Dengan sebuah hembusan napas yang dikeluarkan ksatria itu, lingkungan di sekiranya menjadi sunyi tenang.
“Indent.”
Dengan itu, gelombang energi berbentuk bilah-bilah pedang kuat dilepaskan. Dalam skala yang cukup luas untuk dapat menyisir ke sekitar, dengan cahaya kemilau keemasan yang dibawanya, kehancuran menakutkan terjadi.
Dinding dari tanah terbentuk di depan ibu Rion, meski dia tidak dapat menggunakan sihir selain sihir air. Berkat kemampuan khusus yang dimilikinya, dia dapat bertahan dengan membentuk perisai dari benda-benda di sekitarnya.
Namun, hal yang membuatnya terkejut adalah kecepatan ksatria itu melakukan rapalan mantra. Kecepatan ini sangat jauh berbeda dari apa yang pernah dia lihat, tapi dengan sedikit pengalamannya di masa lalu, dia menyesuaikan diri dengan cepat.
“Ohh, dia dapat bertahan dari itu?” ucap ksatria itu yang tak mengharapkan hal ini terjadi. Beberapa saat kemudian dia mengangguk, sebelum bergumam, “Hm, dia membuktikan kemampuan yang dimilikinya, dia adalah orang yang pantas untuk dapat menyebut namaku.”
Ksatria itu menancapkan pedangnya di tanah, sembari mengambil posisi tubuh siap khas apa yang dilakukan seorang ksatria di istana.
“Maaf untuk sebelumnya karena tak mengenakan diri. Perkenalkan saya dari Korps Arcanum, Pasukan Ekspedisi Eugary Empire, Raymond! Nama keluargaku tak layak untuk disebutkan, dengan ini mengucapkan nama ini bersumpah akan mengalahkanmu!”
“Oo ...!” sorak-sorai dari para prajurit memenuhi medan pertempuran begitu deklarasi dilakukan.
Meski ibu Rion tak mengetahui maksud dari apa yang dilakukan ksatria yang mendeklarasikan diri sebagai Raymond itu. Akan tetapi, melihat bahwa moral pasukan yang sebelumnya anjlok naik dengan cepat, dia tahu pasti ini bukanlah hal yang baik baginya.
Dia melirik jalan yang seharusnya digunakan oleh orang untuk menyelamatkan diri, berharap-harap cemas bahwa Rion segera kabur. Namun, anak manjanya itu masihlah berada di sana.
Sembari memikirkan cara agar anaknya dapat dipaksanya kabur, ibu Rion memulai serangan. Gelembung-gelembung air segera terbentuk di sekitarnya, sebelum melancarkan serangan dengan ketipisan lebih tipis dari jarum dan kompresi yang sangat padat berkat kemampuan khusus yang dia miliki.
Lintasan air memotong apa yang dilewatinya menjadi dua tanpa banyak kesulitan, tapi melihat Raymond yang masih bersikap tenang. Ibu Rion sama sekali tak dapat melonggarkan penjagaannya meski tubuhnya telah mendekati batasnya.
“Oo Blessed of The Gale Force,” Angin bertiup kencang saat Raymond mulai bergerak. Bersama dengan elemen angin yang menyelimuti tubuh, menyebabkan kecepatannya bertambah cepat.
Berusaha menghindari serangan yang dilancarkan ibu Rion, Raymond memendekkan jarak di antara mereka. Bagaimanapun, kelemahan fatal yang lumrahnya dimiliki seorang penyihir adalah pertarungan jarak dekat, dan dia berusaha memanfaatkan celah itu.
Cahaya keemasan pada pedang di tangan Raymond bercahaya semakin terang, saat dia memuat lebih banyak mana pada pedangnya. “Falls Down.”
Di belakang Raymond, sembilan pedang yang sepenuhnya terbuat dari energi bercahaya terang. Bersamaan dengan ayunan yang menciptakan bilah energi sepanjang lintasannya, pedang-pedang itu meluncur dengan kecepatan yang tak kan dapat ditangkap oleh mata orang-orang normal.
Tanah di sekitar ibu Rion tercongkel, dengan bongkahan-bongkahan batu yang kini mengapung, berusaha menahan serangan yang datang.
Segera dentuman demi dentuman menggelegar terdengar, bersama cahaya ledakan energi yang membanjiri mata.
Awan debu terbentuk, bersama dengan batu-batu kecil yang berjatuhan. Tak menyia-nyiakan momentum yang dimilikinya, Raymond berusaha mempersempit jarak dengan lawannya dengan cepat.
Akan tetapi, selang beberapa langkah yang diambilnya bilah-bilah tajam menghujani. Menyingkap awan debu yang ada, dengan aura berwarna ungu yang menyelimuti tubuhnya, ibu Rion memaksakan diri untuk dapat bertahan.
Ini adalah salah satu bentuk penggunaan [Force Field], yang mana memaksa energi yang ada di sekitar untuk dipasok ke tubuh pengguna, kemudian diubah menjadi sumber energi yang dapat diterima makhluk hidup, mana. Dengan itu, pemulihan kondisi fisik ibu Rion mengalami peningkatan secara eksplosif.
Akan tetapi, di sisi lain rasa sakit yang teramat, dari beban sel tubuh yang hancur karena tak mampu menahan pasokan mana yang berlebih, tapi pemulihan tubuh yang meningkat dengan cepat meregenerasi sel sebelum hancur sepenuhnya.
Sebelum Raymond dapat pulih dari keterkejutannya, sebab serangan yang dapat dia katakan salah satu yang paling menghancurkan dari teknik-teknik yang dimilikinya, dapat ditahan tanpa cedera fisik yang terlihat.
Raymond sedikit memasang senyum. “Huh ... dengan ini aku menemukan pejuang yang layak. Ayo kita tentukan siapa yang membel sang kebenaran yang kita yakini!”
Meski dapat mendengar apa yang Raymond katakan, ibu Rion tak ingin memberikan respons dalam bentuk kata apa pun. Sebaliknya, dia dengan cepat melancarkan serangan lain, berharap anaknya yang bodoh itu akan paham dengan situasi yang dialaminya sekarang dan kabur segera.
Pedang yang berayun dengan cepat, bebatuan terapung yang menjadi perisai, serta serangan sihir air berkompresi tinggi yang sesekali dilepaskan terus berlangsung. Dengan lingkungan yang kini telah rusak parah tak menyisakan bentuk apa pun yang dapat membuktikan bahwa sebuah desa pernah berdiri di sini sebelumnya.
Meski begitu ada satu arah yang menderita kerusakan paling sedikit. Benar, itu adalah arah di mana jalan pelarian itu berada, dengan mati-matian, ibu Rion mengarahkan arah serangan untuk menjauh dari arah itu. Namun, ibu Rion memperkirakan bahwa tinggal menunggu waktu saja sebelum lawannya menemukan hal yang janggal, bagaimanapun lawannya bukanlah makhluk tanpa otak.
“Apa Cuma ini yang kemampuanmu?” tanya Raymond dengan nada yang terdengar kecewa. “Bagaimana kau dapat mempertahankan kebenaran yang kau yakini dengan kekuatan selemah ini?!”
“Diamlah.”
“Huh ... kalau begitu akan kuakhiri.”
“....”
Melihat bahwa lawannya sama sekali tak dapat melancarkan serangan yang bisa membuktikan tekadnya. Sebuah desahan keluar dari mulut Raymond, sepertinya dia berharap terlalu banyak dari musuhnya kali ini.
“Jadi Cuma sebatas ini, kah?” Raymond mengambil sikap, pedangnya terangkat tinggi-tinggi.
“Berbanggalah bahwa aku menggunakan teknik ini.” Bersama dengan kata-kata arogan yang dia ucapkan. Aliran energi di sekitar menjadi liar.
“Emperor Swordmanship’s: ...,” Suhu di sekitar telah naik beberapa derajat bersama dengan rapalan mantra yang dilakukan, bayangan energi yang menunjukkan beribu bilah pedang yang siap mengarah pada lawannya terbentuk. “... 9th Style, The Qonquest!”
Bayangan energi itu selesai terwujud dengan kekuatan yang menghancurkan, beban berat terasa menekan pundak ibu Rion. Namun, semua hal itu diabaikannya, dia berlari ke tempat di mana Rion masih berada.
“Force Field: Force of Absolut Fortress!” teriaknya merapal mantra, berusaha mewujudkan bentuk kemampuan khususnya dengan lebih cepat.
Tidak seperti tampilan tenang yang selama ini dia pertahankan, rasa cemas, peduli, dan kesedihan dengan jelas terdengar dari nada yang dia keluarkan.
Cahaya ungu terlihat, berkelap-kelip memenuhi sekelilingnya. Cahaya saling terhubung, membentuk penghalang kokoh tepat di hadapannya.
Indah. Cahaya penuh keindahan memenuhi langit, membuat orang yang melihat panorama ini menjadi kosong sejenak, termenung akan keindahannya.
Zrat Zratt Zrattt Zratttt
Luka demi luka diderita ibu Rion. Seluruh pasokan mana yang sebelumnya digunakan untuk meregenerasi luka-lukanya, kini dia fokuskan untuk membangun penghalang. Dengan demikian, selnya yang hancur tak lagi dapat beregenerasi.
“IBU?!” Rion berteriak saat melihat kondisi ibunya. Luka kini memenuhi tubuh ibunya, membuat tubuhnya kini bersimbah darah segar.
“Anak bodoh ....”
Crak Crak Crak Crak
Retakan mulai muncul di penghalang yang diciptakan ibu Rion.
Mata ibu Rion sedikit merah, berusaha menahan emosi yang kini membanjirinya, dia berucap lirih, “Rion, kau tahu kan sekarang ... ibu tak dapat terus bersama-“
“Tidak! Jika Ibu tidak ada ... hiks ... jika Ibu tidak ada ... aku—“
“Dengarkan Ibu kali ini saja!”
“....” Rion diam. Air matanya tidak mau berhenti, bahkan jika tidak mau, dia sadar, mungkin ini adalah perkataan terakhir ibunya.
“Bahkan jika ibu tak ada ... Rion ....”
BOOOMMM!
Ledakan terjadi, memekakkan telinga bagi siapa pun yang mendengarnya. Namun di telinga Rion hanya ada satu suara yang tergiang. “... HIDUPLAH!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ananda Harahap
dasar
2024-09-08
0
~H∆LUsinN∆SI~
huhh apaan ini!!!😟
kenapa ada cairan bening keluar dari mata😢
2021-03-27
0
RIMURU-SAMA
mc nya cewek apa cowok
2021-01-13
0