Chapter 4 : Pentas Seni

"Galang sudah bangun?" ibuku seperti biasa membangunkanku dengan suara lirih namun terdengar jelas dari balik pintu kamarku.

"Iya sudah bu," jawabku yang dengan mata masih tertutup.

***

Di meja makan.

"Kamu ingat kan perkataan ibu kemaren?" tanya ibu kepadaku.

"Iya ingat kok. Aku akan berusaha," jawabku sambil mengunyah roti.

"Oiya ngomong-ngomong Tora juga satu SMA lagi denganmu kan? Kemaren ibunya Tora mampir di toko, terus bilang bahwa Tora juga masuk ke SMA yang sama denganmu."

"Ya sepertinya begitu, tapi aku kemaren enggak melihatnya di sekolah."

"Selamat pagi kak, bu," sapa Hana yang baru bergabung bersama kami di meja makan.

"Pagii Hana," jawab ibuku.

"Tumben kamu telat berada di meja makan Hana, biasanya kamu yang pertama kali duduk di meja makan," ledekku sedikit.

Hana diam saja tanpa menghiraukan ledekkanku. Ia terlihat mengambil roti dan mengolesinya dengan selai cokelat. Hana sangat suka sekali cokelat.

"Hei hei kenapa kakak diabaikan seperti itu? Kamu sedang tidak marah pada kakak kan?" tanyaku lagi.

"Kakak juga mengabaikan salamku tadi. Cuma ibu yang jawab," jawab Hana yang masih belum selesai mengolesi rotinya dengan selai.

"Maaf deh. Sekarang nih kakak ucapin. Selamat pagii juga Hana," ucapku lagi.

"Udah telatttt," muka Hana kelihatan jutek.

Hana memang suka memperhatikan hal-hal kecil seperti itu.

***

Seperti hari kemaren, hari ini aku pun akan berangkat ke sekolah bareng Hana.

"Kami berangkat," aku dan Hana berangkat.

"Iyaa hati-hati," jawab ibuku yang berdiri di pintu depan rumah.

***

"Oi Hana, kamu kalau sudah besar mau jadi apa?" tanyaku tiba-tiba pada Hana.

"Aku mau jadi karyawan di toko bunga milik ibu," jawabnya dengan mantap.

"Eehh?" aku sedikit terkejut dengan jawabannya. "Kenapa kamu ingin jadi karyawan di toko milik ibu?" lanjutku.

"Supaya aku bisa membantu ibu sepanjang waktu. Kalau kakak sudah besar nanti dan kemudian bekerja, lalu tinggal sendiri. Ibu hanya akan tinggal bersamaku kan? Nah kalau aku bekerja juga dan sibuk, siapa yang akan membantu ibu? Ibu juga pasti akan sangat kesepian kan? Jadi Hana kepikiran untuk berkerja di toko milik ibu saja hehe," Hana menjelaskan dengan polos.

Aku terdiam sejenak memikirkan jawaban dari Hana. Tak kusangka dia punya pemikiran seperti itu. Sejujurnya aku belum bisa membayangkan jika Hana tumbuh dewasa. Apakah nanti ia akan berubah? Apakah nanti ia akan membenciku? Apakah nanti ia masih tetap menganggap ku hebat? Aku jadi sedikit khawatir memikirkan hal itu.

***

Di ruang kelas 10-7.

"Risa sudah siap untuk hari ini?" tanya salah seorang siswa putri.

"Kuharap sudah hehe. Hari ini rasanya jadi lebih gugup dari pada kemaren," jawab Risa sambil menunjukkan wajah yang memang terlihat agak gugup.

"Tenang saja. Kami akan selalu mendukungmu dari barisan penonton, pastikan kamu menikmati penampilanmu nanti yah," Ayu terlihat menyemangati Risa. Entah sebagai Ketua kelas atau sebagai temannya ia menyemangatinya.

Pagi ini terlihat sedikit berbeda dari kemaren. Orang-orang di kelasku sudah mulai terlihat lebih akrab dari pada kemaren. Semuanya terlihat sedang menikmati masa awal-awal SMA dan teman baru.

Kursi yang kemaren kosong, nampaknya hari ini juga kosong. 5 menit lagi hingga bel berbunyi, tetapi kursi itu masih tetap kosong juga.

***

Sekolah pun dimulai. Rangkaian kegiatan orientasi dilaksanakan dengan lancar sesuai rencana. Kali ini, lumayan banyak yang memanggil namaku. Aku pun perlahan mulai mengingat nama-nama teman sekelasku.

Akhirnya sampailah pada acara terakhir yaitu pentas seni. Hari ini aku juga belum bertemu dengan Tora. Kira-kira dia masuk kelas apa ya?

Penampilan pertama dari kelas 10-1. Mereka menampilkan stand up comedy. Menurutku penampilannya tidak terlalu bagus tetapi juga tidak terlalu buruk. Aku memahaminya karena mungkin persiapannya hanya 1 hari jadi kurang maksimal.

Selanjutnya penampilan dari kelas 10-2. Mereka menampilkan musikalisasi puisi. Satu orang memainkan gitar dan satu orang lainnya membacakan puisi. Penampilan kali ini menurutku bagus. Walaupun sederhana tapi mereka seakan berhasil membuatku masuk ke alur puisi mereka. Untuk persiapan yang singkat ini mereka cukup berbakat juga.

Penampilan yang ke-tiga adalah dari kelas 10-3. Mereka menampilkan paduan suara.

Selanjutnya dari 10-4. Mereka menampilkan penyanyi solo sama seperti kami. Bedanya, perwakilan dari mereka adalah murid laki-laki, sementara dari kami adalah perempuan.

Selanjutnya dari 10-5. Mereka menampilkan band. Band mereka terdiri dari empat orang : satu orang menjadi Drummer, satu orang memegang bass, satu orang memegang gitar, dan satu orang sisanya sebagai vokalis. Mereka membawakan lagu yang aku tidak tahu. Akan tetapi, penampilan mereka menurutku bagus. Kurasa mereka mempunyai bakat.

Selanjutnya penampilan dari 10-6. Mereka menampilkan paduan suara sama seperti 10-3 tadi.

Akhirnya, giliran kelas kami tiba. Risa terlihat masih sedikit gugup dari sini. Aku harap dia bisa tenang jika sudah naik panggung. Ketika namanya dipanggil pembawa acara, kelas kami langsung bertepuk tangan sekeras dan semeriah mungkin agar membuat Risa lebih percaya diri. Kali ini aku sama antusiasnya seperti siswa lain saat bertepuk tangan.

Risa pun mulai bernyanyi, lagu yang ia bawakan adalah Kepompong. Suaranya bagus dan merdu, penampilannya pun juga bagus, walaupun tadi ia terlihat sedikit gugup. Sepertinya ia berhasil mengendalikan dirinya.

"Prokprokprokprok," suara tepuk tangan dari penonton sesaat setelah Risa menyelesaikan penampilannya. Kelihatannya semua menyukai penampilannya.

Selanjutnya penampilan dari kelas 10-8. Mereka juga menampilkan penyanyi solo sama seperti kami. Lagi-lagi membawakan lagu yang aku tidak tahu.

Lalu yang terakhir dari kelas 10-9. Mereka menampilkan band. Kali ini personilnya hanya tiga orang: satu orang drummer, satu orang basis, dan satu orang menjadi vokalis sekaligus gitaris. Dari mereka bertiga aku melihat Tora. Ternyata Tora berada di kelas 10-9. Dari dulu memang ia suka sekali main band. Dia juga sebenarnya sering mengajakku untuk main band, tetapi aku selalu menolaknya.

Mereka membawakan lagu dari Green Day yang judulnya When I Come Around. Lagu yang keluar tahun 1994. Aku rasa hanya sedikit saja yang mengetahui lagu ini di antara kami. Untungnya, aku beberapa kali main ke tempat Tora dan mendengarkan lagu-lagu dari Green Day. Aku pun jadi ikutan suka lagu-lagu dari mereka.

Akhirnya acara hari ini selesai. Kami pun langsung kembali ke kelas kami masing-masing untuk bersiap untuk pulang.

"Oi Lang...," sapa Tora dari kejauhan saat kami sedang menuju ke kelas.

"Eh Tora, akhirnya kita ketemu ya," jawabku.

"Kamu sih gak pernah keluar kelas waktu istirahat."

"Hehe maaf. Kau tahu kan kalau aku memang suka di kelas ketika istirahat."

"Hmmm Iya sih. Nanti pulang bareng yuk?"

"Boleh."

"Oke, nanti aku datang ke kelasmu setelah pulang sekolah ya. Jangan pulang duluan lohh."

"Iya iya tenang saja."

"Yaudah sampai nanti."

Aku dan Tora pun berpisah menuju kelas kami masing-masing.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Tutanuya

Tutanuya

like...like...

2020-11-02

1

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

mampir di sini juga
😘

2020-10-25

1

miqaela_isqa

miqaela_isqa

Semangat kakak

2020-10-22

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Hari Pertama
2 Chapter 2 : Satu Kalimat
3 Chapter 3 : Hidup Bertiga
4 Chapter 4 : Pentas Seni
5 Chapter 5 : Teman dari Kecil
6 Chapter 6 : Angket Ekstrakulikuler
7 Cahpter 7 : Sofia
8 Chapter 8: Pulang Bersama
9 Chapter 9 : Datang Berkunjung
10 Capter 10 : Kenangan
11 Chpater 11 : Malam
12 Chapter 12 : Toko Buku
13 Chapter 13 : Guru Bahasa Inggris
14 Chapter 14 : Ahsan dan Ruben
15 Chapter 15 : Bermain Game
16 Chapter 16 : Di Warung Bakso
17 Chapter 17 : Perasaan
18 Chapter 18 : Tebak-Tebakan
19 Chapter 19 : Cindy
20 Chapter 20 : Makan Malam
21 Chapter 21 : Kata
22 Chapter 22 : Menuju Bukit Bintang
23 Chapter 23 : Bukit Bintang
24 Chapter 24 : Penghujung Bulan Juli
25 Chapter 25 : Sesak
26 Chapter 26 : Tangisan
27 Chapter 27 : Penasaran
28 Chapter 28 : Alasan
29 Chapter 29 : Ponsel Yang Kembali
30 Chapter 30 : Hujan Di Awal Agustus
31 Chapter 31 : Ekstrakulikuler
32 Chapter 32 : Panggilan Masuk
33 Chapter 33 : Keluh Kesah
34 Chapter 34 : Malam Bulan Purnama
35 Chapter 35 : Menghadiri Acara
36 Chapter 36 : Menceritakan
37 Chapter 37 : Burger
38 Chapter 38 : Salah Lihat?
39 Chapter 39 : Bertemu Cindy
40 Chapter 40 : Bohong
41 Chapter 41 : Kelas XI Vs Kelas XII
42 Chapter 42 : Gempa
43 Chapter 43 : Rental Band
44 Chapter 44 : Malam Minggu
45 Chapter 45 : Cerita Cindy
46 Chapter 46 : Cerita Cindy 2
47 Chapter 47 : Ambisi
48 Chapter 48 : Jalan Rahasia
49 Chapter 49 : Tidak Bisa Mendeskripsikan
50 Chapter 50 : Chef Ruben
51 Chapter 51 : Sebenarnya
52 Chapter 52 : Di Kantin Sekolah
53 Chapter 53 : Menginap
54 Chapter 54 : Kekalahan Ahsan
55 Chapter 55 : Latih Tanding
56 Chapter 56 : Tuan Bulan Dan Tuan Malam
57 Chapter 57 : Tugas Bahasa Indonesia
58 Chapter 58 : Risal
59 Chapter 59 : Hitam Dan Biru
60 Chapter 60 : Bekas Luka
61 Chapter 61 : Pertandingan Futsal
62 Chapter 62 : Setelah Pertandingan
63 Chapter 63 : Kunjungan Di Tengah Hujan
64 Chapter 64 : Bertemu Kak Alice
65 Chapter 65 : Fakta Mengejutkan
66 Chapter 66 : Langit Yang Bewarna Jingga
67 Chapter 67 : Uban
68 Chapter 68 : Jalan Rahasia II
69 Chapter 69 : Panik
70 Chapter 70 : Muka Merah
71 Chapter 71 : Selesai Berenang
72 Chapter 72 : Seindah Bunga Sakura
73 Chapter 73 : Suasana Makan Siang
74 Chapter 74 : Kado Untuk Ibu
75 Chapter 75 : Risal Dan Sisi Lainnya
76 Chapter 76 : Penampilan Yang Sama
77 Chapter 77 : Candramawa
78 Chapter 78 : Mendatangi Ruben
79 Chapter 79 : Salah Informasi
80 Chapter 80 : Hukuman
81 Chapter 81 : Es Cincau
82 Chapter 82 : Makan Besar Bersama
83 Chapter 83 : Malam Yang Berkesan
84 Chapter 84 : Cemburu ?
85 Chapter 85 : Rapat Kelas 10-7
86 Chapter 86 : Es Jeruk?
87 Chapter 87 : Ketiduran
88 Chapter 88 : Rapat kelas 10-7 II
89 Chapter 89 : Rapat Kelas 10-7 III
90 Chapter 90 : Menemui Risal
91 Chapter 91 : Di Pinggir Lapangan
92 Chapter 92 : Latihan Tanpa Pak Bimo
93 Chapter 93 : Hana
94 Chapter 94 : Akhir Bulan Delapan, Awal Bulan Sembilan
95 Chapter 95 : Keputusan
96 Chapter 96 : Teman Ayah
97 Chapter 97 : Makan Siang
98 Chapter 98 : Satu Minggu Lagi
99 Chapter 99 : Dimulainya Perlombaan
100 Chapter 100 : Pertandingan Pertama Berakhir
101 Chapter 101 : Pertandingan Bola Basket
102 Chapter 102 : 3 Kemenangan
103 Chapter 103 : Rubber Set
104 Chapter 104 : Hasil Rubber Set
105 Chapter 105 : Pertandingan Futsal melawan 10-2
106 Chapter 106 : Jalannya Pertandingan
107 Chapter 107 : Gol Pertama
108 Chapter 108 : Obrolan Di Warung Bakso
109 Chapter 109 : Anak Kucing
110 Chapter 110 : Alex
111 Chapter 111: Festival Hari Kedua
112 Chapter 112 : Futsal Babak 8 Besar
113 Chapter 113 : Serangan Balik
114 Chapter 114 : Melaju Ke Semifinal
115 Chapter 115 : Obrolan Anak Laki-Laki
116 Chapter 116 : Gol Cepat
117 Chapter 117 : Setengah Pertandingan
118 Chapter 118 : Kembalinya Kak Taufik Ke Lapangan
119 Chapter 119 : Akhir Pertandingan Melawan 11 IPA 5
120 Chapter 120 : Semifinal Partai Kedua
121 Chapter 121 : Perkenalan
122 Chapter 122 : Tidak Terasa
123 Chapter 123 : Masih Belum Menyerah
124 Chapter 124 : Saat-Saat Terakhir
125 Chapter 125 : Prediksi
126 Chapter 126 : Kak Jo Vs Kak Taufik
127 Chapter 127 : Hasil Pertandingan Final
128 Chapter 128 : Datang Ke Rumah
129 Chapter 129 : Kilat
130 Chapter 130 : Hari Terakhir Festival
131 Chapter 131 : Terasa Nyaman
132 Chapter 132 : Mengantuk
133 Chapter 133 : Pengumuman Juara
134 Chapter 134 : Sikap Aneh Cindy
135 Chapter 135 : Sepi Di Tengah Keramaian
136 Chapter 136 : Isi Hati Yang Tidak Pasti
137 Chapter 137 : Orang Dengan Tingkat Risiko Keterlambatan Paling Tinggi Di Kelas
138 138 : Tiba Di Kebun Binatang
139 Chapter 139 : Mana Yang Lebih Dingin?
140 Chapter 140 : Menuju Tujuan Berikutnya
141 Chapter 141 : Sampai
142 Chapter 142 : Pulang
143 Chapter 143 : Bertukar Pesan WA
144 Chapter 144 : Prinsip Belajar
145 Chapter 145 : Puisi Yang Tak Dikumpulkan
146 Chapter 146 : Bimbang
147 Chapter 147 : Waktu yang seakan terhenti
148 Chapter 148 : Kehebohan Kecil
149 Chapter 149 : Sudah Lama
150 Chapter 150 : Kegiatan Rutin Di Rabu Sore
151 Chapter 151 : Raut Wajah Mu Terlalu Tegang
152 Chapter 152 : Bagaimanapun Caranya
153 Chapter 153 : Pingsan
154 Chapter 154 : Naik Daun
155 Chapter 155 : Suasana Pagi Hari
156 Chapter 156 : Tiga Buah Pesan
157 Chapter 157 : Ramai-Ramai
158 Chapter 158 : Makan Malam Bersama
159 Chapter 159 : Hal Yang Dirahasiakan
160 Chapter 160 : Bunga Untuk Siapa?
161 Chapter 161 : Siang Hari Di Toko Bunga
162 Chapter 162 : Tebak-Tebakan Dengan Hana
163 Chapter 163 : Laki-Laki Pengambil Resiko
164 Chapter 164 : UTS Hari Pertama
165 Chapter 165 : Setelah UTS Hari Pertama
166 Chapter 166 : Selesainya UTS
167 Chapter 167 : Obrolan Serius
168 Chapter 168 : Rumah Celine
169 Chapter 169 : Lupa
170 Chapter 170 : Malam Bersama Celine
171 Chapter 171 : Teman Lama Dan Seorang Gadis
172 Chapter 172 : Pertanyaan Yang Tak Bisa Dijawab
173 Chapter 173 : Beda Zona Waktu
174 Chapter 174 : Diperjalanan
175 Chapter 175 : Mengobrol Dengan Orang Asing
176 Chapter 176 : Sebelum Meninggalkan Candi Borobudur
177 Chapter 177 : Taman Di Belakang Rumah Makan
178 Chapter 178 : Sampai Jumpa dan Selamat Malam
179 Chapter 179 : Aji Terlihat Berbeda
180 Chapter 180 : Obrolan Yang Bukan Seperti Biasanya
181 Chapter 181 : Mengisi Pot
182 Chapter 182 : Sajak
183 Chapter 183 : Aji Terlihat Semakin Murung
184 Chapter 184 : Sulap Ahsan
185 Chapter 185 : Kabar Yang Menghebohkan
186 Chapter 186 : Dimana Uang Ku?
187 Chapter 187 : Rekor Baru
188 Chapter 188 : Hasil Terbaik Semenjak SMP
189 Chapter 189 : Masa Lalu Tomi
190 Chapter 190 : Sore Hari Di Taman
191 Chapter 191 : Lari Pagi
192 Chapter 192 : Ke Rumah Ahsan
193 Chapter 193 : Main Poker
194 Chapter 194 : Rumah Hantu
195 Chapter 195 : Bahasan Di Pasar Malam
196 Chapter 196 : Salah Tebak
197 Chapter 197 : Sampai Di Rumah Kakek
198 Chapter 198 : Cerita Masa Lalu Ibu
199 Chapter 199 : Anak Baru
200 Chapter 200 : Kekuatan Uang
201 Chapter 201 : Ruben Si Master Hitung
202 Chapter 202 : Pikiran
203 Chapter 203 : PR Kimia
204 Chapter 204 : Pemikiran Ruben
205 Chapter 205 : Pesan Kak Jo
206 Chapter 206 : Ruben Dan Alex
207 Chapter 207 : Membahas Alex
208 Chapter 208 : Jika Sedang Makan Janganlah Banyak Bicara
209 Chapter 209 : Aroma Makam
210 Chapter 210 : Nasehat
211 Chapter 211 : Bertemu Sesosok Familiar
212 Chapter 212 : Rasa Penasaran Celine
213 Chapter 213 : Hana Sakit
214 Chapter 214 : Cerita Hewan Shio
215 Chapter 215 : Ternyata
216 Chapter 216 : Masa Lalu Risal Dan Reza
Episodes

Updated 216 Episodes

1
Chapter 1 : Hari Pertama
2
Chapter 2 : Satu Kalimat
3
Chapter 3 : Hidup Bertiga
4
Chapter 4 : Pentas Seni
5
Chapter 5 : Teman dari Kecil
6
Chapter 6 : Angket Ekstrakulikuler
7
Cahpter 7 : Sofia
8
Chapter 8: Pulang Bersama
9
Chapter 9 : Datang Berkunjung
10
Capter 10 : Kenangan
11
Chpater 11 : Malam
12
Chapter 12 : Toko Buku
13
Chapter 13 : Guru Bahasa Inggris
14
Chapter 14 : Ahsan dan Ruben
15
Chapter 15 : Bermain Game
16
Chapter 16 : Di Warung Bakso
17
Chapter 17 : Perasaan
18
Chapter 18 : Tebak-Tebakan
19
Chapter 19 : Cindy
20
Chapter 20 : Makan Malam
21
Chapter 21 : Kata
22
Chapter 22 : Menuju Bukit Bintang
23
Chapter 23 : Bukit Bintang
24
Chapter 24 : Penghujung Bulan Juli
25
Chapter 25 : Sesak
26
Chapter 26 : Tangisan
27
Chapter 27 : Penasaran
28
Chapter 28 : Alasan
29
Chapter 29 : Ponsel Yang Kembali
30
Chapter 30 : Hujan Di Awal Agustus
31
Chapter 31 : Ekstrakulikuler
32
Chapter 32 : Panggilan Masuk
33
Chapter 33 : Keluh Kesah
34
Chapter 34 : Malam Bulan Purnama
35
Chapter 35 : Menghadiri Acara
36
Chapter 36 : Menceritakan
37
Chapter 37 : Burger
38
Chapter 38 : Salah Lihat?
39
Chapter 39 : Bertemu Cindy
40
Chapter 40 : Bohong
41
Chapter 41 : Kelas XI Vs Kelas XII
42
Chapter 42 : Gempa
43
Chapter 43 : Rental Band
44
Chapter 44 : Malam Minggu
45
Chapter 45 : Cerita Cindy
46
Chapter 46 : Cerita Cindy 2
47
Chapter 47 : Ambisi
48
Chapter 48 : Jalan Rahasia
49
Chapter 49 : Tidak Bisa Mendeskripsikan
50
Chapter 50 : Chef Ruben
51
Chapter 51 : Sebenarnya
52
Chapter 52 : Di Kantin Sekolah
53
Chapter 53 : Menginap
54
Chapter 54 : Kekalahan Ahsan
55
Chapter 55 : Latih Tanding
56
Chapter 56 : Tuan Bulan Dan Tuan Malam
57
Chapter 57 : Tugas Bahasa Indonesia
58
Chapter 58 : Risal
59
Chapter 59 : Hitam Dan Biru
60
Chapter 60 : Bekas Luka
61
Chapter 61 : Pertandingan Futsal
62
Chapter 62 : Setelah Pertandingan
63
Chapter 63 : Kunjungan Di Tengah Hujan
64
Chapter 64 : Bertemu Kak Alice
65
Chapter 65 : Fakta Mengejutkan
66
Chapter 66 : Langit Yang Bewarna Jingga
67
Chapter 67 : Uban
68
Chapter 68 : Jalan Rahasia II
69
Chapter 69 : Panik
70
Chapter 70 : Muka Merah
71
Chapter 71 : Selesai Berenang
72
Chapter 72 : Seindah Bunga Sakura
73
Chapter 73 : Suasana Makan Siang
74
Chapter 74 : Kado Untuk Ibu
75
Chapter 75 : Risal Dan Sisi Lainnya
76
Chapter 76 : Penampilan Yang Sama
77
Chapter 77 : Candramawa
78
Chapter 78 : Mendatangi Ruben
79
Chapter 79 : Salah Informasi
80
Chapter 80 : Hukuman
81
Chapter 81 : Es Cincau
82
Chapter 82 : Makan Besar Bersama
83
Chapter 83 : Malam Yang Berkesan
84
Chapter 84 : Cemburu ?
85
Chapter 85 : Rapat Kelas 10-7
86
Chapter 86 : Es Jeruk?
87
Chapter 87 : Ketiduran
88
Chapter 88 : Rapat kelas 10-7 II
89
Chapter 89 : Rapat Kelas 10-7 III
90
Chapter 90 : Menemui Risal
91
Chapter 91 : Di Pinggir Lapangan
92
Chapter 92 : Latihan Tanpa Pak Bimo
93
Chapter 93 : Hana
94
Chapter 94 : Akhir Bulan Delapan, Awal Bulan Sembilan
95
Chapter 95 : Keputusan
96
Chapter 96 : Teman Ayah
97
Chapter 97 : Makan Siang
98
Chapter 98 : Satu Minggu Lagi
99
Chapter 99 : Dimulainya Perlombaan
100
Chapter 100 : Pertandingan Pertama Berakhir
101
Chapter 101 : Pertandingan Bola Basket
102
Chapter 102 : 3 Kemenangan
103
Chapter 103 : Rubber Set
104
Chapter 104 : Hasil Rubber Set
105
Chapter 105 : Pertandingan Futsal melawan 10-2
106
Chapter 106 : Jalannya Pertandingan
107
Chapter 107 : Gol Pertama
108
Chapter 108 : Obrolan Di Warung Bakso
109
Chapter 109 : Anak Kucing
110
Chapter 110 : Alex
111
Chapter 111: Festival Hari Kedua
112
Chapter 112 : Futsal Babak 8 Besar
113
Chapter 113 : Serangan Balik
114
Chapter 114 : Melaju Ke Semifinal
115
Chapter 115 : Obrolan Anak Laki-Laki
116
Chapter 116 : Gol Cepat
117
Chapter 117 : Setengah Pertandingan
118
Chapter 118 : Kembalinya Kak Taufik Ke Lapangan
119
Chapter 119 : Akhir Pertandingan Melawan 11 IPA 5
120
Chapter 120 : Semifinal Partai Kedua
121
Chapter 121 : Perkenalan
122
Chapter 122 : Tidak Terasa
123
Chapter 123 : Masih Belum Menyerah
124
Chapter 124 : Saat-Saat Terakhir
125
Chapter 125 : Prediksi
126
Chapter 126 : Kak Jo Vs Kak Taufik
127
Chapter 127 : Hasil Pertandingan Final
128
Chapter 128 : Datang Ke Rumah
129
Chapter 129 : Kilat
130
Chapter 130 : Hari Terakhir Festival
131
Chapter 131 : Terasa Nyaman
132
Chapter 132 : Mengantuk
133
Chapter 133 : Pengumuman Juara
134
Chapter 134 : Sikap Aneh Cindy
135
Chapter 135 : Sepi Di Tengah Keramaian
136
Chapter 136 : Isi Hati Yang Tidak Pasti
137
Chapter 137 : Orang Dengan Tingkat Risiko Keterlambatan Paling Tinggi Di Kelas
138
138 : Tiba Di Kebun Binatang
139
Chapter 139 : Mana Yang Lebih Dingin?
140
Chapter 140 : Menuju Tujuan Berikutnya
141
Chapter 141 : Sampai
142
Chapter 142 : Pulang
143
Chapter 143 : Bertukar Pesan WA
144
Chapter 144 : Prinsip Belajar
145
Chapter 145 : Puisi Yang Tak Dikumpulkan
146
Chapter 146 : Bimbang
147
Chapter 147 : Waktu yang seakan terhenti
148
Chapter 148 : Kehebohan Kecil
149
Chapter 149 : Sudah Lama
150
Chapter 150 : Kegiatan Rutin Di Rabu Sore
151
Chapter 151 : Raut Wajah Mu Terlalu Tegang
152
Chapter 152 : Bagaimanapun Caranya
153
Chapter 153 : Pingsan
154
Chapter 154 : Naik Daun
155
Chapter 155 : Suasana Pagi Hari
156
Chapter 156 : Tiga Buah Pesan
157
Chapter 157 : Ramai-Ramai
158
Chapter 158 : Makan Malam Bersama
159
Chapter 159 : Hal Yang Dirahasiakan
160
Chapter 160 : Bunga Untuk Siapa?
161
Chapter 161 : Siang Hari Di Toko Bunga
162
Chapter 162 : Tebak-Tebakan Dengan Hana
163
Chapter 163 : Laki-Laki Pengambil Resiko
164
Chapter 164 : UTS Hari Pertama
165
Chapter 165 : Setelah UTS Hari Pertama
166
Chapter 166 : Selesainya UTS
167
Chapter 167 : Obrolan Serius
168
Chapter 168 : Rumah Celine
169
Chapter 169 : Lupa
170
Chapter 170 : Malam Bersama Celine
171
Chapter 171 : Teman Lama Dan Seorang Gadis
172
Chapter 172 : Pertanyaan Yang Tak Bisa Dijawab
173
Chapter 173 : Beda Zona Waktu
174
Chapter 174 : Diperjalanan
175
Chapter 175 : Mengobrol Dengan Orang Asing
176
Chapter 176 : Sebelum Meninggalkan Candi Borobudur
177
Chapter 177 : Taman Di Belakang Rumah Makan
178
Chapter 178 : Sampai Jumpa dan Selamat Malam
179
Chapter 179 : Aji Terlihat Berbeda
180
Chapter 180 : Obrolan Yang Bukan Seperti Biasanya
181
Chapter 181 : Mengisi Pot
182
Chapter 182 : Sajak
183
Chapter 183 : Aji Terlihat Semakin Murung
184
Chapter 184 : Sulap Ahsan
185
Chapter 185 : Kabar Yang Menghebohkan
186
Chapter 186 : Dimana Uang Ku?
187
Chapter 187 : Rekor Baru
188
Chapter 188 : Hasil Terbaik Semenjak SMP
189
Chapter 189 : Masa Lalu Tomi
190
Chapter 190 : Sore Hari Di Taman
191
Chapter 191 : Lari Pagi
192
Chapter 192 : Ke Rumah Ahsan
193
Chapter 193 : Main Poker
194
Chapter 194 : Rumah Hantu
195
Chapter 195 : Bahasan Di Pasar Malam
196
Chapter 196 : Salah Tebak
197
Chapter 197 : Sampai Di Rumah Kakek
198
Chapter 198 : Cerita Masa Lalu Ibu
199
Chapter 199 : Anak Baru
200
Chapter 200 : Kekuatan Uang
201
Chapter 201 : Ruben Si Master Hitung
202
Chapter 202 : Pikiran
203
Chapter 203 : PR Kimia
204
Chapter 204 : Pemikiran Ruben
205
Chapter 205 : Pesan Kak Jo
206
Chapter 206 : Ruben Dan Alex
207
Chapter 207 : Membahas Alex
208
Chapter 208 : Jika Sedang Makan Janganlah Banyak Bicara
209
Chapter 209 : Aroma Makam
210
Chapter 210 : Nasehat
211
Chapter 211 : Bertemu Sesosok Familiar
212
Chapter 212 : Rasa Penasaran Celine
213
Chapter 213 : Hana Sakit
214
Chapter 214 : Cerita Hewan Shio
215
Chapter 215 : Ternyata
216
Chapter 216 : Masa Lalu Risal Dan Reza

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!