Sampai Bertemu Malam Ini

Sampai Bertemu Malam Ini

Chapter 1 : Hari Pertama

"Galang sudah bangun?" ibuku bertanya dari balik pintu kamarku sambil diselingi suara ketokan pintu.

Aku tidak tahu sudah berapa lama ibuku membangunkanku dari balik pintu itu. Aku harap belum terlalu lama.

"Iya bu aku sudah bangun, sebentar lagi aku keluar," jawabku dengan suara khas bangun pagi dan kesadaran yang masih setengah.

"Jangan lama-lama ya...Jangan sampai telat. Ini kan hari pertamamu masuk SMA," ucap Ibu.

"Iya bu," jawabku singkat.

Seperti biasa, ibuku membangunkanku setiap pagi. Jarang sekali rasanya aku bangun lebih dahulu sebelum ibuku datang dan mengetuk pintu kamarku sambil bertanya apakah aku sudah bangun atau belum.

Sambil menunggu moodku untuk mandi datang, sepertinya aku akan membaca novel sebentar, mungkin sekitar 10 menit. Lagi pula aku bangun lumayan tepat waktu hari ini, jadi masih ada banyak waktu sebelum sekolah masuk.

Akhir-akhir ini aku sedang membaca novel berjudul "Jason" yang bercerita tentang seorang remaja yang selalu sendirian. Bahkan sejauh yang kubaca, ia belum memiliki teman. Setiap kali ia pulang sekolah, ia langsung mengunjungi kakek neneknya yang sudah sangat tua. Dia lebih memilih untuk menemani kakek neneknya yang kelihatan kesepian dari pada harus menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman sebayanya. Bahkan sampai ia sendiri tidak mempunyai teman. Terkadang aku sampai meneteskan air mataku karena terharu atas pengorbanannya.

***

"Galang kamu tidur lagi kah?" ibuku kembali mengetok pintu sambil bertanya.

"Engga bu, ini aku mau mandi sekarang," jawabku.

Untung saja ibuku bertanya lagi, kalau tidak, mungkin aku akan telat di hari pertamaku masuk SMA. Aku lagi-lagi larut dalam cerita novel itu sampai lupa waktu. Tanpa sadar aku sudah membaca novel itu sekitar 20 menitan. 10 menit lebih lama dari yang aku rencanakan dari awal.

Setelah itu aku langsung keluar kamar dan langsung mandi.

***

Setelah selesai mandi, aku langsung menuju ke meja makan untuk sarapan. Di sana sudah duduk ibuku dan adik perempuanku yang baru beusia 10 tahun. Namanya Hana. Hana artinya bunga dalam bahasa Jepang. Ibuku memang sangat suka sekali bunga. Mungkin karena itu ia memberi nama "Hana" pada adik perempuanku.

"Kakak telat nih sarapannya," adikku bicara dengan muka agak cemberut.

"Hehe maaf ya, kakak janji besok engga telat lagi."

"Yasudah cepat kalian habiskan sarapannya," kata ibuku.

"Baik buu," jawab adikku dengan nada yang lucu.

***

Setelah selesai sarapan, aku dan adikku berangkat. Jarak sekolahku dan rumahku tidak terlalu jauh, sekitar 1 km. Aku pun memutuskan untuk jalan kaki saja untuk menuju ke sekolah.

"Kami berangkaaatt," aku dan adikku kompak.

"Hati-hati di jalan... Jangan berjalan terlalu ke tengah Hana, di pinggir saja...," ibuku terlihat sedikit khawatir saat mengucapkannya.

"Iyaa tenang sajaaa...," Hana menjawab dengan senyum lebar di wajahnya dan nada bicara yang ceria.

***

Kebetulan arah sekolahku dan adikku sama. Jadi, kami berangkat bersama. Adikku seperti tidak pernah diam. Saat berjalan saja, dia masih bernyanyi dan melompat kecil-kecil. Wajahnya pun terlihat sangat gembira.

"Kamu suka bernyanyi Hana?" tanyaku sambil tetap menggandeng tangan kanannya agar ia selalu berada di sisi pinggir jalan.

"Hana suka bernyanyi, Hana suka menari, Hana juga suka menggambar hehe," jawab Hana dengan ceria.

"Hahaha benar juga yah, kamu sering dimarahi ibu karena sering menggambar di tembok kamarmu kan?" aku sedikit meledek.

"Ibu tidak pernah memarahikuuuuu. Ibu selalu menyayangiku sepanjang waktu. Pokoknya ibu tidak pernah dan tidak akan pernah memarahikuuuuu...," Hana terlihat sedikit cemberut. Sepertinya aku berhasil sedikit meledeknya.

Tak terasa aku dan Hana sudah sampai di depan gerbang sekolahnya. Aku dan Hana pun berpisah dari sini.

"Bye bye kak, sampai bertemu nanti," Hana langsung berlari menuju ke kelasnya. Mungkin dia ingin sekali bertemu teman-temannya.

***

Sekitar 50 meter lagi, aku akan sampai. Dari titik ini, aku sudah bisa melihat pintu gerbang sekolahku. Banyak wajah yang belum pernah aku lihat sebelumnya saat aku melihat siswa-siswa yang sedang berdatangan ke sekolah. Ada yang berjalan kaki, naik angkutan umum, bersepeda, dan ada juga yang menaiki sepeda motor.

Wajah-wajah baru yang aku lihat, mungkinkah itu teman sekelasku? Atau teman satu angkatan? Atau kakak kelasku? Entahlah. Di SMA, sepertinya sulit mengetahui mana yang kakak kelas atau satu angkatan hanya dari wajah mereka. Mungkin lebih mudah dibedakan dari seragam mereka. Teman satu angkatanku pasti memakai seragam baru, jadi terlihat berbeda dibanding dengan seragam kakak-kakak kelas.

Aku terus berjalan menuju pintu gerbang sekolah. Akhirnya masa SMAku akan segera dimulai. Aku harap tidak ada banyak hal merepotkan yang akan terjadi.

Akhirnya aku sampai tepat di depan pintu gerbang sekolah. Aku berhenti sejenak dan memandang gedung sekolah dari depan sini. Setelah beberapa detik berhenti, aku kembali melanjutkan langkahku.

Kali ini, tujuanku adalah ruang kelasku. Aku harus mencari tahu dulu di mana namaku tertulis. Aku memang belum tahu aku masuk kelas apa. Jadi, aku harus memeriksanya dari kelas 10-1 sampai 10-9.

***

Aku memeriksa daftar nama yang tertempel di dekat pintu kelas 10-1 dan aku belum menemukan namaku.

Aku melanjutkannya ke kelas 10-2. Aku pun tidak menemukan namaku.

Lalu 10-3, 10-4, 10-5 semua sudah aku periksa tetapi belum menemukan namaku.

Lanjut ke kelas 10-6. Lagi-lagi aku tidak menemukan namaku.

Kali ini 10-7. Akhirnya aku menemukan namaku di daftar. Aku pun langsung masuk ke kelas itu.

Saat aku masuk ke kelas, aku belum berani menatap wajah siswa-siswa lainnya. Aku hanya mencari kursi yang masih kosong. Di SMA ini, setiap siswa duduk sendiri-sendiri. Itulah mengapa aku memilih SMA ini agar aku tidak harus berbagi meja dengan siswa lain.

Akhirnya aku menemukan satu kursi dan meja yang masih kosong. Tepatnya pada barisan keempat paling kiri dekat dengan jendela. Aku pun langsung duduk dan meletakkan tas ku di meja.

Saat aku duduk, aku melihat jam dinding yang terpasang tepat di atas papan tulis. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.25. Sekitar 5 menit lagi hingga bel berbunyi.

Aku melihat sekeliling ruangan kelas. Aku mendapati masih ada satu kursi yang kosong. Aku penasaran apakah siswa baru itu akan terlambat? Ataukah ia akan datang tepat sebelum bel berbunyi? entahlah aku hanya penasaran.

Selain ada kursi yang masih kosong, aku juga mendapati bahwa beberapa siswa sudah ada yang terlihat sudah akrab, beberapa seperti sedang berkenalan, dan beberapa ada yang sudah berada di luar ruangan kelas untuk mengikuti upaca.

Suara bel akhirnya sudah berbunyi. Kursi yang masih kosong itu pun masih belum di tempati. Sepertinya ada siswa yang terlambat.

Setelah mendengar suara bel, semua siswa langsung menuju ke lapangan upacara. Upacara pertamaku di SMA sebentar lagi akan dilaksanakan.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Munibah Munibah

Munibah Munibah

hadir

2022-06-19

0

J.Lux❣️🗝️❄️

J.Lux❣️🗝️❄️

Awal yg bagus.

2021-01-02

0

Caramelatte

Caramelatte

dan ku hadirrr membawa like dan comment

2020-11-23

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Hari Pertama
2 Chapter 2 : Satu Kalimat
3 Chapter 3 : Hidup Bertiga
4 Chapter 4 : Pentas Seni
5 Chapter 5 : Teman dari Kecil
6 Chapter 6 : Angket Ekstrakulikuler
7 Cahpter 7 : Sofia
8 Chapter 8: Pulang Bersama
9 Chapter 9 : Datang Berkunjung
10 Capter 10 : Kenangan
11 Chpater 11 : Malam
12 Chapter 12 : Toko Buku
13 Chapter 13 : Guru Bahasa Inggris
14 Chapter 14 : Ahsan dan Ruben
15 Chapter 15 : Bermain Game
16 Chapter 16 : Di Warung Bakso
17 Chapter 17 : Perasaan
18 Chapter 18 : Tebak-Tebakan
19 Chapter 19 : Cindy
20 Chapter 20 : Makan Malam
21 Chapter 21 : Kata
22 Chapter 22 : Menuju Bukit Bintang
23 Chapter 23 : Bukit Bintang
24 Chapter 24 : Penghujung Bulan Juli
25 Chapter 25 : Sesak
26 Chapter 26 : Tangisan
27 Chapter 27 : Penasaran
28 Chapter 28 : Alasan
29 Chapter 29 : Ponsel Yang Kembali
30 Chapter 30 : Hujan Di Awal Agustus
31 Chapter 31 : Ekstrakulikuler
32 Chapter 32 : Panggilan Masuk
33 Chapter 33 : Keluh Kesah
34 Chapter 34 : Malam Bulan Purnama
35 Chapter 35 : Menghadiri Acara
36 Chapter 36 : Menceritakan
37 Chapter 37 : Burger
38 Chapter 38 : Salah Lihat?
39 Chapter 39 : Bertemu Cindy
40 Chapter 40 : Bohong
41 Chapter 41 : Kelas XI Vs Kelas XII
42 Chapter 42 : Gempa
43 Chapter 43 : Rental Band
44 Chapter 44 : Malam Minggu
45 Chapter 45 : Cerita Cindy
46 Chapter 46 : Cerita Cindy 2
47 Chapter 47 : Ambisi
48 Chapter 48 : Jalan Rahasia
49 Chapter 49 : Tidak Bisa Mendeskripsikan
50 Chapter 50 : Chef Ruben
51 Chapter 51 : Sebenarnya
52 Chapter 52 : Di Kantin Sekolah
53 Chapter 53 : Menginap
54 Chapter 54 : Kekalahan Ahsan
55 Chapter 55 : Latih Tanding
56 Chapter 56 : Tuan Bulan Dan Tuan Malam
57 Chapter 57 : Tugas Bahasa Indonesia
58 Chapter 58 : Risal
59 Chapter 59 : Hitam Dan Biru
60 Chapter 60 : Bekas Luka
61 Chapter 61 : Pertandingan Futsal
62 Chapter 62 : Setelah Pertandingan
63 Chapter 63 : Kunjungan Di Tengah Hujan
64 Chapter 64 : Bertemu Kak Alice
65 Chapter 65 : Fakta Mengejutkan
66 Chapter 66 : Langit Yang Bewarna Jingga
67 Chapter 67 : Uban
68 Chapter 68 : Jalan Rahasia II
69 Chapter 69 : Panik
70 Chapter 70 : Muka Merah
71 Chapter 71 : Selesai Berenang
72 Chapter 72 : Seindah Bunga Sakura
73 Chapter 73 : Suasana Makan Siang
74 Chapter 74 : Kado Untuk Ibu
75 Chapter 75 : Risal Dan Sisi Lainnya
76 Chapter 76 : Penampilan Yang Sama
77 Chapter 77 : Candramawa
78 Chapter 78 : Mendatangi Ruben
79 Chapter 79 : Salah Informasi
80 Chapter 80 : Hukuman
81 Chapter 81 : Es Cincau
82 Chapter 82 : Makan Besar Bersama
83 Chapter 83 : Malam Yang Berkesan
84 Chapter 84 : Cemburu ?
85 Chapter 85 : Rapat Kelas 10-7
86 Chapter 86 : Es Jeruk?
87 Chapter 87 : Ketiduran
88 Chapter 88 : Rapat kelas 10-7 II
89 Chapter 89 : Rapat Kelas 10-7 III
90 Chapter 90 : Menemui Risal
91 Chapter 91 : Di Pinggir Lapangan
92 Chapter 92 : Latihan Tanpa Pak Bimo
93 Chapter 93 : Hana
94 Chapter 94 : Akhir Bulan Delapan, Awal Bulan Sembilan
95 Chapter 95 : Keputusan
96 Chapter 96 : Teman Ayah
97 Chapter 97 : Makan Siang
98 Chapter 98 : Satu Minggu Lagi
99 Chapter 99 : Dimulainya Perlombaan
100 Chapter 100 : Pertandingan Pertama Berakhir
101 Chapter 101 : Pertandingan Bola Basket
102 Chapter 102 : 3 Kemenangan
103 Chapter 103 : Rubber Set
104 Chapter 104 : Hasil Rubber Set
105 Chapter 105 : Pertandingan Futsal melawan 10-2
106 Chapter 106 : Jalannya Pertandingan
107 Chapter 107 : Gol Pertama
108 Chapter 108 : Obrolan Di Warung Bakso
109 Chapter 109 : Anak Kucing
110 Chapter 110 : Alex
111 Chapter 111: Festival Hari Kedua
112 Chapter 112 : Futsal Babak 8 Besar
113 Chapter 113 : Serangan Balik
114 Chapter 114 : Melaju Ke Semifinal
115 Chapter 115 : Obrolan Anak Laki-Laki
116 Chapter 116 : Gol Cepat
117 Chapter 117 : Setengah Pertandingan
118 Chapter 118 : Kembalinya Kak Taufik Ke Lapangan
119 Chapter 119 : Akhir Pertandingan Melawan 11 IPA 5
120 Chapter 120 : Semifinal Partai Kedua
121 Chapter 121 : Perkenalan
122 Chapter 122 : Tidak Terasa
123 Chapter 123 : Masih Belum Menyerah
124 Chapter 124 : Saat-Saat Terakhir
125 Chapter 125 : Prediksi
126 Chapter 126 : Kak Jo Vs Kak Taufik
127 Chapter 127 : Hasil Pertandingan Final
128 Chapter 128 : Datang Ke Rumah
129 Chapter 129 : Kilat
130 Chapter 130 : Hari Terakhir Festival
131 Chapter 131 : Terasa Nyaman
132 Chapter 132 : Mengantuk
133 Chapter 133 : Pengumuman Juara
134 Chapter 134 : Sikap Aneh Cindy
135 Chapter 135 : Sepi Di Tengah Keramaian
136 Chapter 136 : Isi Hati Yang Tidak Pasti
137 Chapter 137 : Orang Dengan Tingkat Risiko Keterlambatan Paling Tinggi Di Kelas
138 138 : Tiba Di Kebun Binatang
139 Chapter 139 : Mana Yang Lebih Dingin?
140 Chapter 140 : Menuju Tujuan Berikutnya
141 Chapter 141 : Sampai
142 Chapter 142 : Pulang
143 Chapter 143 : Bertukar Pesan WA
144 Chapter 144 : Prinsip Belajar
145 Chapter 145 : Puisi Yang Tak Dikumpulkan
146 Chapter 146 : Bimbang
147 Chapter 147 : Waktu yang seakan terhenti
148 Chapter 148 : Kehebohan Kecil
149 Chapter 149 : Sudah Lama
150 Chapter 150 : Kegiatan Rutin Di Rabu Sore
151 Chapter 151 : Raut Wajah Mu Terlalu Tegang
152 Chapter 152 : Bagaimanapun Caranya
153 Chapter 153 : Pingsan
154 Chapter 154 : Naik Daun
155 Chapter 155 : Suasana Pagi Hari
156 Chapter 156 : Tiga Buah Pesan
157 Chapter 157 : Ramai-Ramai
158 Chapter 158 : Makan Malam Bersama
159 Chapter 159 : Hal Yang Dirahasiakan
160 Chapter 160 : Bunga Untuk Siapa?
161 Chapter 161 : Siang Hari Di Toko Bunga
162 Chapter 162 : Tebak-Tebakan Dengan Hana
163 Chapter 163 : Laki-Laki Pengambil Resiko
164 Chapter 164 : UTS Hari Pertama
165 Chapter 165 : Setelah UTS Hari Pertama
166 Chapter 166 : Selesainya UTS
167 Chapter 167 : Obrolan Serius
168 Chapter 168 : Rumah Celine
169 Chapter 169 : Lupa
170 Chapter 170 : Malam Bersama Celine
171 Chapter 171 : Teman Lama Dan Seorang Gadis
172 Chapter 172 : Pertanyaan Yang Tak Bisa Dijawab
173 Chapter 173 : Beda Zona Waktu
174 Chapter 174 : Diperjalanan
175 Chapter 175 : Mengobrol Dengan Orang Asing
176 Chapter 176 : Sebelum Meninggalkan Candi Borobudur
177 Chapter 177 : Taman Di Belakang Rumah Makan
178 Chapter 178 : Sampai Jumpa dan Selamat Malam
179 Chapter 179 : Aji Terlihat Berbeda
180 Chapter 180 : Obrolan Yang Bukan Seperti Biasanya
181 Chapter 181 : Mengisi Pot
182 Chapter 182 : Sajak
183 Chapter 183 : Aji Terlihat Semakin Murung
184 Chapter 184 : Sulap Ahsan
185 Chapter 185 : Kabar Yang Menghebohkan
186 Chapter 186 : Dimana Uang Ku?
187 Chapter 187 : Rekor Baru
188 Chapter 188 : Hasil Terbaik Semenjak SMP
189 Chapter 189 : Masa Lalu Tomi
190 Chapter 190 : Sore Hari Di Taman
191 Chapter 191 : Lari Pagi
192 Chapter 192 : Ke Rumah Ahsan
193 Chapter 193 : Main Poker
194 Chapter 194 : Rumah Hantu
195 Chapter 195 : Bahasan Di Pasar Malam
196 Chapter 196 : Salah Tebak
197 Chapter 197 : Sampai Di Rumah Kakek
198 Chapter 198 : Cerita Masa Lalu Ibu
199 Chapter 199 : Anak Baru
200 Chapter 200 : Kekuatan Uang
201 Chapter 201 : Ruben Si Master Hitung
202 Chapter 202 : Pikiran
203 Chapter 203 : PR Kimia
204 Chapter 204 : Pemikiran Ruben
205 Chapter 205 : Pesan Kak Jo
206 Chapter 206 : Ruben Dan Alex
207 Chapter 207 : Membahas Alex
208 Chapter 208 : Jika Sedang Makan Janganlah Banyak Bicara
209 Chapter 209 : Aroma Makam
210 Chapter 210 : Nasehat
211 Chapter 211 : Bertemu Sesosok Familiar
212 Chapter 212 : Rasa Penasaran Celine
213 Chapter 213 : Hana Sakit
214 Chapter 214 : Cerita Hewan Shio
215 Chapter 215 : Ternyata
216 Chapter 216 : Masa Lalu Risal Dan Reza
Episodes

Updated 216 Episodes

1
Chapter 1 : Hari Pertama
2
Chapter 2 : Satu Kalimat
3
Chapter 3 : Hidup Bertiga
4
Chapter 4 : Pentas Seni
5
Chapter 5 : Teman dari Kecil
6
Chapter 6 : Angket Ekstrakulikuler
7
Cahpter 7 : Sofia
8
Chapter 8: Pulang Bersama
9
Chapter 9 : Datang Berkunjung
10
Capter 10 : Kenangan
11
Chpater 11 : Malam
12
Chapter 12 : Toko Buku
13
Chapter 13 : Guru Bahasa Inggris
14
Chapter 14 : Ahsan dan Ruben
15
Chapter 15 : Bermain Game
16
Chapter 16 : Di Warung Bakso
17
Chapter 17 : Perasaan
18
Chapter 18 : Tebak-Tebakan
19
Chapter 19 : Cindy
20
Chapter 20 : Makan Malam
21
Chapter 21 : Kata
22
Chapter 22 : Menuju Bukit Bintang
23
Chapter 23 : Bukit Bintang
24
Chapter 24 : Penghujung Bulan Juli
25
Chapter 25 : Sesak
26
Chapter 26 : Tangisan
27
Chapter 27 : Penasaran
28
Chapter 28 : Alasan
29
Chapter 29 : Ponsel Yang Kembali
30
Chapter 30 : Hujan Di Awal Agustus
31
Chapter 31 : Ekstrakulikuler
32
Chapter 32 : Panggilan Masuk
33
Chapter 33 : Keluh Kesah
34
Chapter 34 : Malam Bulan Purnama
35
Chapter 35 : Menghadiri Acara
36
Chapter 36 : Menceritakan
37
Chapter 37 : Burger
38
Chapter 38 : Salah Lihat?
39
Chapter 39 : Bertemu Cindy
40
Chapter 40 : Bohong
41
Chapter 41 : Kelas XI Vs Kelas XII
42
Chapter 42 : Gempa
43
Chapter 43 : Rental Band
44
Chapter 44 : Malam Minggu
45
Chapter 45 : Cerita Cindy
46
Chapter 46 : Cerita Cindy 2
47
Chapter 47 : Ambisi
48
Chapter 48 : Jalan Rahasia
49
Chapter 49 : Tidak Bisa Mendeskripsikan
50
Chapter 50 : Chef Ruben
51
Chapter 51 : Sebenarnya
52
Chapter 52 : Di Kantin Sekolah
53
Chapter 53 : Menginap
54
Chapter 54 : Kekalahan Ahsan
55
Chapter 55 : Latih Tanding
56
Chapter 56 : Tuan Bulan Dan Tuan Malam
57
Chapter 57 : Tugas Bahasa Indonesia
58
Chapter 58 : Risal
59
Chapter 59 : Hitam Dan Biru
60
Chapter 60 : Bekas Luka
61
Chapter 61 : Pertandingan Futsal
62
Chapter 62 : Setelah Pertandingan
63
Chapter 63 : Kunjungan Di Tengah Hujan
64
Chapter 64 : Bertemu Kak Alice
65
Chapter 65 : Fakta Mengejutkan
66
Chapter 66 : Langit Yang Bewarna Jingga
67
Chapter 67 : Uban
68
Chapter 68 : Jalan Rahasia II
69
Chapter 69 : Panik
70
Chapter 70 : Muka Merah
71
Chapter 71 : Selesai Berenang
72
Chapter 72 : Seindah Bunga Sakura
73
Chapter 73 : Suasana Makan Siang
74
Chapter 74 : Kado Untuk Ibu
75
Chapter 75 : Risal Dan Sisi Lainnya
76
Chapter 76 : Penampilan Yang Sama
77
Chapter 77 : Candramawa
78
Chapter 78 : Mendatangi Ruben
79
Chapter 79 : Salah Informasi
80
Chapter 80 : Hukuman
81
Chapter 81 : Es Cincau
82
Chapter 82 : Makan Besar Bersama
83
Chapter 83 : Malam Yang Berkesan
84
Chapter 84 : Cemburu ?
85
Chapter 85 : Rapat Kelas 10-7
86
Chapter 86 : Es Jeruk?
87
Chapter 87 : Ketiduran
88
Chapter 88 : Rapat kelas 10-7 II
89
Chapter 89 : Rapat Kelas 10-7 III
90
Chapter 90 : Menemui Risal
91
Chapter 91 : Di Pinggir Lapangan
92
Chapter 92 : Latihan Tanpa Pak Bimo
93
Chapter 93 : Hana
94
Chapter 94 : Akhir Bulan Delapan, Awal Bulan Sembilan
95
Chapter 95 : Keputusan
96
Chapter 96 : Teman Ayah
97
Chapter 97 : Makan Siang
98
Chapter 98 : Satu Minggu Lagi
99
Chapter 99 : Dimulainya Perlombaan
100
Chapter 100 : Pertandingan Pertama Berakhir
101
Chapter 101 : Pertandingan Bola Basket
102
Chapter 102 : 3 Kemenangan
103
Chapter 103 : Rubber Set
104
Chapter 104 : Hasil Rubber Set
105
Chapter 105 : Pertandingan Futsal melawan 10-2
106
Chapter 106 : Jalannya Pertandingan
107
Chapter 107 : Gol Pertama
108
Chapter 108 : Obrolan Di Warung Bakso
109
Chapter 109 : Anak Kucing
110
Chapter 110 : Alex
111
Chapter 111: Festival Hari Kedua
112
Chapter 112 : Futsal Babak 8 Besar
113
Chapter 113 : Serangan Balik
114
Chapter 114 : Melaju Ke Semifinal
115
Chapter 115 : Obrolan Anak Laki-Laki
116
Chapter 116 : Gol Cepat
117
Chapter 117 : Setengah Pertandingan
118
Chapter 118 : Kembalinya Kak Taufik Ke Lapangan
119
Chapter 119 : Akhir Pertandingan Melawan 11 IPA 5
120
Chapter 120 : Semifinal Partai Kedua
121
Chapter 121 : Perkenalan
122
Chapter 122 : Tidak Terasa
123
Chapter 123 : Masih Belum Menyerah
124
Chapter 124 : Saat-Saat Terakhir
125
Chapter 125 : Prediksi
126
Chapter 126 : Kak Jo Vs Kak Taufik
127
Chapter 127 : Hasil Pertandingan Final
128
Chapter 128 : Datang Ke Rumah
129
Chapter 129 : Kilat
130
Chapter 130 : Hari Terakhir Festival
131
Chapter 131 : Terasa Nyaman
132
Chapter 132 : Mengantuk
133
Chapter 133 : Pengumuman Juara
134
Chapter 134 : Sikap Aneh Cindy
135
Chapter 135 : Sepi Di Tengah Keramaian
136
Chapter 136 : Isi Hati Yang Tidak Pasti
137
Chapter 137 : Orang Dengan Tingkat Risiko Keterlambatan Paling Tinggi Di Kelas
138
138 : Tiba Di Kebun Binatang
139
Chapter 139 : Mana Yang Lebih Dingin?
140
Chapter 140 : Menuju Tujuan Berikutnya
141
Chapter 141 : Sampai
142
Chapter 142 : Pulang
143
Chapter 143 : Bertukar Pesan WA
144
Chapter 144 : Prinsip Belajar
145
Chapter 145 : Puisi Yang Tak Dikumpulkan
146
Chapter 146 : Bimbang
147
Chapter 147 : Waktu yang seakan terhenti
148
Chapter 148 : Kehebohan Kecil
149
Chapter 149 : Sudah Lama
150
Chapter 150 : Kegiatan Rutin Di Rabu Sore
151
Chapter 151 : Raut Wajah Mu Terlalu Tegang
152
Chapter 152 : Bagaimanapun Caranya
153
Chapter 153 : Pingsan
154
Chapter 154 : Naik Daun
155
Chapter 155 : Suasana Pagi Hari
156
Chapter 156 : Tiga Buah Pesan
157
Chapter 157 : Ramai-Ramai
158
Chapter 158 : Makan Malam Bersama
159
Chapter 159 : Hal Yang Dirahasiakan
160
Chapter 160 : Bunga Untuk Siapa?
161
Chapter 161 : Siang Hari Di Toko Bunga
162
Chapter 162 : Tebak-Tebakan Dengan Hana
163
Chapter 163 : Laki-Laki Pengambil Resiko
164
Chapter 164 : UTS Hari Pertama
165
Chapter 165 : Setelah UTS Hari Pertama
166
Chapter 166 : Selesainya UTS
167
Chapter 167 : Obrolan Serius
168
Chapter 168 : Rumah Celine
169
Chapter 169 : Lupa
170
Chapter 170 : Malam Bersama Celine
171
Chapter 171 : Teman Lama Dan Seorang Gadis
172
Chapter 172 : Pertanyaan Yang Tak Bisa Dijawab
173
Chapter 173 : Beda Zona Waktu
174
Chapter 174 : Diperjalanan
175
Chapter 175 : Mengobrol Dengan Orang Asing
176
Chapter 176 : Sebelum Meninggalkan Candi Borobudur
177
Chapter 177 : Taman Di Belakang Rumah Makan
178
Chapter 178 : Sampai Jumpa dan Selamat Malam
179
Chapter 179 : Aji Terlihat Berbeda
180
Chapter 180 : Obrolan Yang Bukan Seperti Biasanya
181
Chapter 181 : Mengisi Pot
182
Chapter 182 : Sajak
183
Chapter 183 : Aji Terlihat Semakin Murung
184
Chapter 184 : Sulap Ahsan
185
Chapter 185 : Kabar Yang Menghebohkan
186
Chapter 186 : Dimana Uang Ku?
187
Chapter 187 : Rekor Baru
188
Chapter 188 : Hasil Terbaik Semenjak SMP
189
Chapter 189 : Masa Lalu Tomi
190
Chapter 190 : Sore Hari Di Taman
191
Chapter 191 : Lari Pagi
192
Chapter 192 : Ke Rumah Ahsan
193
Chapter 193 : Main Poker
194
Chapter 194 : Rumah Hantu
195
Chapter 195 : Bahasan Di Pasar Malam
196
Chapter 196 : Salah Tebak
197
Chapter 197 : Sampai Di Rumah Kakek
198
Chapter 198 : Cerita Masa Lalu Ibu
199
Chapter 199 : Anak Baru
200
Chapter 200 : Kekuatan Uang
201
Chapter 201 : Ruben Si Master Hitung
202
Chapter 202 : Pikiran
203
Chapter 203 : PR Kimia
204
Chapter 204 : Pemikiran Ruben
205
Chapter 205 : Pesan Kak Jo
206
Chapter 206 : Ruben Dan Alex
207
Chapter 207 : Membahas Alex
208
Chapter 208 : Jika Sedang Makan Janganlah Banyak Bicara
209
Chapter 209 : Aroma Makam
210
Chapter 210 : Nasehat
211
Chapter 211 : Bertemu Sesosok Familiar
212
Chapter 212 : Rasa Penasaran Celine
213
Chapter 213 : Hana Sakit
214
Chapter 214 : Cerita Hewan Shio
215
Chapter 215 : Ternyata
216
Chapter 216 : Masa Lalu Risal Dan Reza

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!