Ombak laut yang sedari tadi berkejaran perlahan mulai tenang. Terik matahari yang tadinya silau membuat pantulan cahayanya ke penjuru laut juga mulai redup tertutup awan.. Entah, apa karena alam juga turut merasakan kelabunya keadaan yang terjadi saat ini, ataukah alam hanya ingin menambah suasana menjadi sedikit lebih drama.
"Aku gak tahu, apalagi yang harus aku lakuin.. Aku udah kayak orang yang kehilangan akal" Katanya menunduk.
"Menjadikan Agama sebagai cara buat ngelupain kamu" Sambungnya.
"Apa aku ngebuat waktu yang buruk buat kakak?" Tanyaku.
"Gak, bukan kamu yang ngebuat waktuku jadi buruk Salwa, tapi aku sendiri yang gak bisa nerima kenyataan, yang gak bisa nyadarin diri" jelasnya.
"Aku,.. Maaf kak" kataku yang mulai kehabisan kata-kata.
"Udah Salwa, apa yang harus kamu minta maafin.. Perasaanmu itu benar, seandainya aku yang di posisi Fauzi saat ini, mungkin aku gak punya cukup kemampuan untuk ngebuat kamu ketawa terus tiap hari kayak sekarang. Harusnya ngeliat kamu senang itu juga bisa ngebuat aku senang, bukannya kayak orang bego begini" jelasnya..
Aku hanya terdiam, aku tidak memiliki kata-kata untuk menenangkannya. Mungkin bukan aku tidak memiliki kata-kata, hanya saja aku tidak tahu kata-kata apa yang bisa aku ucapkan yang bisa tetap menjaga perasaannya tanpa ada makna yang membuatnya semakin sulit melupakanku.
Farhan terdiam cukup lama setelah kalimat terakhirnya. Ia memandang lautan sejenak lalu kembali menunduk.
"Aku memperlihatkan sisi burukku sama kamu Salwa" Katanya memecah sejenak keheningan. "Aku hanya gak cukup kuat untuk terus bersembunyi dalam balik topengku" Ia menjeda ucapannya "Haha aku menyedihkan ya" sambungnya dengan tertunduk sambil tertawa kecil penuh dramatis.
"Haha iya" Jawabku datar sambil tersenyum menatap laut.
Mendengar jawabanku Farhan menoleh kearahku.
"Kenapa? Bukannya memang seperti itu?"
Tanyaku balas menatapnya dengan tersenyum tipis.
"Aku sengaja kok, toh meskipun aku memperlihatkan ribuan kebaikanku, itu gak akan bisa mengubah kenyataan kalo gak ada waktu buatmu melihat ke arahku" ia mengalihkan pandangannya dariku.
"Terus aja berbuat baik kak, kakak tahu kan kalo banyak pasang mata yang merhatiin kakak"
"Haha, lucu sekali rasanya ngedenger kamu ngomong kayak gitu, lucu-lucu ada perihnya gitu" katanya tertawa kecut
"Maksudnya?" tanyaku bingung
"Sekarang rasanya lebih sakit.. Kata-katamu seolah memperjelas penolakanmu, penolakan yang sangat lembut tapi sakitnya luar biasa"
"Ah, kak.. Aku gak bermaksud.." kataku dengan rasa bersalah.
"Gak Salwa, yang kamu lakuin itu benar.. Aku emang harus ditolak dua kali kayak gini biar bisa sadar, aku terlalu jauh berharap sampe lupa kalo aku ini udah ditolak. Udah dua kali dengan cara yang berbeda tapi dengan sakit yang meningkat" Jelasnya..
Kulihat airmata mulai menggenang dipelupuk matanya.
"Apa sesakit ini hasil dari ucapanku tadi?" Tanyaku dalam hati.
"Gak seharusnya aku ngebahas ini sama kamu kan?" sambungnya.
Ia menatapku, dengan jelas kulihat airmatanya mulai menetes. Ia mengalihkan pandangannya dariku dan dengan cepat menyeka air matanya.
Entah mengapa, kuarahkan tanganku untuk membantunya menyeka airmatanya. Ia sedikit terkejut menyadari jemari mengusap ujung matanya, ia menoleh dan menatapku dengan lekat.
"Ah, maaf.. Aku hanya.."
Aku mencoba menarik kembali tanganku tapi ditahannya.
Kurasakan dingin telapak tangan Farhan yang menahan tanganku. Sedikit gemetar dengan pegangan yang cukup kuat.
"Maaf, tapi bolehkah seperti ini sejenak?" tanyanya sambil terus menatapku dengan tangannya yang masih menggenggam tanganku.
Aku hanya terdiam, menatapnya tanpa berkedip tanpa kata.
"Kau tahu apa hal yang paling buruk dariku?" Tanyanya.
Aku hanya terdiam menunggu kata yang akan dia ucapkan selanjutnya.
"Aku belajar Agama dan hasil yang kupelajari adalah menikungmu lewat doaku, aku tidak perduli dengan siapa kamu sekarang, aku hanya berharap nanti ada kesempatan juga buat aku" Lanjutnya.
Aku sedikit terkejut mendengar ucapannya, mungkin ekspresiku cukup memperlihatkan.
"Ba bagaimana bisa ka kakak berfikir kayak gitu?" Tanyaku terbata-bata.
Ia memperkuat genggaman tangannya.
"Karena aku ingin, saat seperti ini bisa aku rasain lagi. Aku mau Salwa jadi..."
"Farhaaannn" panggil seseorang memotong ucapan Farhan.
Fauzi?? Aku dengan cepat menarik tanganku genggaman Farhan setelah sadar itu adalah suara Fauzi yang memanggil.
Farhan dengan cepat membuang muka menyeka airmatanya.
Aku gugup dan bingung, keadaan dimana seperti aku sedang tertangkap basah oleh Fauzi.
Aku terdiam, mengatasi kegugupanku lalu berbalik menoleh melihat ke arah Fauzi.
"Loh Salwa?" tanya Fauzi dengan langkah semakin mendekat kearahku dan Farhan.
"Fa, Fauzi.." Aku sedikit sulit menghilangkan kegugupanku, kata-kataku jadi terbata-bata. Aku tidak ingin Fauzi berfikir yang tidak tidak tentangku dan Farhan, aku tidak ingin Fauzi menjadi curiga atau bahkan sampai marah setelah ini. Kurasa pandangan Fauzi meskipun sedikit jauh tapi cukup bisa melihat Farhan menggenggam tanganku tadi.
"Kalian ngapain disini?" Tanya Fauzi
"Haa?? Anu.." Aku sedikit kebingunan.
"Ya ngapain lagi lah bro klo bukan ngegosipin lu" kata Farhan memotong pembicaraanku.
"Wah, gua liat lu serius betul ngomongnya ke Salwa" tanya Fauzi curiga.
Aku hanya terdiam.. aku kehilangan kata-kata, aku masih sulit befikir, sulit menyadarkan diriku dan sangat sulit bertingkah biasa saja. Ya aku merasa sedikit takut kalau sampai Fauzi curiga dan salah paham, aku tidak ingin terjadi apa-apa pada hubunganku dengan Fauzi juga hubungan antara Fauzi dan Farhan.
Aku sadar, seandainyapun aku ada di posisi Fauzi, aku pasti marah.
"Ya habis lu darimana aja ninggalin cewek lu disini?" Tanya Farhan
"Ah, gue habis bantuin temen-temen buat ngeabadikan momen disini, kata mereka jepretan gue bagus" Jelas Fauzi.
" Thankyou bro, udah nemenin Salwa disini" Lanjutnya.
Aku terkejut mendengar ucapan Fauzi
" Apa dia gak curiga? " Tanyaku dalam Hati.
"Maaf ya sayang, aku udah ninggalin kamu. Aku gak enak nolak mereka buat minta bantu foto" kata Fauzi dengan nada penyesalan.
Aku hanya tersenyum
"Kamu lagi berbuat baik masa aku mau ngelarang" Jawabku.
"Untung mah ini si Farhan masih Jomblo, kan lumayan ada bisa nemenin kamu cerita.. Hahaha" kata Fauzi sambil tertawa.
"Bayarr..." timpal Farhan Ketuss.
"eh, Lu pikir cewek gue piaraan sampe Lu minta bayaran.. Harus bersyukur Lu bisa ngomong sejenak sama cewek gue, momen langkah nih. Gue gak yakin lu bisa dapat kesempatan kayak gini lagi apa gak" Jelas Fauzi menyombongkan diri
Kata-kata Fauzi cukup membuatku tertawa.
"Iya sih langka, yaudah sana Lu pergi tinggalin cewek Lu lagi, biar gue lagi yang temenin biar momen langkah ini gak sekali doang" kata Farhan
"Keenakan ya Lu" timpal Fauzi
"Lagian Lu juga.. Lu ninggalin cewek Lu disini bisa keambil orang entar.."
"Gada oranglain juga disini, elu doang kan?"
"Lah, emang Lu pikir gue gak bisa ngambil cewek lu apa?" tanya Farhan
Pertanyaan Farhan membuatku terkejut, kualihkan pandanganku ke Fauzi, kulihat ekspresinya tidak berubah. Ya kukira Fauzi akan kaget atau semacamnya, tapi..
"Ambil kalo bisa, Lu pikir semudah itu ferguso? Dalam keadaan apapun gue, gue gak akan nyerahin prioritas utama gue, lagian kalopun lu bisa ngambil dari gue, emang Lu pikir Salwa mau sama Lu?" tanya Fauzi dengan sambil tertawa..
"yah.., gue di skakmat.." jawab Farhan..
"Haha cari cewek sono, biar Lu gak ngenes-ngenes banget hidupnya" ejek Fauzi
"Bentaran, kalo entar cuacanya bagus gue cari deh.." Jawab Farhan
"Eh Lu manggil gue tadi ngapa?" Tanya Farhan.
"Ah iya, hampir lupa. Air minum katanya abis, tadinya gue yang mau pergi beli tapi mereka masih kepengen difoto"
"yaelah, mereka maunya banyak bener, mau minum tapi mau difoto juga.. Ngerepotinnya sekarang naik selevel yaa"
"ckck temen lu juga kali.. Kayak susah aja Lu beli airnya"
"Ya gue mana bisa pergi sendiri Zi. Lu yang nyetir tadi, gue ketiduran dibelakang, gue mana tau jalan keluar dari sini"
"Lu juga ngapain ngebo sih tadi, gue buang Lu disini gak bakal bisa balik lu"
"Ya maap.."
"Lu minta maaf tapi gak ada muka nyesel-nyeselnya yaa" kata Fauzi ketus.
"Oh Yang, kamu bisa nemenin Farhan gak? Tadi kamu nemenin aku nyetir jadi liat jalannya kan?" Tanya Fauzi
"Aku?" Tanyaku menunjuk diri sendiri
"Maaf sayang, aku gak ad niat nyusahin kamu.. Tapi ini beneran cuman kamu yang bisa aku minta tolongin.. Mau yah Yang"
Aku hanya terdiam
"Maaf banget Yang, aku gak ada niat buat nyusahin kamu" kata Fauzi dengan nada bersalah.
Aku masih berfikir, kecanggungan seperti apa yang akan terjadi antara aku dan Farhan jika berada dalam mobil berdua nanti.
"Ah enggak deh.. Bentar aku tanya mereka dulu buat nemenin Farhan" Kata Fauzi melangkah menuju teman-teman yang lain.
"Eh, gak usah.. Biar aku aja" Jawabku impulsif
"Loh, aku bilang apa sih? Kok malah nawarin diri" Tanyaku sendiri dalam hati setelah sadar dengan apa yang aku bilang.
"Beneran gak apa sayang?" Tanya Fauzi memperjelas
Aku hanya tersenyum..
Entah apa yang aku fikirkan, kenapa aku tiba-tiba mengiyakan untuk pergi berdua dengan Farhan setelah apa yang terjadi.
"Apa aku udah gila?? Aduhhh..." keluhku dalam hati.
"Yaudah, hati-hati dijalan sayang.." Kata Fauzi mengingatkanku..
"Hati-hati Lu bawa cewek gue, pelan-pelan aja bawa mobilnya" tegas Fauzi ke Farhan.
Farhan melangkah, aku hanya mengekor dibelakangnya. Aku tidak tau akan seperti apa nantinya, akan ada kecanggungan dan pembahasan seperti apa. Apa kita hanya akan terdiam, atau melanjutkan pembahasan yang sedikit membuat jantung tak tenang.
"Ah sudahlah, jalan aja.. Respon seadanya aja entar" kataku dalam hati sambil lanjut berjalan menuju mobil..
~
~
Hay,..
Sekali lagi terimakasih sudah membaca "Dear, Jodohku !!"
Kritik dan Sarannya sangat saya harapkan dari teman-teman 😊
Khamsamida 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Imma Juhamzah
orang mamuju pake kata gue, elo ya
2020-10-03
1
Farida Setyawan
mirip banget ma ceritaku dulu 😍😍😍
2019-10-28
1
Rosmi
ceritanya bkin gemezzzzz
2019-10-24
1