Friendshut [TAMAT]
“Nana!”
“Tata!“
”Syasya!“
Natasya menghentikan langkahnya yang hendak menaiki anak tangga menuju kelasnya di lantai tiga. Dia sudah hapal betul dengan panggilan-panggilan yang tertuju padanya. Dia memutar tubuhnya pelan, tersenyum sambil bersandar pada tangga.
Tiga laki-laki tampan tengah tersenyum kearah Natasya. Ada kilatan tak suka saat mata mereka bertemu. Dengan cepat mereka berlari kearah Natasya, saling berebut untuk berada di posisi pertama. Huh, mereka seperti anak kecil, pikir Natasya.
Antonio Conte Gabiee, anak seorang pengacara terkenal yang selalu dipercaya memegang kasus-kasus besar. Memang dasarnya dia anak pengacara, jadi tak aneh rasanya kalau omongannya itu kayak pengacara. But, Anton itu pengacara versi gesreknya. Dan jangan lupakan fakta, bahwa cowok yang satu ini punya tingkat keusilan yang tinggi. Ingat! Cowok dengan panggilan Anton itu punya panggilan khusus untuk Natasya, yaitu Nana. Panggilan sayang sih katanya, ingat sebagai teman, katanya.
Nah, kalau lelaki yang memanggil Natasya dengan panggilan Tata itu adalah Delfano Juan Carlos, si cowok playboy yang punya mantan dimana-mana. Maklum lah, wajah Delfano itu di atas rata-rata, tak ayal para kaum hawa mengejar-ngejarnya dan berebut untuk mendapatkan hatinya.
Dan yang terkahir adalah Sebastian Gunawan. Cowok yang kayaknya anti sama yang namanya cewek, kecuali Natasya. Cowok itu anti banget sama cewek karena menurutnya cewek tuh 'ribet' dan dia gak suka sesuatu yang ribet. Tapi, itu pengecualian untuk Natasya. Dia rela dibuat ribet oleh perempuan itu, asal hanya oleh Syasya, panggilan khusus Sebastian untuk Natasya.
“Na,”
”Ta,”
“Sya,”
Natasya sedikit memundurkan tubuhnya saat mereka terus berebut posisi di hadapannya. Dia menggaruk rambut belakangnya yang tiba-tiba terasa gatal—tapi dia gak kutuan ya!— Dia bingung, harus bagaimana lagi untuk menghentikan perdebatan konyol ketiga anak manusia ini.
“Udah... Udah... Jangan ribut deh, masih pagi.” ketus Natasya sambil mengibaskan tangannya di depan mereka, sedikit meringis pelan.
“Mereka duluan, Ta.”
“Apaan? Lo tuh yang sok ganjen, pengen segala sapa Nana duluan! Buat apa coba? Dasar caper lo!”
“Heh! Lo gak ngaca tuh? Lo juga gitu bg!”
Aduh... Gatal di kepala Natasya semakin menjadi melihat mereka yang malah semakin bertengkar. “Aduh... Udah deh. Kemarin kan gue udah kasih jadwal, siapa yang duluan nyapa gue.” tukas Natasya. “Sekarang hari apa?” tanya Natasya pada ketiganya.
“Rabu,”
“Yaudah, berarti itu giliran siapa?”
“Gue duluan dong, Ta.” ucap Sebastian dengan senyum kemenangan di wajahnya, menatap dua sahabatnya—Delfano dan Antonio yang menatapnya geram.
Sebastian berdiri di hadapan Natasya yang mulai menunjukkan senyumnya yang manis membuat siapa saja langsung terkena diabet melihat senyum itu. “Selamat pagi, Sya semoga hari ini lebih baik dari kemarin, ya.” ucap singkat Sebastian dengan senyuman dibuat-buat yang malah ingin membuat Natasya tertawa terbahak-bahak menatap wajah lelaki itu yang kelewat lucu.
Just info aja, Sebastian tuh tipe-tipe cowok sok cool gitu. Sering sekali menampilkan raut wajah datarnya yang terkadang membuat orang-orang berbisik dengan kepribadiannya. Padahal aslinya Sebastian itu sedikit asik loh. Ya, meskipun sedikit.
“Pagi juga, Tian. Semoga hari lo juga lebih baik dari kemarin, ya.” balas Natasya yang hanya mendapat anggukan dari Sebastian. Dia tak kuasa menahan tawanya, sungguh.
Merasa jengah dengan semua ini. Baik Antonio maupun Delfano langsung menarik kerah seragam Sebastian, membuat si empunya mundur dan mendengus. “Gantian bego, serakah lo!” tukas Delfano.
“Good morning, babe. Gimana? Malem tidurnya enak kan?” tanya Delfano sambil menaikkan sebelah alisnya, menatap menggoda Natasya yang membuat perempuan itu langsung memukul pelan wajah Delfano yang kelewat genit.
Delfano itu tipe-tipe cowok buaya darat gitu, sering sekali tebar-tebar pesona ke setiap wanita. Tak ada orang yang tak kenal Delfano. Coba sebutkan saja, Fano si pemain futsal 06. Yakin, otomatis orang-orang langsung ngeh Fano mana yang dimaksud.
Delfano meraup wajahnya, menatap sebal perempuan di hadapannya. “Sakit, Ta...” ringis Delfano sambil mendengus, membuat Natasya kembali terkekeh.
Melakukan hal yang sama, Antonio menarik kerah seragam Delfano, membuat si empunya mendengus dan malah membuat Sebastian yang tengah menyender memperhatikan, tertawa tipis melihat itu semua.
“Sekarang giliran gue dong? Ya gak... Iya dong.” tukas Antonio. Baru saja kakinya melangkah hendak maju sedikit ke hadapan Natasya, mulutnya langsung menganga seketika mendengar suara yang memasuki telinganya yang membuat semua orang sibuk cepat-cepat masuk ke kelasnya.
“Sorry, Ton. Lo kayaknya kelamaan deh. Gue cabut dulu ya, soalnya jam pertama, jam nya Pak Danto. You know lah... Pak Danto gimana. Bye guys.” ucap Natasya sedikit meringis, tak enak dengan Antonio yang masih melongo tak percaya.
Setelah kepergian Natasya, baik Delfano maupun Sebastian langsung menepuk pelan penuh godaan pundak Antonio.
“Nasib, terima aja.”
“Zonk!!”
Antonio mendengus, segera melepas dengan kasar tangan kedua sahabatnya dari pundaknya, menatap tajam dua sahabatnya itu.
“Bacot!”
***
“Nat,”
Natasya hanya berdehem menjawab panggilan teman sebangkunya. Dia masih sibuk menyalin tulisan yang dia foto dari teman sebangkunya itu. Kinara—nama teman sebangkunya itu.
“Natasya,” panggil Kinara untuk kedua kalinya, membuat Natasya mau tak mau menolehkan kepalanya, mengendikkan dagunya bertanya dengan kening mengerut.
Bukannya menjawab, Kinara malah menunjuk ke arah lain menggunakan matanya. Natasya mengikuti kemana arah pandangan Kinara dan menemukan Delfano yang tengah mengintip sedikit lewat celah jendela kelasnya.
Kinara menangkup dagunya dengan sebelah tangan di atas meja, sedikit mencondongkan tubuhnya pada Natasya. “Fano lagi ngapain sih? Ngitip-ngintip segala.” ucap Kinara pelan dengan herannya. Pasalnya, dia sedari tadi memperhatikan Delfano yang terus saja mengintip lewat celah jendela kelasnya. Dan yang paling menegangkan adalah saat ini guru pelajaran di kelasnya itu terkenal dengan ke killeran nya. Takut-takut Delfano ketahuan dan akhirnya dapet door prize deh.
Natasya menggeleng kemudian kembali ke kegiatan awalnya. “Ya... Kayak gak tau aja Fano gimana, Nar. Ya, paling dia lagi cari mangsa lagi kali atau mungkin lagi pdkt sama mantannya di kelas ini.” jawab Natasya santai sambil melirik sekilas Kinara, dia terkekeh pelan.
Kinara mengerutkan keningnya kebingungan. Secara, mantannya Delfano itu hampir ¾ dari murid perempuan di kelasnya. Jadi, susah menafsirkan maksud dari Natasya, mantan mana yang dimaksud perempuan itu.
“DELFANO!”
Natasya dan Kinara langsung mendongak mendengar gertakan dari seseorang yang diyakini adalah Pak Danto. Jangankan mereka yang terkejut, hampir semua murid di kelasnya juga terkejut. Terkejut bukan asal terkejut, terkejut disini adalah saat melihat wajah Delfano yang tampan di depan wajah mereka secara langsung, lagi, lagi dan lagi. Mereka tak pernah bosan dengan wajah Delfano yang kelewat tampan itu.
Pak Danto berjalan dengan gagahnya ditambah wajah garangnya menghampiri Delfano yang hanya tersenyum lebar saja di tempatnya berdiri. “Ngapain kamu disini? Ini kan bukan kelas kamu.” tukas Pak Danto dengan ketusnya. Jadi, Pak Danto itu bukan hanya terkenal dengan ke-killeran nya saja, namun juga sikap ketusnya itu.
Delfano menggaruk kepalanya, tersenyum lebar menunjukkan deretan giginya. Beruntung saja, gigi Delfano tak ketinggalan cabai atau plak. “Enggak pak, lagi olahraga aja. Eh kebetulan lewat sini, jadi mampir dulu deh. Mau menyemangati seseorang.” jawab Delfano asal, membuat Pak Danto mengerutkan keningnya bingung.
“Menyemangati siapa kami?”
“Mantan,”
“Hah?”
“Jadi gini pak, menurut teori seorang Delfano—cowok ganteng banyak yang suka.” ucap Delfano, dia berucap dengan percaya dirinya. Dia berdehem pelan, “Kita tuh harus banget yang namanya menyemangati mantan, meskipun udah mantan tapi tetep harus disemangati. Masalahnya, mereka tuh udah pernah jadi bagian di cerita kehidupan kita. Jadi itu pak intinya.” jawab Delfano panjang lebar yang mendapat gelengan dari Pak Danto. Sedangkan semua isi kelas, terutama para ciwi-ciwi malah menjerit histeris.
“Memangnya siapa mantan kamu disini?”
“Mereka, mereka, mereka, mereka...”
Pak Danto kembali melongo melihat Delfano yang mulai menunjukkan satu persatu perempuan yang dia klaim sebagai mantannya itu. Sedangkan Natasya yang melihat itu malah tertawa, berbeda dengan Kinara yang ikut melongo.
“Gue bilang juga apa Nar, benarkan?” bisik Natasya dengan kekehan yang hanya mendapat anggukan pelan dari Kinara.
Pak Danto yang sudah mulai geram dengan sikap muridnya yang satu ini. “Sudah... Sudah... Mending sekarang kamu pergi, saya mau ngajar, ganggu aja.” ketus Pak Danto dan langsung menutup pintu kelas begitu saja yang otomatis membuat Delfano langsung mundur seketika.
Delfano menghela napas lega, dia memegang hidungnya. “Untung aja... Hidung mancung gue gak kenapa-napa. Kalau kenapa-napa gimana coba? Mau tanggung jawab tuh guru? Enggak kan.” gerutu pelan Delfano sambil mengusap-usap hidungnya.
Langkah kakinya ia langkahkan melintasi jendela, terus memperhatikan Natasya yang mulai serius memperhatikan setiap penjelasan Pak Danto. Seulas senyum tercetak di sudut bibirnya. “Cantik dan selalu cantik.” ucap Delfano pelan kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan kelas Natasya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Riska Cikok
wah seru nie... lnjut
2020-11-22
1
SAYA MALAS RISET
Ah ... gapaham lagi! Natasya kamu—
See you next time :v maybe.
2020-10-30
1
SAYA MALAS RISET
What? Serius ini jadi rebutan? Astaga haluku jangan sampai kesampaian. Ngeriiii
2020-10-30
1