Arc I - Chapter 2 : Hancur - 2

Dengan sebuah hembusan napas yang dikeluarkan ksatria itu, lingkungan di sekiranya menjadi sunyi tenang.

“Indent.”

Dengan itu, gelombang energi berbentuk bilah-bilah pedang kuat dilepaskan. Dalam skala yang cukup luas untuk dapat menyisir ke sekitar, dengan cahaya kemilau keemasan yang dibawanya, kehancuran menakutkan terjadi.

Dinding dari tanah terbentuk di depan ibu Rion, meski dia tidak dapat menggunakan sihir selain sihir air. Berkat kemampuan khusus yang dimilikinya, dia dapat bertahan dengan membentuk perisai dari benda-benda di sekitarnya.

Namun, hal yang membuatnya terkejut adalah kecepatan ksatria itu melakukan rapalan mantra. Kecepatan ini sangat jauh berbeda dari apa yang pernah dia lihat, tapi dengan sedikit pengalamannya di masa lalu, dia menyesuaikan diri dengan cepat.

“Ohh, dia dapat bertahan dari itu?” ucap ksatria itu yang tak mengharapkan hal ini terjadi. Beberapa saat kemudian dia mengangguk, sebelum bergumam, “Hm, dia membuktikan kemampuan yang dimilikinya, dia adalah orang yang pantas untuk dapat menyebut namaku.”

Ksatria itu menancapkan pedangnya di tanah, sembari mengambil posisi tubuh siap khas apa yang dilakukan seorang ksatria di istana.

“Maaf untuk sebelumnya karena tak mengenakan diri. Perkenalkan saya dari Korps Arcanum, Pasukan Ekspedisi Eugary Empire, Raymond! Nama keluargaku tak layak untuk disebutkan, dengan ini mengucapkan nama ini bersumpah akan mengalahkanmu!”

“Oo ...!” sorak-sorai dari para prajurit memenuhi medan pertempuran begitu deklarasi dilakukan.

Meski ibu Rion tak mengetahui maksud dari apa yang dilakukan ksatria yang mendeklarasikan diri sebagai Raymond itu. Akan tetapi, melihat bahwa moral pasukan yang sebelumnya anjlok naik dengan cepat, dia tahu pasti ini bukanlah hal yang baik baginya.

Dia melirik jalan yang seharusnya digunakan oleh orang untuk menyelamatkan diri, berharap-harap cemas bahwa Rion segera kabur. Namun, anak manjanya itu masihlah berada di sana.

Sembari memikirkan cara agar anaknya dapat dipaksanya kabur, ibu Rion memulai serangan. Gelembung-gelembung air segera terbentuk di sekitarnya, sebelum melancarkan serangan dengan ketipisan lebih tipis dari jarum dan kompresi yang sangat padat berkat kemampuan khusus yang dia miliki.

Lintasan air memotong apa yang dilewatinya menjadi dua tanpa banyak kesulitan, tapi melihat Raymond yang masih bersikap tenang. Ibu Rion sama sekali tak dapat melonggarkan penjagaannya meski tubuhnya telah mendekati batasnya.

“Oo Blessed of The Gale Force,” Angin bertiup kencang saat Raymond mulai bergerak. Bersama dengan elemen angin yang menyelimuti tubuh, menyebabkan kecepatannya bertambah cepat.

Berusaha menghindari serangan yang dilancarkan ibu Rion, Raymond memendekkan jarak di antara mereka. Bagaimanapun, kelemahan fatal yang lumrahnya dimiliki seorang penyihir adalah pertarungan jarak dekat, dan dia berusaha memanfaatkan celah itu.

Cahaya keemasan pada pedang di tangan Raymond bercahaya semakin terang, saat dia memuat lebih banyak mana pada pedangnya. “Falls Down.”

Di belakang Raymond, sembilan pedang yang sepenuhnya terbuat dari energi bercahaya terang. Bersamaan dengan ayunan yang menciptakan bilah energi sepanjang lintasannya, pedang-pedang itu meluncur dengan kecepatan yang tak kan dapat ditangkap oleh mata orang-orang normal.

Tanah di sekitar ibu Rion tercongkel, dengan bongkahan-bongkahan batu yang kini mengapung, berusaha menahan serangan yang datang.

Segera dentuman demi dentuman menggelegar terdengar, bersama cahaya ledakan energi yang membanjiri mata.

Awan debu terbentuk, bersama dengan batu-batu kecil yang berjatuhan. Tak menyia-nyiakan momentum yang dimilikinya, Raymond berusaha mempersempit jarak dengan lawannya dengan cepat.

Akan tetapi, selang beberapa langkah yang diambilnya bilah-bilah tajam menghujani. Menyingkap awan debu yang ada, dengan aura berwarna ungu yang menyelimuti tubuhnya, ibu Rion memaksakan diri untuk dapat bertahan.

Ini adalah salah satu bentuk penggunaan [Force Field], yang mana memaksa energi yang ada di sekitar untuk dipasok ke tubuh pengguna, kemudian diubah menjadi sumber energi yang dapat diterima makhluk hidup, mana. Dengan itu, pemulihan kondisi fisik ibu Rion mengalami peningkatan secara eksplosif.

Akan tetapi, di sisi lain rasa sakit yang teramat, dari beban sel tubuh yang hancur karena tak mampu menahan pasokan mana yang berlebih, tapi pemulihan tubuh yang meningkat dengan cepat meregenerasi sel sebelum hancur sepenuhnya.

Sebelum Raymond dapat pulih dari keterkejutannya, sebab serangan yang dapat dia katakan salah satu yang paling menghancurkan dari teknik-teknik yang dimilikinya, dapat ditahan tanpa cedera fisik yang terlihat.

Raymond sedikit memasang senyum. “Huh ... dengan ini aku menemukan pejuang yang layak. Ayo kita tentukan siapa yang membel sang kebenaran yang kita yakini!”

Meski dapat mendengar apa yang Raymond katakan, ibu Rion tak ingin memberikan respons dalam bentuk kata apa pun. Sebaliknya, dia dengan cepat melancarkan serangan lain, berharap anaknya yang bodoh itu akan paham dengan situasi yang dialaminya sekarang dan kabur segera.

Pedang yang berayun dengan cepat, bebatuan terapung yang menjadi perisai, serta serangan sihir air berkompresi tinggi yang sesekali dilepaskan terus berlangsung. Dengan lingkungan yang kini telah rusak parah tak menyisakan bentuk apa pun yang dapat membuktikan bahwa sebuah desa pernah berdiri di sini sebelumnya.

Meski begitu ada satu arah yang menderita kerusakan paling sedikit. Benar, itu adalah arah di mana jalan pelarian itu berada, dengan mati-matian, ibu Rion mengarahkan arah serangan untuk menjauh dari arah itu. Namun, ibu Rion memperkirakan bahwa tinggal menunggu waktu saja sebelum lawannya menemukan hal yang janggal, bagaimanapun lawannya bukanlah makhluk tanpa otak.

“Apa Cuma ini yang kemampuanmu?” tanya Raymond dengan nada yang terdengar kecewa. “Bagaimana kau dapat mempertahankan kebenaran yang kau yakini dengan kekuatan selemah ini?!”

“Diamlah.”

“Huh ... kalau begitu akan kuakhiri.”

“....”

Melihat bahwa lawannya sama sekali tak dapat melancarkan serangan yang bisa membuktikan tekadnya. Sebuah desahan keluar dari mulut Raymond, sepertinya dia berharap terlalu banyak dari musuhnya kali ini.

“Jadi Cuma sebatas ini, kah?” Raymond mengambil sikap, pedangnya terangkat tinggi-tinggi.

“Berbanggalah bahwa aku menggunakan teknik ini.” Bersama dengan kata-kata arogan yang dia ucapkan. Aliran energi di sekitar menjadi liar.

“Emperor Swordmanship’s: ...,” Suhu di sekitar telah naik beberapa derajat bersama dengan rapalan mantra yang dilakukan, bayangan energi yang menunjukkan beribu bilah pedang yang siap mengarah pada lawannya terbentuk. “... 9th Style, The Qonquest!”

Bayangan energi itu selesai terwujud dengan kekuatan yang menghancurkan, beban berat terasa menekan pundak ibu Rion. Namun, semua hal itu diabaikannya, dia berlari ke tempat di mana Rion masih berada.

“Force Field: Force of Absolut Fortress!” teriaknya merapal mantra, berusaha mewujudkan bentuk kemampuan khususnya dengan lebih cepat.

Tidak seperti tampilan tenang yang selama ini dia pertahankan, rasa cemas, peduli, dan kesedihan dengan jelas terdengar dari nada yang dia keluarkan.

Cahaya ungu terlihat, berkelap-kelip memenuhi sekelilingnya. Cahaya saling terhubung, membentuk penghalang kokoh tepat di hadapannya.

Indah. Cahaya penuh keindahan memenuhi langit, membuat orang yang melihat panorama ini menjadi kosong sejenak, termenung akan keindahannya.

Zrat Zratt Zrattt Zratttt

Luka demi luka diderita ibu Rion. Seluruh pasokan mana yang sebelumnya digunakan untuk meregenerasi luka-lukanya, kini dia fokuskan untuk membangun penghalang. Dengan demikian, selnya yang hancur tak lagi dapat beregenerasi.

“IBU?!” Rion berteriak saat melihat kondisi ibunya. Luka kini memenuhi tubuh ibunya, membuat tubuhnya kini bersimbah darah segar.

“Anak bodoh ....”

Crak Crak Crak Crak

Retakan mulai muncul di penghalang yang diciptakan ibu Rion.

Mata ibu Rion sedikit merah, berusaha menahan emosi yang kini membanjirinya, dia berucap lirih, “Rion, kau tahu kan sekarang ... ibu tak dapat terus bersama-“

“Tidak! Jika Ibu tidak ada ... hiks ... jika Ibu tidak ada ... aku—“

“Dengarkan Ibu kali ini saja!”

“....” Rion diam. Air matanya tidak mau berhenti, bahkan jika tidak mau, dia sadar, mungkin ini adalah perkataan terakhir ibunya.

“Bahkan jika ibu tak ada ... Rion ....”

BOOOMMM!

Ledakan terjadi, memekakkan telinga bagi siapa pun yang mendengarnya. Namun di telinga Rion hanya ada satu suara yang tergiang. “... HIDUPLAH!”

Terpopuler

Comments

Ananda Harahap

Ananda Harahap

dasar

2024-09-08

0

~H∆LUsinN∆SI~

~H∆LUsinN∆SI~

huhh apaan ini!!!😟
kenapa ada cairan bening keluar dari mata😢

2021-03-27

0

RIMURU-SAMA

RIMURU-SAMA

mc nya cewek apa cowok

2021-01-13

0

lihat semua
Episodes
1 Arc I - Chapter 1 : Hancur - 1
2 Arc I - Chapter 2 : Hancur - 2
3 Arc I - Chapter 3 : Dalam Kesendirian
4 Arc I - Chapter 4 : Kehadiran Bencana - 1
5 Arc 1 - Chapter 5 : Kehadiran Bencana - 2
6 Arc 1 - Chapter 6 : Kehadiran Bencana - 3
7 Arc I - Chapter 7 : Kehadiran Bencana - 4
8 Arc I - Chapter 8 : Benih
9 Arc I - Chapter 9 : Pertaruhan Hidup - 1
10 Arc I - Chapter 10 : Pertaruhan Hidup - 2
11 Arc I - Chapter 11 : Hidup Dalam Kepalsuan - 1
12 Arc I - Chapter 12 : Hidup Dalam Kepalsuan - 2
13 Arc I - Chapter 13 : Hidup Dalam Kepalsuan - 3
14 Arc I - Chapter 14 : Kekacauan Dalam Benteng - 1
15 Arc I - Chapter 15 : Kekacauan Dalam Benteng - 2
16 Arc I - Chapter 16 : Kekacauan Dalam Benteng - 3
17 Arc I - Chapter 17 : Kekacauan Dalam Benteng - 4
18 Arc I - Chapter 18 : Kekacauan Dalam Benteng - 5
19 Arc I - Chapter 19 : Kekacauan Dalam Benteng - 6
20 Arc I - Chapter 20 : Kekacauan Dalam Benteng - 7
21 Arc I - Chapter 21 : Pembebasan Gerbang - 1
22 Arc I - Chapter 22 : Pembebasan Gerbang - 2
23 Arc I - Chapter 23 : Pembebasan Gerbang - 3
24 Arc I - Chapter 24 : Pembebasan Gerbang - 4
25 Arc I - Chapter 25 : Keterkejutan Marco
26 Arc I - Chapter 26 : Pengejaran - 1
27 Arc I - Chapter 27 : Pengejaran - 2
28 Arc I - Chapter 28 : Pengejaran - 3
29 Arc I - Chapter 29 : Pengejaran - 4
30 Arc I - Chapter 30 : Keheningan Dalam
31 Arc I - Chapter 31 : Lily
32 Arc I - Chapter 32 : Dalam Lapisan Es - 1
33 Arc I - Chapter 33 : Dalam Lapisan Es - 2
34 Arc I - Chapter 34 : Dalam Lapisan Es - 3
35 Arc I - Chapter 35 : Dalam Lapisan Es - 4
36 Arc I - Chapter 36 : Para Bandit - 1
37 Arc I - Chapter 37 : Para Bandit - 2
38 Arc I - Chapter 38 : Para Bandit - 3
39 Arc I - Chapter 39 : Para Bandit - 4
40 Arc I - Chapter 40 : Overflow - 1
41 Arc I - Chapter 41 : Overflow - 2
42 Arc I - Chapter 42 : Kota Dee
43 Arc I - Chapter 43 : Keributan Kecil
44 Arc I - Chapter 44 : Kisah Semalam - 1
45 Arc I - Chapter 45 : Kisah Semalam - 2
46 Arc I - Chapter 46 : Siaga - 1
47 Arc I - Chapter 47 : Siaga - 2
48 Arc I - Chapter 48 : Siaga - 3
49 Arc I - Chapter 49 : Siaga - 4
50 Arc I - Chapter 50 : Siaga - 5
51 Arc I - Chapter 51 : Tim Baru dan Operasi Lama - 1
52 Arc I - Chapter 52 : Tim Baru dan Operasi Lama - 2
53 Arc I - Chapter 53 : Tim Baru dan Operasi Lama - 3
54 Arc I - Chapter 54 : Pilihan ke Kehancuran
55 Arc I - Chapter 55 : Tak Terhindarkan - 1
56 Arc I - Chapter 56 : Tak Terhindarkan - 2
57 Arc I - Chapter 57 : Tak Terhindarkan - 3
58 Arc I - Chapter 58 : Tak Terhindarkan - 4
59 Arc I - Chapter 59 : Tak Terhindarkan - 5
60 Arc I - Chapter 60 : Kekhawatiran Mereka - 1
61 Arc I - Chapter 61 : Kekhawatiran Mereka - 2
62 Arc I - Chapter 62 : Malam Berbintang
63 Arc I - Chapter 63 : Di Lain Sisi - 1
64 Arc I - Chapter 64 : Di Lain Sisi - 2
65 Arc I - Chapter 65 : Di Lain Sisi - 3
66 Arc I - Chapter 66 : Di Lain Sisi - 4
67 Arc I - Chapter 67 : Di Lain Sisi - 5
68 Arc I - Chapter 68 : Sekawanan Serigala - 1
69 Arc I - Chapter 69 : Sekawanan Serigala - 2
70 Arc I - Chapter 70 : Sekawanan Serigala - 3
71 Arc I - Chapter 71 : Sekawanan Serigala - 4
72 Arc I - Chapter 72 : Sekawanan Serigala - 5
73 Arc I - Chapter 73 : Yurei
74 Arc I - Chapter 74 : Kota Pelabuhan
75 Arc I - Chapter 75 : Waktu Hening - 1
76 Arc I - Chapter 76 : Waktu Hening - 2
77 Arc I - Chapter 77 : Menilik - 1
78 Arc I - Chapter 78 : Menilik - 2
79 Arc I - Chapter 79 : Menilik - 3
80 Arc I - Chapter 80 : Menilik - 4
81 Arc I - Chapter 81 : Menilik - 5
82 Arc I - Chapter 82 : Awal Rangkaian - 1
83 Arc I - Chapter 83 : Awal Rangkaian - 2
84 Arc I - Chapter 84 : Awal Rangkaian - 3
85 Arc I - Chapter 85 : Awal Rangkaian - 4
86 Arc I - Chapter 86 : Awal Rangkaian - 5
87 Arc I - Chapter 87 : Awal Rangkaian - 6
88 Arc I - Chapter 88 : Bergerak - 1
89 Arc I - Chapter 89 : Bergerak - 2
90 Arc I - Chapter 90 : Bergerak - 3
91 Arc I - Chapter 91 : Menyusun Balok
92 Arc I - Chapter 92 : Segera Beranjak - 1
93 Arc I - Chapter 93 : Segera Beranjak - 2
94 Arc I - Chapter 94 : Segera Beranjak - 3
95 Arc I - Chapter 95 : Babak Baru - 1
96 Arc I - Chapter 96 : Babak Baru - 2
97 Arc I - Chapter 97 : Babak Baru - 3
98 Arc I - Chapter 98 : Babak Baru - 4
99 Arc I - Chapter 99 : Perubahan Situasi - 1
100 Arc I - Chapter 100 : Perubahan Situasi - 2
101 Arc I - Chapter 101 : Pembalikan
102 Arc I - Chapter 102 : Mengulurkan Tangan - 1
103 Arc I - Chapter 103 : Mengulurkan Tangan - 2
104 Arc I - Chapter 104 : Semakin Intens - 1
105 Arc I - Chapter 105 : Semakin Intens - 2
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Arc I - Chapter 1 : Hancur - 1
2
Arc I - Chapter 2 : Hancur - 2
3
Arc I - Chapter 3 : Dalam Kesendirian
4
Arc I - Chapter 4 : Kehadiran Bencana - 1
5
Arc 1 - Chapter 5 : Kehadiran Bencana - 2
6
Arc 1 - Chapter 6 : Kehadiran Bencana - 3
7
Arc I - Chapter 7 : Kehadiran Bencana - 4
8
Arc I - Chapter 8 : Benih
9
Arc I - Chapter 9 : Pertaruhan Hidup - 1
10
Arc I - Chapter 10 : Pertaruhan Hidup - 2
11
Arc I - Chapter 11 : Hidup Dalam Kepalsuan - 1
12
Arc I - Chapter 12 : Hidup Dalam Kepalsuan - 2
13
Arc I - Chapter 13 : Hidup Dalam Kepalsuan - 3
14
Arc I - Chapter 14 : Kekacauan Dalam Benteng - 1
15
Arc I - Chapter 15 : Kekacauan Dalam Benteng - 2
16
Arc I - Chapter 16 : Kekacauan Dalam Benteng - 3
17
Arc I - Chapter 17 : Kekacauan Dalam Benteng - 4
18
Arc I - Chapter 18 : Kekacauan Dalam Benteng - 5
19
Arc I - Chapter 19 : Kekacauan Dalam Benteng - 6
20
Arc I - Chapter 20 : Kekacauan Dalam Benteng - 7
21
Arc I - Chapter 21 : Pembebasan Gerbang - 1
22
Arc I - Chapter 22 : Pembebasan Gerbang - 2
23
Arc I - Chapter 23 : Pembebasan Gerbang - 3
24
Arc I - Chapter 24 : Pembebasan Gerbang - 4
25
Arc I - Chapter 25 : Keterkejutan Marco
26
Arc I - Chapter 26 : Pengejaran - 1
27
Arc I - Chapter 27 : Pengejaran - 2
28
Arc I - Chapter 28 : Pengejaran - 3
29
Arc I - Chapter 29 : Pengejaran - 4
30
Arc I - Chapter 30 : Keheningan Dalam
31
Arc I - Chapter 31 : Lily
32
Arc I - Chapter 32 : Dalam Lapisan Es - 1
33
Arc I - Chapter 33 : Dalam Lapisan Es - 2
34
Arc I - Chapter 34 : Dalam Lapisan Es - 3
35
Arc I - Chapter 35 : Dalam Lapisan Es - 4
36
Arc I - Chapter 36 : Para Bandit - 1
37
Arc I - Chapter 37 : Para Bandit - 2
38
Arc I - Chapter 38 : Para Bandit - 3
39
Arc I - Chapter 39 : Para Bandit - 4
40
Arc I - Chapter 40 : Overflow - 1
41
Arc I - Chapter 41 : Overflow - 2
42
Arc I - Chapter 42 : Kota Dee
43
Arc I - Chapter 43 : Keributan Kecil
44
Arc I - Chapter 44 : Kisah Semalam - 1
45
Arc I - Chapter 45 : Kisah Semalam - 2
46
Arc I - Chapter 46 : Siaga - 1
47
Arc I - Chapter 47 : Siaga - 2
48
Arc I - Chapter 48 : Siaga - 3
49
Arc I - Chapter 49 : Siaga - 4
50
Arc I - Chapter 50 : Siaga - 5
51
Arc I - Chapter 51 : Tim Baru dan Operasi Lama - 1
52
Arc I - Chapter 52 : Tim Baru dan Operasi Lama - 2
53
Arc I - Chapter 53 : Tim Baru dan Operasi Lama - 3
54
Arc I - Chapter 54 : Pilihan ke Kehancuran
55
Arc I - Chapter 55 : Tak Terhindarkan - 1
56
Arc I - Chapter 56 : Tak Terhindarkan - 2
57
Arc I - Chapter 57 : Tak Terhindarkan - 3
58
Arc I - Chapter 58 : Tak Terhindarkan - 4
59
Arc I - Chapter 59 : Tak Terhindarkan - 5
60
Arc I - Chapter 60 : Kekhawatiran Mereka - 1
61
Arc I - Chapter 61 : Kekhawatiran Mereka - 2
62
Arc I - Chapter 62 : Malam Berbintang
63
Arc I - Chapter 63 : Di Lain Sisi - 1
64
Arc I - Chapter 64 : Di Lain Sisi - 2
65
Arc I - Chapter 65 : Di Lain Sisi - 3
66
Arc I - Chapter 66 : Di Lain Sisi - 4
67
Arc I - Chapter 67 : Di Lain Sisi - 5
68
Arc I - Chapter 68 : Sekawanan Serigala - 1
69
Arc I - Chapter 69 : Sekawanan Serigala - 2
70
Arc I - Chapter 70 : Sekawanan Serigala - 3
71
Arc I - Chapter 71 : Sekawanan Serigala - 4
72
Arc I - Chapter 72 : Sekawanan Serigala - 5
73
Arc I - Chapter 73 : Yurei
74
Arc I - Chapter 74 : Kota Pelabuhan
75
Arc I - Chapter 75 : Waktu Hening - 1
76
Arc I - Chapter 76 : Waktu Hening - 2
77
Arc I - Chapter 77 : Menilik - 1
78
Arc I - Chapter 78 : Menilik - 2
79
Arc I - Chapter 79 : Menilik - 3
80
Arc I - Chapter 80 : Menilik - 4
81
Arc I - Chapter 81 : Menilik - 5
82
Arc I - Chapter 82 : Awal Rangkaian - 1
83
Arc I - Chapter 83 : Awal Rangkaian - 2
84
Arc I - Chapter 84 : Awal Rangkaian - 3
85
Arc I - Chapter 85 : Awal Rangkaian - 4
86
Arc I - Chapter 86 : Awal Rangkaian - 5
87
Arc I - Chapter 87 : Awal Rangkaian - 6
88
Arc I - Chapter 88 : Bergerak - 1
89
Arc I - Chapter 89 : Bergerak - 2
90
Arc I - Chapter 90 : Bergerak - 3
91
Arc I - Chapter 91 : Menyusun Balok
92
Arc I - Chapter 92 : Segera Beranjak - 1
93
Arc I - Chapter 93 : Segera Beranjak - 2
94
Arc I - Chapter 94 : Segera Beranjak - 3
95
Arc I - Chapter 95 : Babak Baru - 1
96
Arc I - Chapter 96 : Babak Baru - 2
97
Arc I - Chapter 97 : Babak Baru - 3
98
Arc I - Chapter 98 : Babak Baru - 4
99
Arc I - Chapter 99 : Perubahan Situasi - 1
100
Arc I - Chapter 100 : Perubahan Situasi - 2
101
Arc I - Chapter 101 : Pembalikan
102
Arc I - Chapter 102 : Mengulurkan Tangan - 1
103
Arc I - Chapter 103 : Mengulurkan Tangan - 2
104
Arc I - Chapter 104 : Semakin Intens - 1
105
Arc I - Chapter 105 : Semakin Intens - 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!