Gelap. Di tempat ini tidak ada sedikit pun cahaya yang dapat Rion lihat. Namun, dengan darah elf yang masih mengalir di nadinya, matanya dapat mengatasi masalah ini.
Air mata telah mengering dari wajah Rion. Namun, dengan mata yang masih membengkak serta bekas air mata yang dapat terlihat jelas di pipi, terlihat bahwa suasana hatinya buruk. Kepedihan menggerogoti, bersama rasa sakit yang tak berkesudahan yang ada di dalam dadanya, membuat Rion merasa telah jatuh ke titik paling bawah dalam hidupnya.
Entah sudah berapa lama dia telah berjalan. Akibat ledakan yang terjadi sebelumnya, Rion kehilangan kesadarannya.
Akan tetapi, Rion dapatlah mengingat dengan jelas apa yang terjadi saat itu. Ibunya membangun penghalang lain yang mengelilinya, sembari mendorongnya dengan kekuatan penuh, membuatnya dapat menjauh dari desa asalnya segera.
“IBU ...,” Meski Rion ingin menitikkan air mata, tapi air matanya telah kering tak bersisa. Membuatnya memendam kesedihan mendalam ini tanpa bentuk nyata. Melihat jalan gelap di depannya dia bergumam, “... Aku pergi ....”
Srak Srak Srak Srak
Beban berat Rion alami dalam setiap langkah yang diambilnya. Meski dia tahu bahwa semua yang terjadi adalah hal yang tak bisa diubah, tapi penyesalan menghantui pikirannya.
Bahkan dulu, saat dirinya dilatih sihir oleh ibunya. Rion mengeluh, bersikap manja, dan akhirnya menyerah.
Jika, jika saja saat itu dia tidak bersikap seperti itu. Mungkin dia dapat membantu ibunya dalam pertempuran yang terjadi, mungkin dia dapat meringankan beban yang ibunya pikul. Meski sedikit saja, mungkin tak lebih dari setitik debu dalam benturan kekuatan yang terjadi sebelumnya, dia dapatlah ikut membantu.
“Uhh ... la—“ Rion menghentikan apa yang ingin diucapkannya, digantikan dengan sebuah senyum kecut. Kini Rion merasa bahwa dirinya benar-benar tidak berguna. ‘Dalam situasinya sekarang ini pun, aku masih ingin mengeluh tentang rasa lapar dan haus yang hinggap. ‘
“Seharusnya aku mati saja ...,” ucapnya, saat berniat membenturkan kepalanya ke dinding sampai dirinya tewas.
Namun, kata terakhir yang diucapkan ibunya membuat Rion menghentikan niatnya.
‘Hiduplah’
Raut wajah Rion tak karuan, kini dia memahami betapa berat beban yang ada dalam sepatah kata tersebut.
Menatap jalan gelap nan berliku, Rion kembali melangkah. Bentuk jalur pelarian yang mirip labirin demi menghindari resiko terkejar oleh musuh kini membingungkan bagi Rion.
Walaupun dia hafal peta jalur pelarian yang telah diberitahukan ibunya berkali-kali. Namun, apa yang terjadi sebelumnya membuat Rion tak tahu posisinya secara pasti. Bersama kelelahan baik fisik maupun mental yang telah menumpuk, Rion pun tak dapat berpikir dengan baik.
Menggunakan dinding terowongan untuk menopang tubuhnya. Rion menyusuri jalan dengan perlahan, berusaha agar dirinya tak tersandung ataupun tergelincir dengan tanah yang mulai dirasa lembab.
Saat secuil cahaya mulai terlihat di matanya, Rion berusaha mempercepat langkah.
Melihat bahwa ini benarlah salah satu jalan keluar. Rion bergumam sedih, “Ibuku memanglah orang tua terbaik ....”
Bahkan dalam situasi genting itu, dia tak serta merta mendorong Rion menjauh tanpa arah. Ibu Rion tetaplah memusatkan perhatiannya pada Rion demi mendorongnya ke jalur yang benar.
Bruk
Rion tersungkur, mengistirahatkan diri yang tak mampu menahan beban ini lebih lama lagi. Namun, raut wajah Rion menunjukkan rasa sakit yang teramat.
Dia berucap lirih, “Ibu ....”
***
Saat mata Rion terbuka kembali dengan berat, matanya menyipit seketika, berusaha beradaptasi dengan cahaya terang yang tiba-tiba membanjiri. Dengan matahari yang telah meninggi, Rion terbangun dari tidur, sebuah pengalaman tidur yang dapat dikatakan paling buruk baginya.
Bahkan dalam mimpinya bencana itu diputar kembali, lagi, lagi, dan lagi. Berulang kali dengan adegan yang sama, adegan yang mana dirinya tak dapat berbuat apa pun. Hanya dapat menyaksikan bagaimana akhir riwayat Ibunya.
“Itu semua bukan mimpi, ya ....”
Rion berusaha menutupi sinar matahari dengan tangannya. ‘Hal itu nyata, bencana itu benar-benar terjadi, ibu ... mungkin telah tiada.’
Fakta yang jelas, sangat jelas, tapi, dia masihlah berharap bahwa semua itu hanya mimpi buruk belaka. Begitu dia terbangun, Rion berharap sang ibu berada di sampingnya seperti yang terjadi selama ini. Namun, semua itu nyata terjadi.
Rion menghembuskan napas panjang. Mengatur dalam-dalam di benaknya untuk berusaha memenuhi perkataan terakhir ibunya.
Bangun dari tempatnya berada, Rion menatap hutan belantara yang ada di depan, tempat yang sama sekali tak dikenalnya. Rasa takut sedikit menghinggapi saat dia mulai melangkah, dengan satu langkah ini, perjalanannya untuk dapat hidup tanpa ibunya telah dimulai.
Suara dedaunan yang saling bergesekkan, serta suara yang ditimbulkan oleh hewan-hewan kecil mengisi telinga Rion. Suara yang terdengar asing baginya, walaupun ini adalah suara yang selalu didengarnya.
Rion menoleh ke satu arah saat telinganya menangkap sebuah suara. Suara yang dalam waktu singkat ini telah sangat dikenalnya, suara sebuah pertarungan!
Ledakan demi ledakan ditangkap telinga, membuat Rion tanpa sadar melangkah ke sumber suara. Berpikiran bahwa itu berasal dari ibunya, walau itu adalah ketidakmungkinan.
Boom!
Ledakan tiba-tiba terjadi di dekat tempat Rion berada, dia terhempas jauh, dengan darah yang keluar dari luka yang timbul.
Seekor rubah putih dengan sembilan ekor menampakkan diri di depan mata Rion, tak lama berselang, sebelas orang manusia muncul dengan pakaian jubah seragam. Terlihat para manusia itu mengucapkan sesuatu, tapi dengan jarak yang cukup jauh dengan tempat Rion berada, dia tak dapat mendengarnya.
Cahaya yang berasal dari sihir mulai terlihat, tapi dengan segera rubah putih sembilan ekor itu menyerang secara fisik.
Angin bertiup kencang bersama ledakan yang memorak-porandakan sekitar. Rion membalikkan tubuhnya, berlari menjauh dari tempat ini secepatnya ditemani dengan ledakan dari pertempuran yang terjadi di sekelilingnya.
Dengan luka yang diderita, Rion berlari dengan tertatih-tatih. Merapatkan giginya, Rion berusaha menahan rasa sakit yang dialami.
“Aku harus memenuhi keinginan Ibu ... aku harus hidup!”
BOOM!
Ledakan yang jauh lebih keras dari sebelumnya terjadi, membuat Rion terhempas lebih jauh lagi bersama dengan luka-luka baru yang muncul.
Pandangan Rion mulai buram, dia hanya menatap ke depan saat mencoba melangkahkan kakinya lebih cepat lagi. Suara-suara yang mengisi pendengarannya perlahan menghilang, bersama dia yang tak peduli lagi dengan lingkungan sekitar.
‘Lari, lari, lari, lari!’
Pemikiran itu mengisi benak Rion, jika dia ingin memenuhi harapan ibunya maka pertama dia harus bisa lari dari situasi ini, dengan itu dia dapatlah hidup.
Entah keberuntungan dalam kemalangan atau apa, suara pertarungan sepertinya terdengar menjauh. Tidaklah jelas baginya dengan telinga yang tidak lagi dapat menangkap suara dengan fokus.
“Aku ... selamat?” Sebuah pertanyaan dilayangkan saat Rion tersadar, tapi tak ada yang dapat menjawabnya.
Rion menggerakkan tubuhnya, tapi rasa sakit segera menyertai. Sembari berusaha menahan rasa sakit itu, Rion mulai melangkah. Dengan mencari buah-buahan liar yang dapat dimakannya, stamina Rion mulai pulih.
“Magic: Heal.”
Sedikit banyak luka Rion pulih dengan cahaya hijau yang kini menyelimuti lukanya. Ini adalah satu-satunya sihir yang dia pelajari, itu pun dengan sangat buruk sehingga efek pemulihannya terbilang sangat lemah.
“Fou ...,” Sebuah suara lemah tiba-tiba terdengar, menarik perhatian Rion.
Rion menajamkan telinga, berusaha mendengar suara itu lagi tapi suara itu tidak terdengar lagi.
“Apa aku salah dengar?”
“Fou ....”
Rion mengangguk, dia tidaklah salah dengar. Bangkit dari tempatnya, dia mencari sumber suara tersebut sampai dia menemukannya. Di balik semak belukar, seekor rubah Seputih salju terlihat terkapar lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Mulyono Mulyono
.
2020-06-25
0
ZalikaAngel 🤧🥀❣️
Hallo like dan vote 5 bintang Uda mendarat🤧
jadi jangan lupa tinggalkan like dan vote 5 bintang di “playboy maniak sexx"
2020-06-10
0
Re-Kun
Rion itu umur berapa ya?
2020-04-18
2