Chapter 3 : Hidup Bertiga

Siang itu setelah sampai rumah, aku langsung menuju dapur untuk mencari sesuatu untuk dimakan. Sayangnya, aku tidak menemukan apapun. Sepertinya ibuku belum sempat membuat makan siang, persediaan cemilan juga habis. Akhirnya, aku putuskan untuk pergi ke minimarket karena aku sudah lumayan lapar setelah seharian di sekolah.

Minimarket terdekat dari rumahku sekitar 1 km. Aku selalu berjalan kaki jika ke sana. Aku lebih suka berjalan kaki dari pada naik sepeda atau yang lainnya.

***

Setelah sampai, aku langsung mencari cemilan dan sereal. Lalu aku mencari susu sapi cair. Setelah semuanya terambil, aku langsung menuju kasir.

"Eh Galang kan?" tanya seorang gadis dari samping yang masih memakai seragam.

"Iya aku Galang. Maaf kamu siapa ya?" aku balik bertanya. Aku benar-benar tidak tahu siapa gadis itu dan kenapa dia bisa tahu namaku.

"Ehhh kamu gak ingat? Aku teman sekelasmu lohhh, Erni," jawab gadis itu yang kini malah terlihat terkejut karena aku tidak mengingatnya.

"Oh maaf. Aku tidak pandai dalam mengingat wajah orang dan namanya. Apalagi kita baru bertemu satu kali kan?" jawabku dengan nada datar.

"Ehhhhhh sekali? Kita ini kan juga satu SMP Lang astagaaaa," wajahnya terlihat lebih terkejut dari sebelumnya.

"Eh benarkah? Sungguh? Wah aku benar-benar tidak mengingatnya. Sekali lagi maaf yah. Yaudah aku duluan yah," aku langsung menuju kasir dan langsung meninggalkan minimarket itu.

Aku benar-benar tidak mengingat gadis itu tadi. Aku sedikit merasa tidak enak padanya. Bahkan, sekarang aku sudah lupa lagi siapa nama gadis itu. Hanya saja, aku masih sedikit mengingat wajahnya.

***

Ibuku memang sering terlambat membuat makan siang, bahkan tak jarang ia menyuruh kami untuk makan di luar saja. Ibuku punya usaha toko bunga tepat di samping rumah kami. Jadi, ibuku selalu sibuk jika siang hari.

Setelah pulang dari minimarket tadi, aku berencana mampir sebentar ke toko bunga ibuku untuk sekedar melihat-lihat koleksi bunga ibuku. Sebenarnya, aku juga cukup suka melihat bunga.

Saat aku sudah hampir sampai di toko bunga, tiba-tiba ada anak kecil yang memelukku dari belakang.

"Doorrr," anak kecil itu berteriak saat memelukku. Sepertinya ia berusaha untuk mengagetkanku. Dari suara anak kecil itu, aku langsung bisa mengenali bahwa itu adalah Hana.

Aku pun pura-pura kaget, lalu perlahan berbalik.

"Eh Hana kamu mengagetkanku haha."

"Hahaha kakak mau ke toko bunga juga?"

"Iya ini mau lihat-lihat bunga sebentar."

"Kakak udah makan?"

"Belum, tadi pas kakak pulang di dapur belum ada makanan. Ini kakak habis dari minimarket beli cemilan."

"Ehhh belum makan? Nanti sakit lohh. Ayo pulang dulu saja biar Hana yang masak buat kakak. Habis itu kakak baru boleh liat bunga," wajah Hana berubah khawatir. Hana sangat terlihat menggemaskan saat memasang wajah khawatir seperti itu.

"Iya deh ayo. Mau masak apa emangnya?" tanyaku.

"Hehe liat aja nanti," jawab Hana.

Kami pun langsung kembali ke rumah tanpa mampir ke toko bunga.

***

"Kakak jangan ngintip yaaa. Terus tutup mata kakak sampai Hana benar-benar selesai memasak," ucap Hana sambil menggoreng.

"Iyaa kakak engga ngintip kok," ucapku sambil terus duduk di meja makan. Sejujurnya aku sudah tahu apa yang sedang dimasak Hana dari baunya. Hana pasti sedang masak telur dadar. Bukan hanya dari baunya saja, setahuku Hana juga baru bisa masak telur dadar.

"Selesaiiii.. Silahkan tuan, makanan anda sudah siap. Anda boleh membuka mata sekarang. Maaf menunggu lama," Hana menirukan suara pelayan yang sedang melayani pelanggan.

"Hahahaha apa-apaan itu," aku tertawa kecil mendengar ucapan Hana itu. Hana memang sering menirukan apapun. Terkadang iya menirukan adegan komedi yang dilihatnya di TV. Kadang ia menirukan adegan iklan suatu produk, dan apapun yang menurutnya menarik. Saat ia sedang menirukan sesuatu aku pasti langsung tertawa. "Hana... makasih ya makanannya."

"Sama-sama tuan. Kepuasan anda adalah prioritas kami," Hana masih terlihat menirukan pelayan.

***

Sambil menunggu matahari tenggelam, aku menghabiskan waktuku dengan membaca novel. Berbeda dengan adikku, terkadang ia menghabiskan waktu senjanya untuk membantu ibuku. Mereka akan pulang ke rumah saat jam makan malam tiba setelah menutup tokonya.

***

"Kami pulaaangg," teriak Hana setelah membuka pintu depan. Seperti biasa, ia pulang bersama ibu.

"Kakak hari ini kita makan sate loo. Tadi ada pedagang sate keliling yang lewat depan toko, jadi kita beli deh...," seperti biasa Hana selalu terlihat bersemangat.

"Wah enak nih kayaknya," ucapku sambil membuka bungkus sate.

"Selamat makan," ucap kami bertiga bersamaan.

"Tadi gimana sekolahnya Lang? Lancar?" tanya ibuku sambil mengunyah makanannya.

"Mmm biasa aja. Gak ada yang sepesial. Hanya saja, tadi ada siswa yang gak masuk. Aku sedikit penasaran kenapa ia gak masuk."

"Tidak ada yang membawa surat keterangan untuknya kah?" tanya ibuku lagi.

"Tidak, tidak ada keterangan apapun."

"Apa kamu sudah dapat teman baru?"

"Belum hehe. Tapi aku sudah ingat beberapa nama mereka loo. Aku ingat Ayu sama Risa."

"Tapi lebih baik lagi kalau kamu bisa berteman baik dengan teman sekelasmu loh Lang. Cobalah untuk mendapatkan satu atau dua teman dekat. Pasti itu sangat membantu untuk melewati masa SMA mu."

"Ya, kalau ibu berkata seperti itu, besok aku coba untuk bisa akrab dengan mereka."

"Tapi kalau memang kamu tidak nyaman tidak usah dipaksakan ya Lang."

"Baik bu."

Setelah selesai menyantap makan malam. Aku dan Hana yang membereskan meja makan dan kemudian mencuci alat makan yang kotor.

Setelah itu, kami pergi ke kamar kami masing-masing.

"Selamat malam kaaakk," ucap Hana dengan suara yang terdengar sudah mengantuk. Hana selalu mengucapkan selamat malam padaku. Aku senang mempunyai adik seperti Hana. Itu seperti memberiku energi kehidupan.

***

Aku sangat bersyukur mempunyai adik seperti Hana dan ibu seperti ibuku. Mereka selalu membuat hidupku menjadi lebih berwarna. Aku tidak bisa membayangkan jika harus kehilangan salah satu dari mereka. Aku berharap mereka bisa hidup selamanya.

Hana selalu memberikan energi yang cerah, sementara ibuku membuat suasana semakin nyaman. Ibu belum pernah sekalipun memarahiku ataupun Hana. Ibuku selalu tersenyum jika salah satu dari kami berbuat kesalahan. Aku pun baru sekali melihat ibuku menitikan air matanya, Yaitu ketika Ayah meninggal karena kecelakaan sekitar 7 tahun yang lalu.

Di Hari itu, ibuku terlihat sangat sedih. Ia pun terlihat sangat lemas, bahkan beberapa kali jatuh pingsan.

Adikku saat itu masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang sedang terjadi. Sehari setelah pemakaman ayah, Hana pun masih mengira bahwa ayah masih akan pulang.

Seminggu setelah ayah pergi, Hana baru meneteskan air matanya karena rindu. Ia mungkin sudah sadar bahwa kali ini ayah sudah tidak bisa pulang setelah dijelaskan oleh ibuku pelan-pelan. Setelah itu, kami hanya hidup bertiga hingga hari ini.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Kang Nyimak

Kang Nyimak

ngk punya adik nyimak

2022-09-09

0

_rus

_rus

Sudah aku like dan rate Thor 👍🏽👍🏽
Tetap semangat pokoknya 💪🏽💪🏽

Salam hangat dari "Sebuah Sebuah Kisah Cintaku" 😁

2020-11-29

1

Caramelatte

Caramelatte

semangat thor!
Salam dari "Belong to Esme"

2020-11-23

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Hari Pertama
2 Chapter 2 : Satu Kalimat
3 Chapter 3 : Hidup Bertiga
4 Chapter 4 : Pentas Seni
5 Chapter 5 : Teman dari Kecil
6 Chapter 6 : Angket Ekstrakulikuler
7 Cahpter 7 : Sofia
8 Chapter 8: Pulang Bersama
9 Chapter 9 : Datang Berkunjung
10 Capter 10 : Kenangan
11 Chpater 11 : Malam
12 Chapter 12 : Toko Buku
13 Chapter 13 : Guru Bahasa Inggris
14 Chapter 14 : Ahsan dan Ruben
15 Chapter 15 : Bermain Game
16 Chapter 16 : Di Warung Bakso
17 Chapter 17 : Perasaan
18 Chapter 18 : Tebak-Tebakan
19 Chapter 19 : Cindy
20 Chapter 20 : Makan Malam
21 Chapter 21 : Kata
22 Chapter 22 : Menuju Bukit Bintang
23 Chapter 23 : Bukit Bintang
24 Chapter 24 : Penghujung Bulan Juli
25 Chapter 25 : Sesak
26 Chapter 26 : Tangisan
27 Chapter 27 : Penasaran
28 Chapter 28 : Alasan
29 Chapter 29 : Ponsel Yang Kembali
30 Chapter 30 : Hujan Di Awal Agustus
31 Chapter 31 : Ekstrakulikuler
32 Chapter 32 : Panggilan Masuk
33 Chapter 33 : Keluh Kesah
34 Chapter 34 : Malam Bulan Purnama
35 Chapter 35 : Menghadiri Acara
36 Chapter 36 : Menceritakan
37 Chapter 37 : Burger
38 Chapter 38 : Salah Lihat?
39 Chapter 39 : Bertemu Cindy
40 Chapter 40 : Bohong
41 Chapter 41 : Kelas XI Vs Kelas XII
42 Chapter 42 : Gempa
43 Chapter 43 : Rental Band
44 Chapter 44 : Malam Minggu
45 Chapter 45 : Cerita Cindy
46 Chapter 46 : Cerita Cindy 2
47 Chapter 47 : Ambisi
48 Chapter 48 : Jalan Rahasia
49 Chapter 49 : Tidak Bisa Mendeskripsikan
50 Chapter 50 : Chef Ruben
51 Chapter 51 : Sebenarnya
52 Chapter 52 : Di Kantin Sekolah
53 Chapter 53 : Menginap
54 Chapter 54 : Kekalahan Ahsan
55 Chapter 55 : Latih Tanding
56 Chapter 56 : Tuan Bulan Dan Tuan Malam
57 Chapter 57 : Tugas Bahasa Indonesia
58 Chapter 58 : Risal
59 Chapter 59 : Hitam Dan Biru
60 Chapter 60 : Bekas Luka
61 Chapter 61 : Pertandingan Futsal
62 Chapter 62 : Setelah Pertandingan
63 Chapter 63 : Kunjungan Di Tengah Hujan
64 Chapter 64 : Bertemu Kak Alice
65 Chapter 65 : Fakta Mengejutkan
66 Chapter 66 : Langit Yang Bewarna Jingga
67 Chapter 67 : Uban
68 Chapter 68 : Jalan Rahasia II
69 Chapter 69 : Panik
70 Chapter 70 : Muka Merah
71 Chapter 71 : Selesai Berenang
72 Chapter 72 : Seindah Bunga Sakura
73 Chapter 73 : Suasana Makan Siang
74 Chapter 74 : Kado Untuk Ibu
75 Chapter 75 : Risal Dan Sisi Lainnya
76 Chapter 76 : Penampilan Yang Sama
77 Chapter 77 : Candramawa
78 Chapter 78 : Mendatangi Ruben
79 Chapter 79 : Salah Informasi
80 Chapter 80 : Hukuman
81 Chapter 81 : Es Cincau
82 Chapter 82 : Makan Besar Bersama
83 Chapter 83 : Malam Yang Berkesan
84 Chapter 84 : Cemburu ?
85 Chapter 85 : Rapat Kelas 10-7
86 Chapter 86 : Es Jeruk?
87 Chapter 87 : Ketiduran
88 Chapter 88 : Rapat kelas 10-7 II
89 Chapter 89 : Rapat Kelas 10-7 III
90 Chapter 90 : Menemui Risal
91 Chapter 91 : Di Pinggir Lapangan
92 Chapter 92 : Latihan Tanpa Pak Bimo
93 Chapter 93 : Hana
94 Chapter 94 : Akhir Bulan Delapan, Awal Bulan Sembilan
95 Chapter 95 : Keputusan
96 Chapter 96 : Teman Ayah
97 Chapter 97 : Makan Siang
98 Chapter 98 : Satu Minggu Lagi
99 Chapter 99 : Dimulainya Perlombaan
100 Chapter 100 : Pertandingan Pertama Berakhir
101 Chapter 101 : Pertandingan Bola Basket
102 Chapter 102 : 3 Kemenangan
103 Chapter 103 : Rubber Set
104 Chapter 104 : Hasil Rubber Set
105 Chapter 105 : Pertandingan Futsal melawan 10-2
106 Chapter 106 : Jalannya Pertandingan
107 Chapter 107 : Gol Pertama
108 Chapter 108 : Obrolan Di Warung Bakso
109 Chapter 109 : Anak Kucing
110 Chapter 110 : Alex
111 Chapter 111: Festival Hari Kedua
112 Chapter 112 : Futsal Babak 8 Besar
113 Chapter 113 : Serangan Balik
114 Chapter 114 : Melaju Ke Semifinal
115 Chapter 115 : Obrolan Anak Laki-Laki
116 Chapter 116 : Gol Cepat
117 Chapter 117 : Setengah Pertandingan
118 Chapter 118 : Kembalinya Kak Taufik Ke Lapangan
119 Chapter 119 : Akhir Pertandingan Melawan 11 IPA 5
120 Chapter 120 : Semifinal Partai Kedua
121 Chapter 121 : Perkenalan
122 Chapter 122 : Tidak Terasa
123 Chapter 123 : Masih Belum Menyerah
124 Chapter 124 : Saat-Saat Terakhir
125 Chapter 125 : Prediksi
126 Chapter 126 : Kak Jo Vs Kak Taufik
127 Chapter 127 : Hasil Pertandingan Final
128 Chapter 128 : Datang Ke Rumah
129 Chapter 129 : Kilat
130 Chapter 130 : Hari Terakhir Festival
131 Chapter 131 : Terasa Nyaman
132 Chapter 132 : Mengantuk
133 Chapter 133 : Pengumuman Juara
134 Chapter 134 : Sikap Aneh Cindy
135 Chapter 135 : Sepi Di Tengah Keramaian
136 Chapter 136 : Isi Hati Yang Tidak Pasti
137 Chapter 137 : Orang Dengan Tingkat Risiko Keterlambatan Paling Tinggi Di Kelas
138 138 : Tiba Di Kebun Binatang
139 Chapter 139 : Mana Yang Lebih Dingin?
140 Chapter 140 : Menuju Tujuan Berikutnya
141 Chapter 141 : Sampai
142 Chapter 142 : Pulang
143 Chapter 143 : Bertukar Pesan WA
144 Chapter 144 : Prinsip Belajar
145 Chapter 145 : Puisi Yang Tak Dikumpulkan
146 Chapter 146 : Bimbang
147 Chapter 147 : Waktu yang seakan terhenti
148 Chapter 148 : Kehebohan Kecil
149 Chapter 149 : Sudah Lama
150 Chapter 150 : Kegiatan Rutin Di Rabu Sore
151 Chapter 151 : Raut Wajah Mu Terlalu Tegang
152 Chapter 152 : Bagaimanapun Caranya
153 Chapter 153 : Pingsan
154 Chapter 154 : Naik Daun
155 Chapter 155 : Suasana Pagi Hari
156 Chapter 156 : Tiga Buah Pesan
157 Chapter 157 : Ramai-Ramai
158 Chapter 158 : Makan Malam Bersama
159 Chapter 159 : Hal Yang Dirahasiakan
160 Chapter 160 : Bunga Untuk Siapa?
161 Chapter 161 : Siang Hari Di Toko Bunga
162 Chapter 162 : Tebak-Tebakan Dengan Hana
163 Chapter 163 : Laki-Laki Pengambil Resiko
164 Chapter 164 : UTS Hari Pertama
165 Chapter 165 : Setelah UTS Hari Pertama
166 Chapter 166 : Selesainya UTS
167 Chapter 167 : Obrolan Serius
168 Chapter 168 : Rumah Celine
169 Chapter 169 : Lupa
170 Chapter 170 : Malam Bersama Celine
171 Chapter 171 : Teman Lama Dan Seorang Gadis
172 Chapter 172 : Pertanyaan Yang Tak Bisa Dijawab
173 Chapter 173 : Beda Zona Waktu
174 Chapter 174 : Diperjalanan
175 Chapter 175 : Mengobrol Dengan Orang Asing
176 Chapter 176 : Sebelum Meninggalkan Candi Borobudur
177 Chapter 177 : Taman Di Belakang Rumah Makan
178 Chapter 178 : Sampai Jumpa dan Selamat Malam
179 Chapter 179 : Aji Terlihat Berbeda
180 Chapter 180 : Obrolan Yang Bukan Seperti Biasanya
181 Chapter 181 : Mengisi Pot
182 Chapter 182 : Sajak
183 Chapter 183 : Aji Terlihat Semakin Murung
184 Chapter 184 : Sulap Ahsan
185 Chapter 185 : Kabar Yang Menghebohkan
186 Chapter 186 : Dimana Uang Ku?
187 Chapter 187 : Rekor Baru
188 Chapter 188 : Hasil Terbaik Semenjak SMP
189 Chapter 189 : Masa Lalu Tomi
190 Chapter 190 : Sore Hari Di Taman
191 Chapter 191 : Lari Pagi
192 Chapter 192 : Ke Rumah Ahsan
193 Chapter 193 : Main Poker
194 Chapter 194 : Rumah Hantu
195 Chapter 195 : Bahasan Di Pasar Malam
196 Chapter 196 : Salah Tebak
197 Chapter 197 : Sampai Di Rumah Kakek
198 Chapter 198 : Cerita Masa Lalu Ibu
199 Chapter 199 : Anak Baru
200 Chapter 200 : Kekuatan Uang
201 Chapter 201 : Ruben Si Master Hitung
202 Chapter 202 : Pikiran
203 Chapter 203 : PR Kimia
204 Chapter 204 : Pemikiran Ruben
205 Chapter 205 : Pesan Kak Jo
206 Chapter 206 : Ruben Dan Alex
207 Chapter 207 : Membahas Alex
208 Chapter 208 : Jika Sedang Makan Janganlah Banyak Bicara
209 Chapter 209 : Aroma Makam
210 Chapter 210 : Nasehat
211 Chapter 211 : Bertemu Sesosok Familiar
212 Chapter 212 : Rasa Penasaran Celine
213 Chapter 213 : Hana Sakit
214 Chapter 214 : Cerita Hewan Shio
215 Chapter 215 : Ternyata
216 Chapter 216 : Masa Lalu Risal Dan Reza
Episodes

Updated 216 Episodes

1
Chapter 1 : Hari Pertama
2
Chapter 2 : Satu Kalimat
3
Chapter 3 : Hidup Bertiga
4
Chapter 4 : Pentas Seni
5
Chapter 5 : Teman dari Kecil
6
Chapter 6 : Angket Ekstrakulikuler
7
Cahpter 7 : Sofia
8
Chapter 8: Pulang Bersama
9
Chapter 9 : Datang Berkunjung
10
Capter 10 : Kenangan
11
Chpater 11 : Malam
12
Chapter 12 : Toko Buku
13
Chapter 13 : Guru Bahasa Inggris
14
Chapter 14 : Ahsan dan Ruben
15
Chapter 15 : Bermain Game
16
Chapter 16 : Di Warung Bakso
17
Chapter 17 : Perasaan
18
Chapter 18 : Tebak-Tebakan
19
Chapter 19 : Cindy
20
Chapter 20 : Makan Malam
21
Chapter 21 : Kata
22
Chapter 22 : Menuju Bukit Bintang
23
Chapter 23 : Bukit Bintang
24
Chapter 24 : Penghujung Bulan Juli
25
Chapter 25 : Sesak
26
Chapter 26 : Tangisan
27
Chapter 27 : Penasaran
28
Chapter 28 : Alasan
29
Chapter 29 : Ponsel Yang Kembali
30
Chapter 30 : Hujan Di Awal Agustus
31
Chapter 31 : Ekstrakulikuler
32
Chapter 32 : Panggilan Masuk
33
Chapter 33 : Keluh Kesah
34
Chapter 34 : Malam Bulan Purnama
35
Chapter 35 : Menghadiri Acara
36
Chapter 36 : Menceritakan
37
Chapter 37 : Burger
38
Chapter 38 : Salah Lihat?
39
Chapter 39 : Bertemu Cindy
40
Chapter 40 : Bohong
41
Chapter 41 : Kelas XI Vs Kelas XII
42
Chapter 42 : Gempa
43
Chapter 43 : Rental Band
44
Chapter 44 : Malam Minggu
45
Chapter 45 : Cerita Cindy
46
Chapter 46 : Cerita Cindy 2
47
Chapter 47 : Ambisi
48
Chapter 48 : Jalan Rahasia
49
Chapter 49 : Tidak Bisa Mendeskripsikan
50
Chapter 50 : Chef Ruben
51
Chapter 51 : Sebenarnya
52
Chapter 52 : Di Kantin Sekolah
53
Chapter 53 : Menginap
54
Chapter 54 : Kekalahan Ahsan
55
Chapter 55 : Latih Tanding
56
Chapter 56 : Tuan Bulan Dan Tuan Malam
57
Chapter 57 : Tugas Bahasa Indonesia
58
Chapter 58 : Risal
59
Chapter 59 : Hitam Dan Biru
60
Chapter 60 : Bekas Luka
61
Chapter 61 : Pertandingan Futsal
62
Chapter 62 : Setelah Pertandingan
63
Chapter 63 : Kunjungan Di Tengah Hujan
64
Chapter 64 : Bertemu Kak Alice
65
Chapter 65 : Fakta Mengejutkan
66
Chapter 66 : Langit Yang Bewarna Jingga
67
Chapter 67 : Uban
68
Chapter 68 : Jalan Rahasia II
69
Chapter 69 : Panik
70
Chapter 70 : Muka Merah
71
Chapter 71 : Selesai Berenang
72
Chapter 72 : Seindah Bunga Sakura
73
Chapter 73 : Suasana Makan Siang
74
Chapter 74 : Kado Untuk Ibu
75
Chapter 75 : Risal Dan Sisi Lainnya
76
Chapter 76 : Penampilan Yang Sama
77
Chapter 77 : Candramawa
78
Chapter 78 : Mendatangi Ruben
79
Chapter 79 : Salah Informasi
80
Chapter 80 : Hukuman
81
Chapter 81 : Es Cincau
82
Chapter 82 : Makan Besar Bersama
83
Chapter 83 : Malam Yang Berkesan
84
Chapter 84 : Cemburu ?
85
Chapter 85 : Rapat Kelas 10-7
86
Chapter 86 : Es Jeruk?
87
Chapter 87 : Ketiduran
88
Chapter 88 : Rapat kelas 10-7 II
89
Chapter 89 : Rapat Kelas 10-7 III
90
Chapter 90 : Menemui Risal
91
Chapter 91 : Di Pinggir Lapangan
92
Chapter 92 : Latihan Tanpa Pak Bimo
93
Chapter 93 : Hana
94
Chapter 94 : Akhir Bulan Delapan, Awal Bulan Sembilan
95
Chapter 95 : Keputusan
96
Chapter 96 : Teman Ayah
97
Chapter 97 : Makan Siang
98
Chapter 98 : Satu Minggu Lagi
99
Chapter 99 : Dimulainya Perlombaan
100
Chapter 100 : Pertandingan Pertama Berakhir
101
Chapter 101 : Pertandingan Bola Basket
102
Chapter 102 : 3 Kemenangan
103
Chapter 103 : Rubber Set
104
Chapter 104 : Hasil Rubber Set
105
Chapter 105 : Pertandingan Futsal melawan 10-2
106
Chapter 106 : Jalannya Pertandingan
107
Chapter 107 : Gol Pertama
108
Chapter 108 : Obrolan Di Warung Bakso
109
Chapter 109 : Anak Kucing
110
Chapter 110 : Alex
111
Chapter 111: Festival Hari Kedua
112
Chapter 112 : Futsal Babak 8 Besar
113
Chapter 113 : Serangan Balik
114
Chapter 114 : Melaju Ke Semifinal
115
Chapter 115 : Obrolan Anak Laki-Laki
116
Chapter 116 : Gol Cepat
117
Chapter 117 : Setengah Pertandingan
118
Chapter 118 : Kembalinya Kak Taufik Ke Lapangan
119
Chapter 119 : Akhir Pertandingan Melawan 11 IPA 5
120
Chapter 120 : Semifinal Partai Kedua
121
Chapter 121 : Perkenalan
122
Chapter 122 : Tidak Terasa
123
Chapter 123 : Masih Belum Menyerah
124
Chapter 124 : Saat-Saat Terakhir
125
Chapter 125 : Prediksi
126
Chapter 126 : Kak Jo Vs Kak Taufik
127
Chapter 127 : Hasil Pertandingan Final
128
Chapter 128 : Datang Ke Rumah
129
Chapter 129 : Kilat
130
Chapter 130 : Hari Terakhir Festival
131
Chapter 131 : Terasa Nyaman
132
Chapter 132 : Mengantuk
133
Chapter 133 : Pengumuman Juara
134
Chapter 134 : Sikap Aneh Cindy
135
Chapter 135 : Sepi Di Tengah Keramaian
136
Chapter 136 : Isi Hati Yang Tidak Pasti
137
Chapter 137 : Orang Dengan Tingkat Risiko Keterlambatan Paling Tinggi Di Kelas
138
138 : Tiba Di Kebun Binatang
139
Chapter 139 : Mana Yang Lebih Dingin?
140
Chapter 140 : Menuju Tujuan Berikutnya
141
Chapter 141 : Sampai
142
Chapter 142 : Pulang
143
Chapter 143 : Bertukar Pesan WA
144
Chapter 144 : Prinsip Belajar
145
Chapter 145 : Puisi Yang Tak Dikumpulkan
146
Chapter 146 : Bimbang
147
Chapter 147 : Waktu yang seakan terhenti
148
Chapter 148 : Kehebohan Kecil
149
Chapter 149 : Sudah Lama
150
Chapter 150 : Kegiatan Rutin Di Rabu Sore
151
Chapter 151 : Raut Wajah Mu Terlalu Tegang
152
Chapter 152 : Bagaimanapun Caranya
153
Chapter 153 : Pingsan
154
Chapter 154 : Naik Daun
155
Chapter 155 : Suasana Pagi Hari
156
Chapter 156 : Tiga Buah Pesan
157
Chapter 157 : Ramai-Ramai
158
Chapter 158 : Makan Malam Bersama
159
Chapter 159 : Hal Yang Dirahasiakan
160
Chapter 160 : Bunga Untuk Siapa?
161
Chapter 161 : Siang Hari Di Toko Bunga
162
Chapter 162 : Tebak-Tebakan Dengan Hana
163
Chapter 163 : Laki-Laki Pengambil Resiko
164
Chapter 164 : UTS Hari Pertama
165
Chapter 165 : Setelah UTS Hari Pertama
166
Chapter 166 : Selesainya UTS
167
Chapter 167 : Obrolan Serius
168
Chapter 168 : Rumah Celine
169
Chapter 169 : Lupa
170
Chapter 170 : Malam Bersama Celine
171
Chapter 171 : Teman Lama Dan Seorang Gadis
172
Chapter 172 : Pertanyaan Yang Tak Bisa Dijawab
173
Chapter 173 : Beda Zona Waktu
174
Chapter 174 : Diperjalanan
175
Chapter 175 : Mengobrol Dengan Orang Asing
176
Chapter 176 : Sebelum Meninggalkan Candi Borobudur
177
Chapter 177 : Taman Di Belakang Rumah Makan
178
Chapter 178 : Sampai Jumpa dan Selamat Malam
179
Chapter 179 : Aji Terlihat Berbeda
180
Chapter 180 : Obrolan Yang Bukan Seperti Biasanya
181
Chapter 181 : Mengisi Pot
182
Chapter 182 : Sajak
183
Chapter 183 : Aji Terlihat Semakin Murung
184
Chapter 184 : Sulap Ahsan
185
Chapter 185 : Kabar Yang Menghebohkan
186
Chapter 186 : Dimana Uang Ku?
187
Chapter 187 : Rekor Baru
188
Chapter 188 : Hasil Terbaik Semenjak SMP
189
Chapter 189 : Masa Lalu Tomi
190
Chapter 190 : Sore Hari Di Taman
191
Chapter 191 : Lari Pagi
192
Chapter 192 : Ke Rumah Ahsan
193
Chapter 193 : Main Poker
194
Chapter 194 : Rumah Hantu
195
Chapter 195 : Bahasan Di Pasar Malam
196
Chapter 196 : Salah Tebak
197
Chapter 197 : Sampai Di Rumah Kakek
198
Chapter 198 : Cerita Masa Lalu Ibu
199
Chapter 199 : Anak Baru
200
Chapter 200 : Kekuatan Uang
201
Chapter 201 : Ruben Si Master Hitung
202
Chapter 202 : Pikiran
203
Chapter 203 : PR Kimia
204
Chapter 204 : Pemikiran Ruben
205
Chapter 205 : Pesan Kak Jo
206
Chapter 206 : Ruben Dan Alex
207
Chapter 207 : Membahas Alex
208
Chapter 208 : Jika Sedang Makan Janganlah Banyak Bicara
209
Chapter 209 : Aroma Makam
210
Chapter 210 : Nasehat
211
Chapter 211 : Bertemu Sesosok Familiar
212
Chapter 212 : Rasa Penasaran Celine
213
Chapter 213 : Hana Sakit
214
Chapter 214 : Cerita Hewan Shio
215
Chapter 215 : Ternyata
216
Chapter 216 : Masa Lalu Risal Dan Reza

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!