas tidak ingin Papah Andi sakitnya kumat."
“Om Andi sakit apa?” tanya Sekar kaget, ada rasa nyeri di dalam hatinya.
“Bukan urusan kamu Bee,” jawab Danil.
"Jadi urusan aku lah mas. Aku calon istri kamu," ucap Sekar sedikit kesal.
"Jadi secara tidak langsung, kamu mau menjalani rencana ini kan Bee?
"Mas, kamu curang!"
"Curang bagaimana sayang?"
Keduanya terdiam. "Sayang," mengingatkan Sekar pada masa-masa indah mereka, begitu pula yang dirasakan Danil.
"Aku merindukan senyuman, dari wajah ini," Danil mengelus lembut pipi calon tunangannya.
Jangan seperti ini mas, tolong!
"Mas Danil," Sekar berusaha menahan kerinduannya. "Tolong jangan seperti ini."
"Maaf Bee," ucap Danil. Ia mengalihkan pandangannya dari Sekar.
"Saatnya bermain peran Bee. Apa kamu siap?"
"Baiklah mas, Sekar siap."
“Yang penting sekarang pamerkan senyum termanis kamu dan bersikap selayaknya pertunangan ini memang yang kita harapkan,” ucap Danil.
“Siap mas. Kita lihat siapa yang akan jadi aktor terbaik disini,” tantang Sekar.
“Siapa takut,” jawab Danil menerima tantangan Sekar,
Sekar mulai memainkan perannya, dengan lihai ia tidak menampakkan tanda-tanda ketidaksetujuan terhadap perjodohan ini. Sesekali dengan mesra Sekar menarik tangan Danil, atau hanya bergelendot manja di lengan calon tunangannya.
Danil terlihat sedikit kaget dengan tingkah laku Sekar, ia tidak menyangka bahwa mantan kekasihnya sangat jago memainkan peran. Calon istrinya dengan mudah menarik perhatian semua tamu yang hadir, terutama kedua orang tuanya.
Dia pun tidak mau kalah dari Sekar, Danil terlihat sangat menghayati perannya. Dia terkadang terlihat posesif dengan merangkul pinggang Sekar, atau selalu menatap calon istrinya dengan mesra, sesekali tangannya membelai rambut hitam Sekar, kebiasaan yang selalu dia lakukan ketika mereka masih berpacaran.
“Sekar, Danil,” panggil Rianti.
“Mas, dipanggil bunda tuh,” kata Sekar dengan manja membuat semua orang yang melihatnya iri.
“Sebentar mas,” pamit Danil pada Bakti, sekretaris kedua papahnya.
“Danil, Sekar kita mulai acaranya sekarang ya,” kata Bagas membuat pernyataan bukan pertanyaan.
"*K*enapa waktu ini berjalan begitu cepat, apa tidak ada jalan lain untuk menghadapi semua ini, kenapa aku hanya bisa pasrah tanpa berbuat apa-apa, Apakah memang seharusnya seperti ini?” bisa ribuan pertanyaan yang datang dalam hatinya, bila dia tidak menghentikannya lamunannya.
Ayah Bagas di dampingi papah Andi, mengumumkan kepada semua yang hadir, mengenai pertunangan kedua anak tunggal mereka.
Prosesi acara pertunangan mereka sangat cepat, saat ini mereka sedang bertukar cincin, lambang ikatan antara keduanya.
Terlihat wajah gembira dari kedua pengusaha sukses yang telah lama bersahabat.
Danil mengajak Sekar menjauh dari keluarga dan para tamu yang hadir, dengan berat hati akhirnya Sekar menuruti kemauan Danil.
“Terima kasih Bee,” ucap Danil.
“Untuk apa?” tanya Sekar.
“Untuk semuanya.”
“Maksudnya?”
“Mau pura-pura menerima semua ini,” kata Danil.
“Tidak apa-apa mas,” jawab Sekar tanpa menoleh.
“Dulu kamu tidak seperti ini, kenapa sekarang berubah?” tanya Danil sambil duduk di depan Sekar.
“Maksudnya?” tanya Sekar.
“Kalau bicara itu di tatap lawan bicaranya. Lihat muka aku dong, tatap mata aku Bee,” pinta Danil.
“Sorry deh, habisnya masih belum bisa terima apa yang terjadi hari ini,”
“Sorry,” kata Danil.
“Ini semua terlalu cepat mas,” ucap Sekar, menahan emosinya.
“Bagi kita berdua ini cuma sandiwara kan?” tanya Danil memastikan.
“Ya iyalah, kamu sudah punya Renata, sedangkan aku punya Ryan. Jelas ini hanya sandiwara,”
jawab Sekar.
"Mari kita sama-sama berusaha untuk menyenangkan kedua orang tua kita,” ucap Danil.
“Ok setuju.”
“Mas tidak akan membuat kamu menderita lama-lama, kita akan menikah selama enam bulan. Setelah itu kita akan berpisah, bagimana?” tanya Danil.
“Baiknya saja menurut mas, aku ikut.”
“Setuju?” tanya Danil sambil menjabat tangan Sekar dan menciumnya.
“Setuju,” jawab Sekar sambil menjabat tangan Danil.
Kembali terkejut, mencium punggung tangan Sekar adalah hal yang sering Danil lakukan ketika mereka masih pacaran, membuat Sekar mengingat sekilas kenangan mereka.
“Bee, mas mohon jangan terlalu percaya sama Ryan,” ucap Danil dengan pelan dan hati-hati, takut Sekar berpikiran yang tidak-tidak.
“Maksudnya apa?”
“Mas tahu banget Ryan itu laki-laki yang bagaimana.”
“Bagaimana?” tanya Sekar penasaran.
“Pokoknya dia tidak pantas untuk kamu.”
“Tidak pantas bagaimana?” tanya Sekar penasaran.
“Mas lebih tahu, laki-laki mana yang pantas untuk kamu. Maaf Bee, Ryan bukan salah satu
cowok yang pantas untuk kamu sayangi,” ucap Danil meyakinkan.
“Maksudnya apa mas berkata seperti ini?” tanya Sekar.
“Kamu terlalu baik buat Ryan,” kata Danil.
"Tahu apa kamu tentang Ryan mas!”
“Mas lebih tahu kelakuan Ryan daripada kamu.”
“Maksudnya?”
“Kamu sebenernya mengerti apa yang mas katakan Bee” ucap Danil.
“Sekar tidak mengerti mas, tolong jelaskan. Mengapa semua orang membenci Ryan?” tanya Sekar putus asa.
“Kamu bukan tidak tahu sayang, tapi kamu menutup mata sama semua kelakuan Ryan,” jawab Danil.
“Sekar tidak menutup mata mas, Sekar tahu dia selalu emosian bila menghadapi apapun,”
“Itu kamu tahu,” kata Danil memotong perkataan Sekar.
“Tapi dia sayang Sekar, dan Sekar pun begitu mas.”
“Kamu yakin dia sayang kamu?” tanya Danil meyakinkan Sekar.
“MMM ..., iya yakin.”
“Kamu saja tidak yakin dengan jawabannya,” ucap Danil.
“Sekar yakin.”
"Jangan berbohong sayang."
"Mas..."
"Mas juga yakin kamu tidak terlalu sayang sama dia Bee," ucap Danil.
"Mas.."
“Cukup Bee, dari omongan kita sudah dapat di simpulkan, kamu tidak yakin sama perasaan kamu pada Dyan. Aku yakin seribu persen, bahkan semilyar persen, bahwa dia tidak menyayangi kamu dan kamu pun begitu."
"Sayang saja tidak, bagimana cinta?”
“Mas.”
“Aku tahu kamu sayang,” kata Danil membelai lembut pipi Sekar lalu pergi meninggalkan Sekar yang kebingungan.
Kamu mau ngomong apa mas?
Kenapa sih, tidak bicara saja?
Kenapa semua orang membenci Ryan?
Dan kamu juga Mas Danil, kenapa ikut-ikutan melarang aku dekat dengan Ryan?
***
Hai..Hai..Hai...
Semoga kalian suka dengan novelnya. tolong komen like dan vote ya...
terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖
Bulan buat sekar sadar dong jika rian itu emang gak baik padahal Daniel kayaknya masih cinta beneran tuh
Salam OB KERUDUNG BIRU
2020-07-30
0
Mei Shin Manalu
Sekar beneran sayang sma Ryan gak yah??
2020-07-14
0
𝙳𝚑𝚢
hy kak, jejak dari MENIKAH DENGAN DOSENKU nih, mampir yuk! jangan lupa tinggalkan like, koment, rate5 dan vote ya..
2020-06-11
1