Part 2 Kantor yang sama

Perusahaan kami bergerak dalam bidang eksport dan import. Perusahaan kecil yang kini berkembang pesat dan telah membuka cabang di kota lain dalam 6 tahun setelah berdiri.

Sekitar sebulan lalu aku dan Nova mendapatkan pelatihan di Semarang. Dan itulah alasannya kenapa sekarang kami ada di sini. Bandung. Sebagai cabang baru dan belum lama ini di beli oleh perusahaan kami guna memperluas pemasaran.

"Ya sudah. Saya pamit dulu, Teh. Kalau ada apa-apa minta saja ke A Angga," celetuk Pak Sito, selaku pemilik rumah.

"Kok gue?!" Hardik Angga membulatkan mata. Tidak terima.

Kusikut dia sambil mengigit bibir, menahan tawa.

"Terima kasih, Pak," sahutku mencoba bersikap sopan.

Beliau pun pamit. Rumah ini sengaja dikontrakan. Dan perusahaan kami telah membayar uang sewa untuk 4 bulan ke depan. Semua perabotan sudah lengkap. Kursi di ruang tamu dengan beberapa hiasan guci besar. Pajangan. Sofa dan tv di ruang tengah. Lalu kasur serta meja rias sekaligus meja belajar di dua kamar. Perabotan dapur juga sudah lengkap. Jika kami akan memasak, akan lebih mudah. Cukup nyaman.

"Wah, kosong ...," dengusku saat membuka lemari es yang ada di dapur.

"Elu lah yang ngisi. Enak bener maunya udah komplit sampai makanan segala?!" Sinis Angga, meneguk air mineral yang kubeli tadi.

"Untung udah makan tadi. Tapi perlu juga deh beli makanan. Mie instant gitu, gula kopi, sabun cuci, cemilan."

"Di depan kan ada minimarket, Mba? Beli deh sana. Gue nitip rokok. Sebagai imbalan nemenin sampai temen situ sampai."

"Anterin napa. Sekalian yuk. Capek gue."

"Gue juga capek, mba. Dorong motor tadi."

"Angga ...," bujukku dengan menampilkan puppy eyes.

"Faaak!" Umpatnya lalu menutup botol dan segera berjalan keluar. Aku pun mengekorinya dengan kekehan kecil yang kutau dia pasti mendengarnya.

_____

Sudah penuh keranjang belanjaanku yang di dorong Angga. Tidak hanya barang kebutuhanku, tapi juga beberapa camilan yang dia pilih tadi. "Kan elu yang ngajak. Jadi elu yang bayarin," katanya dengan tampang tak berdosa. Akhirnya kuikhlaskan beberapa lembar uang seratus ribuan masuk ke kotak uang kasir minimarket. Cukup lama kami memilih barang. Dari satu rak ke rak lain. Bahkan sempat berdebat karena produk yang berbeda namun akhirnya kami membeli keduanya. Waktu berjalan terasa lebih cepat. Untung minimarket sedang sunyi. Hingga kami tidak perlu lagi mengantre.

"Itu apa?" Tanyaku, menunjuk ke sebuah tanah lapang yang terlihat asri.

"Taman," sahut Angga malas-malasan.

"Ke sana, yuk."

Kutarik lengan bajunya. Ia pun mendengus sebal. Namun tetap menenteng tas belanjaan yang cukup berat. Taman di sini cukup rindang dengan beberapa kursi kayu di tiap sudutnya. Ada beberapa pohon kersen yang rimbun buahnya. Mengingatkanku pada masa kecil dulu. Memanjat pohon kersen dan mengantongi satu plastik buah yang sudah merah.

Kini, senja mulai terlihat di ufuk barat. Langit yang dihiasi semburat merah membuatku takjub akan pesonanya. Inilah lukisan tuhan yang tidak ada bandingannya.

"Nih." Angga menyodorkan sepiring siomay. Kami kini berada di pinggir taman dengan segelas teh manis hangat. Sembari melihat beberapa anak kecil berlari-lari atau memberi makan ikan yang ada di kolam taman.

"Makasih."

Hening. Masih fokus pada piring masing-masing, sekaligus pikiran masing-masing.

"Habis ini kamu pulang aja. Aku nggak apa-apa kok. Nova mungkin sampai sini besok pagi," ujarku menyuap siomay potong demi potong, perlahan.

"Yakin?"

Aku mengangguk. Rasanya tidak enak jika aku terus merengek minta ditemani. Angga terlihat kelelahan.

______

Matahari sudah tenggelam beberapa jam lalu. Menyisakan kabut tipis yang membuat suasana lebih dingin dari sebelumnya. Yah, aku lupa kalau ini adalah Bandung. Kota yang cukup terkenal dengan udara dingin dan sejuk. Berbeda dengan kota asalku.

Pukul 21.00

"Ya udah sana. Tidur, gih. Bentar lagi juga gue balik kok ini," suruh Angga yang melihatku menguap beberapa kali.

"Gue mau tidur sini aja. Kalau elu mau balik, balik aja nggak apa-apa."

"Lah kenapa? Kan ada kamar segede gaban tuh!" Tunjuknya ke sebuah ruangan yang masih gelap. Beberapa barang milikku memang sudah kuletakan di sana. Hanya saja aku masih enggan memasukinya.

"Gue emang agak susah beradaptasi kalau di tempat baru. Apalagi sendirian. Udah ... di sini aja. Biarin TV nyala. Pasti nanti bisa tidur kok."

Ia menoleh, "Kenapa sih? Elu takut, mba?"

"Hm ... sedikit. Nggak cuma sekarang aja. Kalau di rumah sendiri juga gitu. Kalau ada orang lain di rumah sih, gue bisa langsung tidur. Tapi kalau sendirian ... ya gini. Tidurnya depan tv. Nanti tv yang liatin gue tidur. Soalnya gue nggak bisa yang terlalu sepi."

"Ini kode? Gue nggak boleh pulang?" Tanyanya dengan mata menyipit. Dan ekspresi sedikit menjijikan.

"Kagak ih! Udah sono pulang. Muka lu tuh!"

"Lah kenapa sama muka gue?"

"Mesum!"

"Hahaha. Canda kali, mba." Bantal sofa kulempar ke arahnya namun berhasil ia tangkap. "Ya udah sih. Gue tungguin sampai elu tidur deh. Pulang tengah malem nggak apa-apa deh gue."

"Beneran?"

"Iye, mba. Nggak percayaan banget sih. Udah sana masuk kamar," suruhnya, menyambar cangkir berisi kopi yang masih hangat di meja. Akhirnya aku pun menuruti perkataannya. Selain mataku sudah cukup berat, tubuhku juga sudah sangat lelah.

Suara tv terdengar sampai kamar. Pintu sengaja kubiarkan terbuka, agar aku tau, kalau Angga memang masih di sana. Kebiasaanku memang belum pernah berubah. Sedikit bermasalah dengan tidur. Alhasil mataku selalu dihiasi dengan lingkar hitam di sekitarnya. Aku tidak pernah bisa tidur nyenyak jika sendirian di rumah. Dan di mana pun juga.

Suara siaran tv membuatku lebih tenang. Terlebih Angga yang beberapa kali berteriak jika gol masuk ke gawang. Yah, bola. Ia sedang menonton pertandingan bola. Perlahan mataku mulai terpejam. Hingga tubuhku melemah, masuk ke alam mimpi.

Samar kulihat Angga masuk ke kamar dan menutupi sebagian tubuhku dengan selimut. Mungkin ini adalah awalan mimpi? Entahlah ... hanya saja semua terasa nyata.

____

Dering alarm pagi membuatku menggerakkan tangan. Kulirik sedikit gawai yang selalu kuletakan di samping. Jam menunjukan pukul 05.00. Rupanya sudah pagi. Masih dengan mata terpejam, aku turun dari ranjang. Membawa guling, berjalan keluar kamar. Bermaksud tiduran sebentar di sofa. Sambil menunggu aku sadar sepenuhnya. Keadaan masih sunyi dan gelap. Saat aku duduk di sofa, berniat berbaring kembali, aku terkejut karena ada sebuah tangan dingin, bergerak. Otomatis mataku membulat sempurna.

"Loh?! Ngapain ni anak masih di sini? Katanya pulang?" Kugoncang-goncangkan tubuhnya hingga ia menggeliat.

"Udah bangun?" tanya Angga, menguap lalu mengucek mata.

"Ngapain elu di sini? Kirain udah pulang?" tanyaku ikut duduk di sofa.

"Gimana gue bisa pulang, elu ngigo mulu semalem. Nangis pula."

Ia ikut duduk, menyilangkan kedua tangan di depan. Masih setengah terpejam sambil bersandar di punggung sofa. Sepertinya dia tidak tidur nyenyak semalam.

"Masa sih?" tanyaku yang lebih ke arah kaget. Kupikir tidurku nyenyak dan tanpa gangguan.

"Iya, mba. Elu ngigo. Nangis ampe sesenggukan. Apa perlu gue rekam besok? Bikin gue nggak bisa tidur aja!"

"Maaf ... aku nggak sadar," kataku sedikit tidak enak hati.

Angga menarik napas dalam. Ia mengacak-acak rambutku yang sudah berantakan.

"Iya nggak apa-apa. Ya udah gue balik. Telat nanti. Elu juga siap-siap. Nanti gue jemput," katanya, beranjak, merentangkan tubuhnya hingga menimbulkan bunyi gemerutukan.

"Pulang dulu, ya. Bye."

Angga pergi tanpa menoleh lagi. Meninggalkan aku seorang diri dalam keadaan setengah sadar sekaligus berusaha mengingat peristiwa semalam. Hanya saja dering alarm membuyarkan lamunan. Aku memang selalu menyetel alarm setiap 30 menit sekali sejak pagi. Karena kebiasanku yang akan kembali terpejam walau sudah keluar dari kamar. Begitulah  aku, karena selama ini tinggal seorang diri. Tidak ada alarm dari ibu tiap pagi, atau sarapan saat aku siap mandi. Seperti orang lain.

____

Udara Bandung rupanya lebih dingin dari tempat asalku. Bahkan aku harus memakai air hangat untuk mandi. Selepas mandi aku membuat roti bakar. Rupanya ada mesin pemanggang roti juga di meja makan. Sarapan roti bakar dengan selai kacang serta susu hangat rasanya sudah lebih dari cukup. Karena aku memang tidak terbiasa sarapan pagi dengan makanan berat.

"Cha!" Seru seseorang dari arah pintu. Suara berisiknya membuatku bergegas keluar dengan cangkir berisi susu yang masih ada di tangan kanan.

"Ya ampun. Dari mana, Bu? Rempong banget," sindirku melihat Nova turun dari taksi dengan beberapa barang. Walau dia terlihat kerepotan tapi penampilannya sudah sempurna. Ia memang sangat pandai memadukan make up.

"Biasa emak gue ribet. Udah ih. Bantuin napa. Jam 8 harus on time di kantor. Si bos udah sampai. Telat, digorok elu!" Ia mengancam dengan hal yang paling mengerikan. Aku melotot mendengar kalimatnya. Segera saja aku masuk dan menyelesaikan sarapanku. Kubawa serta beberapa tas miliknya agat ia tidak mengoceh terus menerus.

Sementara Nova masih membereskan barangnya, suara klakson di halaman rumah membuat perhatian kami teralih.

"Tamu?" Tanya nova heran menatapku. Seakan tau siapa tamu kami di pagi hari ini, aku segera berlari kecil ke depan.

Saat sampai di teras, kudapati Angga sedang duduk di atas kuda besinya. Penampilannya lebih rapi dari sebelumnya. Bahkan tercium bau wangi dalam jarak sejauh ini. Aku yakin itu berasal darinya, karena parfumku atau Nova bukan seperti ini aromanya.

"Hayuk! Jam berapa ini?" Tanyanya sambil menunjuk jam di pergelangan tangan.

"Iya, bentar! Eh tapi ... Nova gimana, ya?"

"Loh udah sampai?" Tanya Angga menoleh ke arah rumah.

"Udah."

Angga terlihat diam beberapa saat lalu merogoh gawai di saku jaket. Ia mengetik sesuatu hingga akhirnya ia masukan lagi gawai itu ke saku.

"Beres. Bentar lagi temen gue ke sini. Udah buruan sana siap-siap."

_____

Terpopuler

Comments

who.am.i???

who.am.i???

ini umur angga dan ocha kira2 berapa thor?? sekitar 25an kah??

2020-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!