Siang itu setelah sampai rumah, aku langsung menuju dapur untuk mencari sesuatu untuk dimakan. Sayangnya, aku tidak menemukan apapun. Sepertinya ibuku belum sempat membuat makan siang, persediaan cemilan juga habis. Akhirnya, aku putuskan untuk pergi ke minimarket karena aku sudah lumayan lapar setelah seharian di sekolah.
Minimarket terdekat dari rumahku sekitar 1 km. Aku selalu berjalan kaki jika ke sana. Aku lebih suka berjalan kaki dari pada naik sepeda atau yang lainnya.
***
Setelah sampai, aku langsung mencari cemilan dan sereal. Lalu aku mencari susu sapi cair. Setelah semuanya terambil, aku langsung menuju kasir.
"Eh Galang kan?" tanya seorang gadis dari samping yang masih memakai seragam.
"Iya aku Galang. Maaf kamu siapa ya?" aku balik bertanya. Aku benar-benar tidak tahu siapa gadis itu dan kenapa dia bisa tahu namaku.
"Ehhh kamu gak ingat? Aku teman sekelasmu lohhh, Erni," jawab gadis itu yang kini malah terlihat terkejut karena aku tidak mengingatnya.
"Oh maaf. Aku tidak pandai dalam mengingat wajah orang dan namanya. Apalagi kita baru bertemu satu kali kan?" jawabku dengan nada datar.
"Ehhhhhh sekali? Kita ini kan juga satu SMP Lang astagaaaa," wajahnya terlihat lebih terkejut dari sebelumnya.
"Eh benarkah? Sungguh? Wah aku benar-benar tidak mengingatnya. Sekali lagi maaf yah. Yaudah aku duluan yah," aku langsung menuju kasir dan langsung meninggalkan minimarket itu.
Aku benar-benar tidak mengingat gadis itu tadi. Aku sedikit merasa tidak enak padanya. Bahkan, sekarang aku sudah lupa lagi siapa nama gadis itu. Hanya saja, aku masih sedikit mengingat wajahnya.
***
Ibuku memang sering terlambat membuat makan siang, bahkan tak jarang ia menyuruh kami untuk makan di luar saja. Ibuku punya usaha toko bunga tepat di samping rumah kami. Jadi, ibuku selalu sibuk jika siang hari.
Setelah pulang dari minimarket tadi, aku berencana mampir sebentar ke toko bunga ibuku untuk sekedar melihat-lihat koleksi bunga ibuku. Sebenarnya, aku juga cukup suka melihat bunga.
Saat aku sudah hampir sampai di toko bunga, tiba-tiba ada anak kecil yang memelukku dari belakang.
"Doorrr," anak kecil itu berteriak saat memelukku. Sepertinya ia berusaha untuk mengagetkanku. Dari suara anak kecil itu, aku langsung bisa mengenali bahwa itu adalah Hana.
Aku pun pura-pura kaget, lalu perlahan berbalik.
"Eh Hana kamu mengagetkanku haha."
"Hahaha kakak mau ke toko bunga juga?"
"Iya ini mau lihat-lihat bunga sebentar."
"Kakak udah makan?"
"Belum, tadi pas kakak pulang di dapur belum ada makanan. Ini kakak habis dari minimarket beli cemilan."
"Ehhh belum makan? Nanti sakit lohh. Ayo pulang dulu saja biar Hana yang masak buat kakak. Habis itu kakak baru boleh liat bunga," wajah Hana berubah khawatir. Hana sangat terlihat menggemaskan saat memasang wajah khawatir seperti itu.
"Iya deh ayo. Mau masak apa emangnya?" tanyaku.
"Hehe liat aja nanti," jawab Hana.
Kami pun langsung kembali ke rumah tanpa mampir ke toko bunga.
***
"Kakak jangan ngintip yaaa. Terus tutup mata kakak sampai Hana benar-benar selesai memasak," ucap Hana sambil menggoreng.
"Iyaa kakak engga ngintip kok," ucapku sambil terus duduk di meja makan. Sejujurnya aku sudah tahu apa yang sedang dimasak Hana dari baunya. Hana pasti sedang masak telur dadar. Bukan hanya dari baunya saja, setahuku Hana juga baru bisa masak telur dadar.
"Selesaiiii.. Silahkan tuan, makanan anda sudah siap. Anda boleh membuka mata sekarang. Maaf menunggu lama," Hana menirukan suara pelayan yang sedang melayani pelanggan.
"Hahahaha apa-apaan itu," aku tertawa kecil mendengar ucapan Hana itu. Hana memang sering menirukan apapun. Terkadang iya menirukan adegan komedi yang dilihatnya di TV. Kadang ia menirukan adegan iklan suatu produk, dan apapun yang menurutnya menarik. Saat ia sedang menirukan sesuatu aku pasti langsung tertawa. "Hana... makasih ya makanannya."
"Sama-sama tuan. Kepuasan anda adalah prioritas kami," Hana masih terlihat menirukan pelayan.
***
Sambil menunggu matahari tenggelam, aku menghabiskan waktuku dengan membaca novel. Berbeda dengan adikku, terkadang ia menghabiskan waktu senjanya untuk membantu ibuku. Mereka akan pulang ke rumah saat jam makan malam tiba setelah menutup tokonya.
***
"Kami pulaaangg," teriak Hana setelah membuka pintu depan. Seperti biasa, ia pulang bersama ibu.
"Kakak hari ini kita makan sate loo. Tadi ada pedagang sate keliling yang lewat depan toko, jadi kita beli deh...," seperti biasa Hana selalu terlihat bersemangat.
"Wah enak nih kayaknya," ucapku sambil membuka bungkus sate.
"Selamat makan," ucap kami bertiga bersamaan.
"Tadi gimana sekolahnya Lang? Lancar?" tanya ibuku sambil mengunyah makanannya.
"Mmm biasa aja. Gak ada yang sepesial. Hanya saja, tadi ada siswa yang gak masuk. Aku sedikit penasaran kenapa ia gak masuk."
"Tidak ada yang membawa surat keterangan untuknya kah?" tanya ibuku lagi.
"Tidak, tidak ada keterangan apapun."
"Apa kamu sudah dapat teman baru?"
"Belum hehe. Tapi aku sudah ingat beberapa nama mereka loo. Aku ingat Ayu sama Risa."
"Tapi lebih baik lagi kalau kamu bisa berteman baik dengan teman sekelasmu loh Lang. Cobalah untuk mendapatkan satu atau dua teman dekat. Pasti itu sangat membantu untuk melewati masa SMA mu."
"Ya, kalau ibu berkata seperti itu, besok aku coba untuk bisa akrab dengan mereka."
"Tapi kalau memang kamu tidak nyaman tidak usah dipaksakan ya Lang."
"Baik bu."
Setelah selesai menyantap makan malam. Aku dan Hana yang membereskan meja makan dan kemudian mencuci alat makan yang kotor.
Setelah itu, kami pergi ke kamar kami masing-masing.
"Selamat malam kaaakk," ucap Hana dengan suara yang terdengar sudah mengantuk. Hana selalu mengucapkan selamat malam padaku. Aku senang mempunyai adik seperti Hana. Itu seperti memberiku energi kehidupan.
***
Aku sangat bersyukur mempunyai adik seperti Hana dan ibu seperti ibuku. Mereka selalu membuat hidupku menjadi lebih berwarna. Aku tidak bisa membayangkan jika harus kehilangan salah satu dari mereka. Aku berharap mereka bisa hidup selamanya.
Hana selalu memberikan energi yang cerah, sementara ibuku membuat suasana semakin nyaman. Ibu belum pernah sekalipun memarahiku ataupun Hana. Ibuku selalu tersenyum jika salah satu dari kami berbuat kesalahan. Aku pun baru sekali melihat ibuku menitikan air matanya, Yaitu ketika Ayah meninggal karena kecelakaan sekitar 7 tahun yang lalu.
Di Hari itu, ibuku terlihat sangat sedih. Ia pun terlihat sangat lemas, bahkan beberapa kali jatuh pingsan.
Adikku saat itu masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang sedang terjadi. Sehari setelah pemakaman ayah, Hana pun masih mengira bahwa ayah masih akan pulang.
Seminggu setelah ayah pergi, Hana baru meneteskan air matanya karena rindu. Ia mungkin sudah sadar bahwa kali ini ayah sudah tidak bisa pulang setelah dijelaskan oleh ibuku pelan-pelan. Setelah itu, kami hanya hidup bertiga hingga hari ini.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Kang Nyimak
ngk punya adik nyimak
2022-09-09
0
_rus
Sudah aku like dan rate Thor 👍🏽👍🏽
Tetap semangat pokoknya 💪🏽💪🏽
Salam hangat dari "Sebuah Sebuah Kisah Cintaku" 😁
2020-11-29
1
Caramelatte
semangat thor!
Salam dari "Belong to Esme"
2020-11-23
1