Sampai Bertemu Malam Ini
"Galang sudah bangun?" ibuku bertanya dari balik pintu kamarku sambil diselingi suara ketokan pintu.
Aku tidak tahu sudah berapa lama ibuku membangunkanku dari balik pintu itu. Aku harap belum terlalu lama.
"Iya bu aku sudah bangun, sebentar lagi aku keluar," jawabku dengan suara khas bangun pagi dan kesadaran yang masih setengah.
"Jangan lama-lama ya...Jangan sampai telat. Ini kan hari pertamamu masuk SMA," ucap Ibu.
"Iya bu," jawabku singkat.
Seperti biasa, ibuku membangunkanku setiap pagi. Jarang sekali rasanya aku bangun lebih dahulu sebelum ibuku datang dan mengetuk pintu kamarku sambil bertanya apakah aku sudah bangun atau belum.
Sambil menunggu moodku untuk mandi datang, sepertinya aku akan membaca novel sebentar, mungkin sekitar 10 menit. Lagi pula aku bangun lumayan tepat waktu hari ini, jadi masih ada banyak waktu sebelum sekolah masuk.
Akhir-akhir ini aku sedang membaca novel berjudul "Jason" yang bercerita tentang seorang remaja yang selalu sendirian. Bahkan sejauh yang kubaca, ia belum memiliki teman. Setiap kali ia pulang sekolah, ia langsung mengunjungi kakek neneknya yang sudah sangat tua. Dia lebih memilih untuk menemani kakek neneknya yang kelihatan kesepian dari pada harus menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman sebayanya. Bahkan sampai ia sendiri tidak mempunyai teman. Terkadang aku sampai meneteskan air mataku karena terharu atas pengorbanannya.
***
"Galang kamu tidur lagi kah?" ibuku kembali mengetok pintu sambil bertanya.
"Engga bu, ini aku mau mandi sekarang," jawabku.
Untung saja ibuku bertanya lagi, kalau tidak, mungkin aku akan telat di hari pertamaku masuk SMA. Aku lagi-lagi larut dalam cerita novel itu sampai lupa waktu. Tanpa sadar aku sudah membaca novel itu sekitar 20 menitan. 10 menit lebih lama dari yang aku rencanakan dari awal.
Setelah itu aku langsung keluar kamar dan langsung mandi.
***
Setelah selesai mandi, aku langsung menuju ke meja makan untuk sarapan. Di sana sudah duduk ibuku dan adik perempuanku yang baru beusia 10 tahun. Namanya Hana. Hana artinya bunga dalam bahasa Jepang. Ibuku memang sangat suka sekali bunga. Mungkin karena itu ia memberi nama "Hana" pada adik perempuanku.
"Kakak telat nih sarapannya," adikku bicara dengan muka agak cemberut.
"Hehe maaf ya, kakak janji besok engga telat lagi."
"Yasudah cepat kalian habiskan sarapannya," kata ibuku.
"Baik buu," jawab adikku dengan nada yang lucu.
***
Setelah selesai sarapan, aku dan adikku berangkat. Jarak sekolahku dan rumahku tidak terlalu jauh, sekitar 1 km. Aku pun memutuskan untuk jalan kaki saja untuk menuju ke sekolah.
"Kami berangkaaatt," aku dan adikku kompak.
"Hati-hati di jalan... Jangan berjalan terlalu ke tengah Hana, di pinggir saja...," ibuku terlihat sedikit khawatir saat mengucapkannya.
"Iyaa tenang sajaaa...," Hana menjawab dengan senyum lebar di wajahnya dan nada bicara yang ceria.
***
Kebetulan arah sekolahku dan adikku sama. Jadi, kami berangkat bersama. Adikku seperti tidak pernah diam. Saat berjalan saja, dia masih bernyanyi dan melompat kecil-kecil. Wajahnya pun terlihat sangat gembira.
"Kamu suka bernyanyi Hana?" tanyaku sambil tetap menggandeng tangan kanannya agar ia selalu berada di sisi pinggir jalan.
"Hana suka bernyanyi, Hana suka menari, Hana juga suka menggambar hehe," jawab Hana dengan ceria.
"Hahaha benar juga yah, kamu sering dimarahi ibu karena sering menggambar di tembok kamarmu kan?" aku sedikit meledek.
"Ibu tidak pernah memarahikuuuuu. Ibu selalu menyayangiku sepanjang waktu. Pokoknya ibu tidak pernah dan tidak akan pernah memarahikuuuuu...," Hana terlihat sedikit cemberut. Sepertinya aku berhasil sedikit meledeknya.
Tak terasa aku dan Hana sudah sampai di depan gerbang sekolahnya. Aku dan Hana pun berpisah dari sini.
"Bye bye kak, sampai bertemu nanti," Hana langsung berlari menuju ke kelasnya. Mungkin dia ingin sekali bertemu teman-temannya.
***
Sekitar 50 meter lagi, aku akan sampai. Dari titik ini, aku sudah bisa melihat pintu gerbang sekolahku. Banyak wajah yang belum pernah aku lihat sebelumnya saat aku melihat siswa-siswa yang sedang berdatangan ke sekolah. Ada yang berjalan kaki, naik angkutan umum, bersepeda, dan ada juga yang menaiki sepeda motor.
Wajah-wajah baru yang aku lihat, mungkinkah itu teman sekelasku? Atau teman satu angkatan? Atau kakak kelasku? Entahlah. Di SMA, sepertinya sulit mengetahui mana yang kakak kelas atau satu angkatan hanya dari wajah mereka. Mungkin lebih mudah dibedakan dari seragam mereka. Teman satu angkatanku pasti memakai seragam baru, jadi terlihat berbeda dibanding dengan seragam kakak-kakak kelas.
Aku terus berjalan menuju pintu gerbang sekolah. Akhirnya masa SMAku akan segera dimulai. Aku harap tidak ada banyak hal merepotkan yang akan terjadi.
Akhirnya aku sampai tepat di depan pintu gerbang sekolah. Aku berhenti sejenak dan memandang gedung sekolah dari depan sini. Setelah beberapa detik berhenti, aku kembali melanjutkan langkahku.
Kali ini, tujuanku adalah ruang kelasku. Aku harus mencari tahu dulu di mana namaku tertulis. Aku memang belum tahu aku masuk kelas apa. Jadi, aku harus memeriksanya dari kelas 10-1 sampai 10-9.
***
Aku memeriksa daftar nama yang tertempel di dekat pintu kelas 10-1 dan aku belum menemukan namaku.
Aku melanjutkannya ke kelas 10-2. Aku pun tidak menemukan namaku.
Lalu 10-3, 10-4, 10-5 semua sudah aku periksa tetapi belum menemukan namaku.
Lanjut ke kelas 10-6. Lagi-lagi aku tidak menemukan namaku.
Kali ini 10-7. Akhirnya aku menemukan namaku di daftar. Aku pun langsung masuk ke kelas itu.
Saat aku masuk ke kelas, aku belum berani menatap wajah siswa-siswa lainnya. Aku hanya mencari kursi yang masih kosong. Di SMA ini, setiap siswa duduk sendiri-sendiri. Itulah mengapa aku memilih SMA ini agar aku tidak harus berbagi meja dengan siswa lain.
Akhirnya aku menemukan satu kursi dan meja yang masih kosong. Tepatnya pada barisan keempat paling kiri dekat dengan jendela. Aku pun langsung duduk dan meletakkan tas ku di meja.
Saat aku duduk, aku melihat jam dinding yang terpasang tepat di atas papan tulis. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.25. Sekitar 5 menit lagi hingga bel berbunyi.
Aku melihat sekeliling ruangan kelas. Aku mendapati masih ada satu kursi yang kosong. Aku penasaran apakah siswa baru itu akan terlambat? Ataukah ia akan datang tepat sebelum bel berbunyi? entahlah aku hanya penasaran.
Selain ada kursi yang masih kosong, aku juga mendapati bahwa beberapa siswa sudah ada yang terlihat sudah akrab, beberapa seperti sedang berkenalan, dan beberapa ada yang sudah berada di luar ruangan kelas untuk mengikuti upaca.
Suara bel akhirnya sudah berbunyi. Kursi yang masih kosong itu pun masih belum di tempati. Sepertinya ada siswa yang terlambat.
Setelah mendengar suara bel, semua siswa langsung menuju ke lapangan upacara. Upacara pertamaku di SMA sebentar lagi akan dilaksanakan.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Munibah Munibah
hadir
2022-06-19
0
J.Lux❣️🗝️❄️
Awal yg bagus.
2021-01-02
0
Caramelatte
dan ku hadirrr membawa like dan comment
2020-11-23
1