F-TIGA

“Assalamualaikum...”

Antonio memasuki rumah dengan mengucap salam, dia berjalan kearah Emma—bunda Natasya yang kini tengah menata meja makan yang mana sudah terisi oleh banyak piring berisikan makanan, menu yang telah disiapkan Emma untuk sarapan pagi ini.

Emma tersenyum menyabut Antonio, dia mengusap pelan puncak kepala Antonio saat pemuda itu menyalaminya. “Waalaikumsalam. Ayo, sarapan. Pasti belum sarapan, kan?” tukas Emma, dia menggiring Antonio untuk duduk disamping suaminya, Bramantyo.

Antonio tersenyum, dia mengangguk. “Pagi, Yah.” sapa Antonio, dia pun menyalami Bramantyo dan duduk ditempatnya. Dia membalikkan piringnya, mulai mengisinya dengan nasi goreng udang buatan Emma yang jadi menu favoritnya jika sarapan disini.

“Nata, gimana disekolah? dia gak bikin ulah kan, Ton?” tanya Bramantyo sambil menyesap kopi hitam yang sudah disiapkan terlebih dahulu oleh istrinya.

Antonio menggeleng, “Enggak yah, tenang aja. Dia murid baik-baik, palingan—”

“Palingan kita, Yah yang selalu bikin ulah.”

Semua mata langsung tertuju ke sumber suara, dimana ada Delfano yang baru saja datang dengan senyuman menyebalkan. Delfano menyalami orang tua Natasya bergantian. Dia menyikut pelan Antonio, “Udah disini bae.” tukas Delfano, dia terkekeh.

“Awas, ya! Jangan ajak anak ayah yang aneh-aneh, apalagi sampai ikut-ikutan kenakalan kalian. Gak mau ayah kalau Nata sampai kayak gitu!” tukas Bramantyo, dia mengingatkan dua pemuda yang sangat dekat dengan putrinya itu. Piringnya sudah terisi oleh nasi juga lauk pauk karena Emma mengambilkan itu untuknya.

“Iya, jagain Natasya, ya. Dia itu perempuan. Jadi, kalian sebagai laki-laki punya tanggungjawab untuk jaga perempuan. Pokoknya, bunda percayain Natasya sama kalian. Dan, gak ada pengampunan kalau kalian rusak kepercayaan Bunda sama Ayah.” tambah Emma, dia sangat serius dengan ucapannya.

Tentu saja, Antonio dan Delfano mengangguk patuh. Sudah pasti mereka akan menjaga Natasya, mereka tak mungkin membuat Natasya mereka berada dalam masalah.

“Yaudah, Fan. Kamu juga ikut sarapan gih, biar bunda siapin.” titah Emma, hendak mengambil roti tawar yang menjadi sarapan Delfano biasanya.

Delfano mencegahnya, “Biar aku aja, bun. Gak usah bunda.” ucap Delfano, dia tersenyum pada Emma yang mengangguk. Delfano mengambil sehelai roti tawar dan mengoleskan selai cokelat, kemudian duduk disamping Bramantyo, berhadapan dengan Antonio.

Just info. Antonio dan Delfano itu berbeda. Perut Antonio bisa menerima makanan berat di pagi hari, lain halnya dengan Delfano yang pasti akan langsung merasa sakit di perutnya jika langsung ditimpa makanan berat. Mereka saja berbeda, tentu perbedaan itu juga berlaku untuk Sebastian. Sebastian lebih suka sarapan—

“Bun, Yah.”

Sapaan itu keluar dari mulut Sebastian yang baru saja datang. Sebastian berjalan menghampiri Emma dan Bramantyo yang tengah menikmati sarapan mereka, begitupun Antonio dan Delfano. Menyalami orang tua Natasya bergantian kemudian duduk di tempat kosong.

“Mau sarapan di sini juga?” tanya Emma dengan senyum menggoda, yang langsung mendapatkan senyuman tipis dari Sebastian.

Emma mengangguk mengerti, dia berjalan kearah dapur kemudian kembali lagi dengan mangkuk berisi oatmeal—sarapan Sebastian. Emma meletakkannya dihadapan Sebastian yang langsung dilahap lelaki itu yang sebelumnya sudah berterima kasih.

Bramantyo sudah selesai dengan sarapannya, dia meneguk setengah air putih di gelasnya, mengelap mulutnya dengan tisu yang telah tersedia. “Bun, panggilin Natasya. Ayah mau berangkat.” titah Bram yang langsung diangguki Emma. Emma berjalan meninggalkan meja makan menuju kamar anaknya yang berada di lantai dua.

Baik Antonio, Delfano maupun Sebastian saling pandang, mengerutkan keningnya.

Delfano melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Tumben Yah, masih pagi loh.” tukas Delfano dengan kebingungan yang menghinggapinya, dia menatap bingung Bramantyo.

Bramantyo menyesap kopinya, kemudian meletakkan kembali ditempat semula. “Iya, ayah ada meeting penting. Jadi harus agak pagi deh berangkatnya.” jawab Bramantyo santai yang diangguki mereka, cukup menjawab keheranan mereka.

“Ayah kok pagi banget sih?” tanya Natasya yang tengah menuruni anak tangga bersama Emma. Sontak, semua mata tertuju padanya.

Bramantyo menghampiri Natasya, “Ayah ada meeting, jadi harus agak pagi deh.”

“Oh... Udah sarapan tapi?”

“Udahlah, orang bunda udah nyiapin.” kali ini bukan Bramantyo yang menjawab, melainkan Emma yang sedari tadi menatap suami dan putrinya.

Natasya menoleh, terkekeh.

Bramantyo melirik jam di pergelangan tangannya, “Yaudah ah, ayah berangkat ya. Kamu sekolah yang bener.” tukas Bramantyo sambil mengusap pelan rambut Natasya yang langsung mendapat anggukan patuh oleh perempuan itu.

“Siap Bos!”

Bramantyo berjalan diikuti Emma di sampingnya yang membawa tas kerjanya. Sedangkan Natasya dan ketiga sahabatnya hanya menatap kepergian dua orang paruh baya itu setelah sebelumnya mereka menyalami Bramantyo.

Natasya duduk di tempat ayahnya tadi, menatap satu persatu sahabatnya kemudian mencebik. “Bisa abis sembako gue.” cetusnya yang membuat ketiga sahabatnya otomatis menatap kearahnya. Dia menyampirkan tasnya di kursi.

“Yaelah, pelit banget sih.”

“Satu doang juga,”

“Gak seberapa ini.”

Natasya terkekeh, dia mencoba mengambil roti dan juga selai seperti biasanya, namun Antonio lebih dulu mengambil dan memberikan itu semua kepadanya. Dia mulai mengoles roti tersebut dengan selai. “Ya emang gak seberapa, tapi lo semua pikir deh. Pagi, siang, sore, kalian makan di rumah gue? Idih... Najis banget.” dengus Natasya sambil kembali terkekeh.

Delfano menelan roti di mulutnya. “Awas lo ya, jangan nebeng gue lagi.” ancam Delfano sambil menunjuk Natasya dengan tangannya yang sedang memegang roti.

“Gue ogah beliin lo martabat depan komplek gue,” timpal Sebastian.

Natasya mencebik, mengunyah dengan kasar roti tanpa pinggiran itu. Dia menatap tajam satu persatu sahabatnya, kemudian berhenti pada Antonio yang hanya diam menikmati sarapannya.

“Lo apa!?”

Antonio gelagapan, dia mendongak dengan wajah terkejutnya. “Apa? Orang gue lagi anteng, disalahin. Aneh.” cebik Antonio, dia mengendikan bahunya dan kembali menikmati sarapannya.

Natasya terkekeh, menatap satu persatu sahabatnya yang tengah menikmati sarapan sambil menekuk wajahnya. “Yaelah... Becanda kali, serius amat sih.” ucap Natasya sambil kembali tertawa, kini tawanya lebih terdengar jelas, bukan kekehan lagi.

Hening.

Kunyahan di mulut Natasya semakin pelan, dia menatap kikuk satu persatu sahabatnya yang tak memberikan respon apapun. “Ya maaf.” cicit Natasya, dia menunduk merasa bersalah.

Hening, lagi.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Hahahaha...

Natasya mendongak, menatap kaget ketiga sahabatnya yang tengah tertawa terbahak. Dia menatap aneh, kesal dan jengah dengan tawa mereka yang tak kunjung berhenti. Dia meletakkan dengan kasar rotinya yang tinggal beberapa gigitan, melipat tangan di depan dada sambil menunggu mereka menghentikan tawanya.

Delfano mencoba mengatur napasnya, dia menatap geli sendiri Natasya yang hanya menatap datar dirinya. “Kita juga bercanda kali, Ta. Masa iya beneran. Tipu.” ucap Delfano yang kemudian dilanjutkan dengan tawanya yang belum berhenti sepenuhnya.

Natasya memutar bola matanya jengah, dia menatap Antonio yang masih terkikik, menatap Sebastian yang kini hanya menampilkan segaris senyum di bibirnya dan kini menatap Delfano yang bahkan masih tertawa meskipun tengah ditahannya.

“GARING!” dengus Natasya kemudian segera bergegas, menarik kasar tasnya dan menyampirkan begitu saja di pundaknya kemudian melangkah meninggalkan mereka yang kini mulai kelimpungan karena mode ngambek Natasya yang sudah menyala.

Antonio segera menyuapkan dengan cepat nasi goreng yang tinggal beberapa suap lagi. Sedikit mendengus dalam hati karena biasanya, di suapan terakhir tuh makanan akan berkali-kali lebih nikmat. Tapi karena Natasya, kenikmatan itu tak bisa seutuhnya dia rasakan. Dia segera menyusul langkah Delfano dan Sebastian yang juga tengah mengejar langkah Natasya.

***

Bruk!

Natasya keluar sambil membanting dengan kasar pintu mobil Delfano, dia segera berjalan cepat meninggalkan Delfano yang masih tersentak kaget di dalam mobil.

Delfano mengelus dadanya, beristigfar saat mendengar suara bantingan pintu yang cukup keras sampai-sampai memekikkan telinganya. “Astaghfirullah... Untung aja gue gak punya penyakit jantung, kalau punya? Tinggal nama aja.” ucap Delfano sambil mengelus dadanya. Dia segera menyambar tas yang di letakkan di jok belakang, kemudian bergegas keluar dari mobilnya yang sudah terparkir cantik di parkiran sekolah.

“Marah beneran dia?” tanya Antonio yang baru saja berdiri di samping kanan Delfano, lelaki itu juga baru saja memarkirkan mobilnya. Sebastian yang baru saja turun dari motornya pun segera menghampiri mereka.

Delfano mengendikan bahunya. “Mungkin. Tadi aja, pintu mobil gue dibanting. Untung aja, si robet gak papa.” jelas Delfano sambil mengusap Robet—nama mobilnya.

Antonio mengeratkan tas yang disampirkan di bahu kirinya, “Yaudah lah, paling juga gak lama. Yuk masuk!” ajak Antonio yang langsung diangguki mereka. Mereka berjalan beriringan menyusuri koridor sekolah, menjadi pusat perhatian karena tingkat ketampanan mereka yang di atas rata-rata.

***

Natasya terus mencoret-coret kertas kosong dihadapannya. Jam pertama sudah berlangsung sejak 15 menit yang lalu, tapi karena guru pelajaran yang tak kunjung datang, kebosanan menghinggapinya. Dimana suasana hatinya yang tak menentu, ditambah suasana kelas yang ricuh karena hal tak penting membuatnya bosan sekaligus kesal seketika.

“Berisik banget sih,” dengus Natasya sambil melirik bangku belakang, dimana beberapa siswa dan siswi yang terus saja berceloteh tak penting.

Kebetulan hari ini posisi duduk Natasya berada dekat jendela, otomatis dia bisa menolehkan kepalanya hanya untuk melihat keadaan diluar sana yang kebetulan langsung menghadap ke lapangan basket out door. Dan pas, saat dia menoleh tatapannya langsung bertabrakan dengan Antonio yang tengah berdecak pinggang sambil tersenyum lebar kearahnya.

Kebetulan saat ini, kelas Antonio dan Sebastian tengah melaksanan pelajaran olahraga.

Bukannya membalas senyuman Antonio, Natasya malah mencebikkan bibirnya, menatap kesal Antonio yang kini memberikan hati yang dibentuk jemarinya—Finger Heart.

Natasya menahan senyumnya, dia menggeleng seolah menolak hati yang diberikan Antonio kepadanya. Dia malah bergidik ngeri, seolah hati yang diberikan Antonio itu memberikan efek negatif baginya. Sedangkan Antonio di sana malah tersenyum hangat, dia senang melihat wajah Natasya yang bergidik itu.

Cantik.

Terpopuler

Comments

Auliya Lusy

Auliya Lusy

sukkkkaaaaa

2020-09-02

2

Lenys Alhaddad

Lenys Alhaddad

gemes

2020-06-25

1

Indri Hapsari

Indri Hapsari

aku mampir kak ❤

2020-05-26

1

lihat semua
Episodes
1 F-SATU
2 F-DUA
3 F-TIGA
4 F-EMPAT
5 F-LIMA
6 F-ENAM
7 F-TUJUH
8 F-DELAPAN
9 F-SEMBILAN
10 F-SEPULUH
11 F-SEBELAS
12 F-DUABELAS
13 F-TIGABELAS
14 F-EMPATBELAS
15 F-LIMABELAS
16 F-ENAMBELAS
17 F-TUJUHBELAS
18 F-DELAPANBELAS
19 F-SEMBILANBELAS
20 F-DUAPULUH
21 F-DUAPULUHSATU
22 F-DUAPULUHDUA
23 F-DUAPULUHTIGA
24 F-DUAPULUHEMPAT
25 F-DUAPULUHLIMA
26 F-DUAPULUHENAM
27 F-DUAPULUHTUJUH
28 F-DUAPULUHDELAPAN
29 F-DUAPULUHSEMBILAN
30 F-TIGAPULUH
31 F-TIGAPULUHSATU
32 F-TIGAPULUHDUA
33 F-TIGAPULUHTIGA
34 F-TIGAPULUHEMPAT
35 F-TIGAPULUHLIMA
36 F-TIGAPULUHENAM
37 F-TIGAPULUHTUJUH
38 F-TIGAPULUHDELAPAN
39 F-TIGAPULUHSEMBILAN
40 F-EMPATPULUH
41 F-EMPATPULUHSATU
42 F-EMPATPULUHDUA
43 F-EMPATPULUHTIGA
44 F-EMPATPULUHEMPAT
45 F-EMPATPULUHLIMA
46 F-EMPATPULUHENAM
47 F-EMPATPULUHTUJUH
48 F-EMPATPULUHDELAPAN
49 F-EMPATPULUHSEMBILAN
50 F-LIMAPULUH
51 F-LIMAPULUHSATU
52 F-LIMAPULUHDUA
53 F-LIMAPULUHTIGA
54 F-LIMAPULUHEMPAT
55 F-LIMAPULUHLIMA
56 F-LIMAPULUHENAM
57 F-LIMAPULUHTUJUH
58 F-LIMAPULUHDELAPAN
59 F-LIMAPULUHSEMBILAN
60 F-ENAMPULUH
61 F-ENAMPULUHSATU
62 F-ENAMPULUHDUA
63 F-ENAMPULUHTIGA
64 F-ENAMPULUHEMPAT
65 F-ENAMPULUHLIMA
66 F-ENAMPULUHENAM
67 F-ENAMPULUHTUJUH
68 F-ENAMPULUHDELAPAN
69 F-ENAMPULUHSEMBILAN
70 F-TUJUHPULUH
71 TUJUHPULUHSATU
72 TUJUHPULUHDUA
73 TAMAT
74 Extra Part
75 Pesan untuk Readers
76 Sequel
Episodes

Updated 76 Episodes

1
F-SATU
2
F-DUA
3
F-TIGA
4
F-EMPAT
5
F-LIMA
6
F-ENAM
7
F-TUJUH
8
F-DELAPAN
9
F-SEMBILAN
10
F-SEPULUH
11
F-SEBELAS
12
F-DUABELAS
13
F-TIGABELAS
14
F-EMPATBELAS
15
F-LIMABELAS
16
F-ENAMBELAS
17
F-TUJUHBELAS
18
F-DELAPANBELAS
19
F-SEMBILANBELAS
20
F-DUAPULUH
21
F-DUAPULUHSATU
22
F-DUAPULUHDUA
23
F-DUAPULUHTIGA
24
F-DUAPULUHEMPAT
25
F-DUAPULUHLIMA
26
F-DUAPULUHENAM
27
F-DUAPULUHTUJUH
28
F-DUAPULUHDELAPAN
29
F-DUAPULUHSEMBILAN
30
F-TIGAPULUH
31
F-TIGAPULUHSATU
32
F-TIGAPULUHDUA
33
F-TIGAPULUHTIGA
34
F-TIGAPULUHEMPAT
35
F-TIGAPULUHLIMA
36
F-TIGAPULUHENAM
37
F-TIGAPULUHTUJUH
38
F-TIGAPULUHDELAPAN
39
F-TIGAPULUHSEMBILAN
40
F-EMPATPULUH
41
F-EMPATPULUHSATU
42
F-EMPATPULUHDUA
43
F-EMPATPULUHTIGA
44
F-EMPATPULUHEMPAT
45
F-EMPATPULUHLIMA
46
F-EMPATPULUHENAM
47
F-EMPATPULUHTUJUH
48
F-EMPATPULUHDELAPAN
49
F-EMPATPULUHSEMBILAN
50
F-LIMAPULUH
51
F-LIMAPULUHSATU
52
F-LIMAPULUHDUA
53
F-LIMAPULUHTIGA
54
F-LIMAPULUHEMPAT
55
F-LIMAPULUHLIMA
56
F-LIMAPULUHENAM
57
F-LIMAPULUHTUJUH
58
F-LIMAPULUHDELAPAN
59
F-LIMAPULUHSEMBILAN
60
F-ENAMPULUH
61
F-ENAMPULUHSATU
62
F-ENAMPULUHDUA
63
F-ENAMPULUHTIGA
64
F-ENAMPULUHEMPAT
65
F-ENAMPULUHLIMA
66
F-ENAMPULUHENAM
67
F-ENAMPULUHTUJUH
68
F-ENAMPULUHDELAPAN
69
F-ENAMPULUHSEMBILAN
70
F-TUJUHPULUH
71
TUJUHPULUHSATU
72
TUJUHPULUHDUA
73
TAMAT
74
Extra Part
75
Pesan untuk Readers
76
Sequel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!