Suasana di Kota Maves meriah seperti biasanya, dengan suara-suara yang berisi segala macam bentuk promosi barang yang diperdagangkan.
Namun, di sisi pasar gelap, para pedagang dan penjual melakukan transaksi secara diam-diam tanpa banyak suara. Layaknya pada sebuah lorong minim pencahayaan terlihat tiga orang yang melakukan transaksi.
Mereka tak lain dan tak bukan adalah Alan dan Bram, yang sedang berusaha menjual Rion sebagai budak dengan harga tertinggi yang bisa mereka dapatkan.
“Hei, ayolah tambah sedikit lagi,” tawar Bram atas harga yang akan diberikan pada Rion.
“Tidak,” kata pedagang budak tersebut tanpa banyak berpikir. “Harga 30 emas lebih dari cukup,” sambungnya.
“Ayolah, kita kan juga sudah kenal lama. Nanti kalau dapat barang bagus kita jual kepadamu lagi.”
Pedagang seolah-olah sedang terlihat berpikir keras. Memandangi Rion yang dapat dikatakan barang bagus sebagai budak, akhirnya dia menghela napas pelan. “Baiklah, aku tambah satu emas, lebih dari ini lupakan. Selain itu, kau harus ingat jika memiliki barang bagus bawa kemari lagi.”
Alan dan Bram tersenyum, mereka tampak puas dengan harga ini.
“Baik, sepakat.”
Tanpa banyak membuang waktu, Alan menyerahkan Rion pada pedagang itu.
“Hahahaha. Kita akan minum sepuasnya!”
“Yea!” sahut Bram yang telah membayangkan mereka akan minum sepuasnya di bar nanti.
Akan tetapi, setelah mereka pergi, pedagang budak tersenyum sinis saat mengingat tingkah keduanya. Walau Rion adalah half-elf laki-laki yang kerap dinilai lebih rendah dari perempuan. Namun, dengan bentuknya yang unik ini pedagang itu yakin, jika saja pedagang lain tahu mereka mungkin akan menawar hingga empat puluh emas, sebab dapat dijual kepada pembeli dengan harga hingga dua kali lipat harga beli.
“Orang-orang bodoh! Hal yang paling hebat memang bukan kekuatan tapi kebohongan. Hahahaha.”
Pedagang tersebut memberi kerah pada Rion yang tak sadarkan diri, sebelum meminta salah seorang pembantu untuk membawanya ke salah satu sel.
Duduk di kursi dengan malas, pedagang itu terus tersenyum melihat keberuntungannya.
Bel berdering, menandakan seseorang masuk ke tokonya, pedagang itu hendak mengabaikannya dan menyuruh seorang pembantu yang mengantarkan orang yang masuk. Namun, dia segera menghentikan tindakannya saat melihat siapa yang masuk ke tokonya.
Senyum pedagang itu semakin lebar saat meratapi keberuntungannya hari, kini senyumannya dapat dikatakan menjijikkan.
Duke Arcchild G. Eugary yang masih termasuk keturunan keluarga Kekaisaran terlihat masuk ke tokonya bersama seorang gadis muda cantik. memiliki rambut pirang serta mata hijau safir indah yang menawan, ditemani dengan etika yang sempurna, tidak salah menyebutnya menawan bahkan dengan usia yang terlihat masihlah belia.
Akan tetapi, tidak diketahui apakah dia itu anaknya atau Selir baru Duke, pasalnya kebiasaan menjijikkan Duke Arcchild yang menyukai gadis-gadis muda sudah diketahui masyarakat luas. Namun, orang-orang masih sayang dengan nyawa mereka sehingga memilih bungkam, tidak membicarakannya mengingat Duke Arcchild adalah penguasa wilayah ini.
“Suatu kehormatan Duke berkenan mengunjungi toko kami yang seperti ini, dan ...,” sapa pedagang itu sesopan mungkin pada Duke Arcchild di depannya.
“Seriana G. Eugary. Putri Duke Arcchild G. Eugary.” Gadis tersenyum manis saat memperkenalkan dirinya, sampai-sampai pedagang itu tidak dapat mempertahankan ketenangannya.
Dengan tatapan tajam Duke Arcchild yang mengarah padanya, pedagang itu tersadar. Merasa angin dingin melawati lehernya, bulu kuduknya mulai berdiri. Saat membayangkan nasib apa yang mungkin terjadi jika dia terus menatap Putri Duke lebih lama lagi.
“Jadi apa keperluan Duke hingga datang ke toko saya yang sederhana ini?”
“Aku tidak perlu basa-basi dengan sampah sepertimu, tunjukkan budak terbaik yang kau punya!”
Pedagang itu berusaha menahan rasa pahit di mulutnya saat mendengar perkataan Duke, tapi mengingat posisinya, pedagang itu tidaklah berani membantah sedikit pun.
“Mohon maaf Duke, tapi jenis budak seperti apa yang Duke perlukan?”
Duke memandangi putrinya lalu mengangguk. “Budak laki-laki berwajah tampan.”
Tidak hanya pedagang itu, Seriana pun ikut kebingungan sesaat setelah mendengar ini.
‘Apakah Duke memiliki hobi baru?’ batin pedagang itu penuh tanya.
Di sisi lain, Seriana ingin menghela napas tapi menahannya mengingat etika yang harus dimiliki pada seorang bangsawan.
‘Ayah ini salah mengartikan permintaanku yang ingin mencari seorang budak,’ pikirnya.
“Kalau begitu silahkan lewat sini Duke,’ ucap pedagang itu sembari menjaga senyum saat menunjukkan jalan pada Duke.
“Ini adalah seorang mantan kesatria, dia terkenal kuat dan berwibawa, menjadi budak karena hutang, bagaimana Duke.”
“Ditolak!”
“Lalu ini adalah seorang mantan Bangsawan dari negara lain, ditangkap karena pemberontakan .... ”
Pedagang tersebut terus menawarkan berbagai budak lain pada Duke Arcchild. Namun, semuanya ditolak tanpa pikir panjang.
“Ini adalah seorang mantan tentara bayaran ....”
Seriana yang bosan pada penjelasan pedagang memilih berjalan-jalan sendiri. Dia menyapu pandangan pada budak-budak di dalam sel hingga tatapannya berhenti pada seorang budak yang merupakan anak berusia sebelas sampai dua belas tahun dengan wajah rupawan serta rambut yang sepenuhnya hitam yang cukup langka, meski dia dalam kondisi tak sadarkan diri.
Seriana mendekat, dia berdiri di depan sel tersebut dengan memperhatikan lebih seksama pada sosok yang membuatnya tertarik, saat melihat bentuk telinganya yang sedikit lebih runcing dari manusia, Seriana tersenyum. Tidak ada yang memperhatikannya saat ini, tapi jika ada yang melihatnya mungkin mereka akan kaget bukan main.
Seriana G. Eugary, yang dikenal manis nan lembut tengah membuat senyum menyeramkan, jauh dari senyum manis yang selalu diperlihatkannya. Duke Arcchild yang melihat putrinya tengah berdiri di depan sebuah sel pun berjalan mendekat.
“Kamu tertarik Seriana?” tanya Duke yang memandang Rion dengan tidak yakin, apakah anak ini dapat menjadi pelayan yang layak bagi putrinya.
Mendengar Duke yang memanggilnya, senyum Seriana kembali seperti semula, sebuah senyuman manis yang dapat menggetarkan jiwa.
Seriana sedikit menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat sebelum menjawab, “Ya, Ayah.”
Duke Arcchild tersenyum puas, karena itu keinginan putrinya maka biarlah. Dia melirik pedagang budak yang mengikutinya, memberi isyarat bahwa ini adalah apa yang dipilihnya.
Senyum pedagang bedak itu kian lebar, mengingat bahwa dia belum mengeluarkan sepeser pun uang selain untuk membeli Rion.
“Ini adalah barang baru selain itu dapat Duke lihat bahwa dia belum disentuh sedikit pun,” jelas pedagang itu ingin merayu lebih banyak ketertarikan. Mengambil napas sejenak dia melanjutkan, “Juga dengan usianya yang masih-“
“Cukup!” bentak Duke yang tak ingin mendengar omong kosong pedagang itu lebih jauh. Tidak banyak membuang waktu, Duke Arcchild langsung membahas inti masalah. “Berapa harganya?”
“Untuk Duke Arcchild yang terhormat, cukup 120 emas saja.”
Duke Arcchild tersenyum sinis pada pedagang budak itu, walau dirinya sadar pedagang ini meningkatkan harga budak ini secara semena-mena. Namun, kebanggaan dan harga dirinya tidak akan membiarkannya mengadu mulut lebih jauh dengan sampah di depannya.
Menyerahkan koin emas sejumlah yang disebutkan, Duke Arcchild dan Seriana membawa Rion, budak yang dimaksud dan segera meninggalkan kota Maves untuk kembali ke benteng tempat kediaman mereka.
***
Kegelapan memenuhi langit, dengan cahaya bintang dan rembulan yang tak cukup untuk menyinari seisi kota. Penerangan buatan seperti obor dinyalakan, sedangkan di tempat yang lebih elite menggunakan sihir penerangan, menandakan aktivitas manusia di kota Maves masihlah hidup.
BOOOMMM!
Ledakan keras tiba-tiba terdengar dari sisi barat dinding kota.
Teng! Teng! Teng!
Lonceng keamanan berdentang tak lama setelahnya, menyebabkan kerumunan warga yang masih belum sadar akan bahaya yang datang mendekat menjadi panik.
Layaknya sekawan semut yang diganggu sarangnya, mereka semua berlarian ke segala arah, berusaha menjauhkan diri dari bahaya.
Para penjaga kota yang selalu bersantai untuk pertama kalinya digerakkan. Tak pernah terbesit sedikit pun di benak semua orang bahwa kota Maves yang dianggap sebagai salah satu kota teraman Eugary Empire di Benua ini mendapat serangan.
Mental para penjaga kota terguncang akan kehadiran sesosok makhluk berbentuk rubah dengan sembilan ekor yang melepaskan bola-bola es menuju kota. Menciptakan balok es yang menutup jalan keluar, hawa dingin terpancar membuat suasana bagi penduduk kota Maves menjadi semakin mencekam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
TheMe
kyubinya berelemen es
2020-09-24
3
Ken°
kyubi :v
2020-04-16
4
Shina kawai >¥<
╔════════════════
║ Tulis pesan kamu sendiri
╚════════════════
2020-01-26
0