Kuraba meja lampu tidur dimana kuletakkan telfon genggamku yang sedari tadi berdering.
"Heemm??" Jawabku dengan mata masih menutup.
"Yah, kamu masih tiduran Yang?" kudengar suara Fauzi dari seberang telfon.
"Eemhhh" Sahutku..
"Bangun Yang, ini udah jam 8 loh.."
"Ini hari minggu Zi, udah biarin aku tidur lagi. Udah yaa.." kataku dengan setengah sadar.
"Enak ya jadi Salwa" katanya dengan nada mengeluh
"Apanya?"
"Kalau mau tidur tetap tidur, lah coba kalo aku yang masih tidur? Bakalan ada tuh yang ngeluarin Undang-undang baru tanpa diamandemen tanpa di revisi"
"Oh jadi gak suka nih klo aku tegur"
"Loh aku gak bilang gitu loh Yang"
"Lagian kamu pikir siapa yang ngebuat aku susah bangun gini"
"Lah siapa? Masa aku?"
"Lah emang kamu.. Aku nungguin kamu ngabarin aku semalam, sampe aku ketiduran tau gak"
"ah, maafin aku sayang 🙁"
"Yaudah.. Aku tidur lagi, beneran masih ngantuk banget"
"Yah, aku ngebangunin kamu itu karena mau ngajakin kamu jalan"
"Kemana?"
"Semalam selepas pertemuan itu Farhan ngajakin aku jalan.. Ya katanya itung-itung ngerefresh otak sebelum ujian semester nanti"
"Jalannya kemana?"
"Pantai katanya"
"Bertiga doang?"
"Gak lah Yang, temen-temen dari perkumpulan semalam juga pada ngikut"
"Ya berarti aku cewek sendiri gitu?"
"Gak Yang, mereka pada bawa temen yang cewek juga kok"
"Yaudah deh, aku siap-siap dulu"
"Jangan dandan yang cantik"
"Lah aku gak dandan juga cantik sayang"
"Yaudah sana siap-siap, sejam lagi aku jemput"
"Okey, Bye.." Telfon pun terputus.
Sudah berlalu sekitar 5 menit aku menunggu Fauzi. Outfit Jeans navy dipadupadankan dengan kaos abu-abu muda dengan blazer panjang selutut senada dengan warna jeansku dilengkapi dengan sepatu kets berwarna putih membuatku nyaman. Yah karena kurasa hari ini akan kepantai sebaiknya aku berpenampilan casual saja, toh Fauzi tidak terlalu senang jika aku berpenampilan berlebihan. Bukan karena Fauzi mengatur penampilanku, tapi karena Fauzi tidak ingin aku menggunakan pakaian yang membuatku tidak nyaman hanya untuk menjaga penampilanku. Fauzi selalu berkata, apa yang kita gunakan jika membuat kita nyaman itu jauh lebih baik dari pada apa yang membuat mata oranglain nyaman melihat sedang kita dalam kesusahan dalam menggunakannya.
Fauzi tiba menjemputku, kami berangkat menuju pantai setelah menjemput Farhan dan satu lagi temannya.
Deru ombak yang saling berkejaran membuat riuh suasana alam yang Tuhan ciptakan dengan segala keAgungan-Nya.
"Salwa.." Aku menoleh, mendengar seseorang memanggil.
"Kak Farhan?" Sahutku.
"Sendiri saja? Fauzi kemana?"
"Ah, tadi ada teman yang meminta tolong untuk difotoin, jadi Fauzi kesana"
"Gimana kabar kamu?" Katanya sambil duduk disampingku bersama menatap ombak yang berkejaran.
"Lah kok nanya itu? Perasaan kak Farhan juga setiap hari ngeliatin aku wara-wiri di sekolah"
"Ahahaha.. Iya yah, aku nanyanya gak berbobot banget perasaan" katanya sambil tertawa kecil sambil menunduk. "Yah, lagian aku bingung mau buat pembahasan apa bicara sama kamu" sambungnya.
"Haha, kayak aku oranglain aja kak, biasanya juga kalau ada Fauzi kakak ributnya gak ketulungan"
"yah itu kalau Fauzinya ada, kan lumayan Fauzi bisa dijadikan umpan bullyan haha" katanya sambil terus tersenyum memperlihatkan matanya yang semakin kecil.
"Fauzi menyenangkan ya?" Lanjutnya bertanya dengan nada datar yang membuatku sedikit terkejut.
"Maksud kakak?" Tanyaku bingung. "Ah, haha iya, Fauzi emang ricuh makanya kesannya jadi menyenangkan gitu, padahal aslinya mah lebih banyak nyebelinnya" Sambungku mencoba mencairkan suasana yang sepertinya memulai alur rada mendingin.
"Haha, pertanyaanku ngebuat Salwa bingung ya" Tanyanya menoleh ke arahku.
"Haha sedikit.." Jawabku canggung.
"Maaf" katanya dengan mengalihkan pandangannya dariku.
"Ah? haha gak papa kok kak" Jawabku dengan masih mencoba mencairkan suasana.
"Salwa, maaf karena mengucapkan ini.. Tapi gak tau juga kenapa terkadang aku memiliki rasa iri sama Fauzi tentang kepemilikanmu" katanya menunduk.
"Yah.. aku tau dan aku sadar, aku gak punya hak untuk ngebahas ini sama kamu" Sambungnya.
Aku hanya terdiam, entah usahaku yang sedari tadi mau mencairkan suasana kabur kemana.
"Iya, aku tahu.. Aku gak banyak lebihnya kalau mau dibanding-bandingin sama Fauzi. Fauzi itu seru, gak ngebosanin kayak aku kan?" Sejenak Ia terdiam
"Ah, apaan sih aku, gak jelas banget ngomong kayak gini" sambungnya sambil tertawa kecil menutupi matanya.
"Kakak, gak baik ngomong kayak gitu. Tiap-tiap orang punya kelebihannya sendiri kok, apa yang kakak liat dari Fauzi mungkin hanya bagian-bagian dari yang menyenangkan saja dari Fauzi" jelasku.
"Fauzi juga kadang-kadang nyebelin kok, bukan kadang-kadang malah tapi sering, hehehe" Sambungku.
"Salwa, apa aku kecepatan?" tanyanya menatap kearahku
"Hah??" Jawabku spontan menaikkan alisku
"Apa Salwa kurang cukup waktu buat nyiapin hati?" tanyanya masih tetap menatapku.
"Maaf, maksudku apa aku terlalu kecepatan ngungkapin perasaan ke Salwa sampai ngebuat Salwa kebingunan?" Lanjutnya tanpa mengalihkan pandangannya dariku.
Aku mencoba menghindari kontak mata, kuarahkan pandanganku kembali ke pantai..
"Aku bingung Salwa, entah bagaimana aku harus terus berpura-pura baik-baik saja ngeliat kamu sama Fauzi. Aku tahu, ini adalah sesuatu yang jahat" lanjutnya sambil mengalihakan pandangannya dariku dan ikut memandang ombak dilautan.
"Maafin aku kak, aku gak bermaksud..."
"Gak Salwa, jangan minta maaf... Itu kesannya ngebuat aku seperti pemeran antagonis dalam hidupmu, ya meskipun sebenarnya aku memang pemeran antagonis dalam kisah ini. Tapi ini bukan salah kamu, perasaanmu dan hak pilihmu itu adalah milikmu yang tidak boleh menjadi kacau hanya karena aku"
"Meskipun begitu, aku minta maaf karena tidak mempertimbangkan perasaan kakak dan dengan cepat mengambil keputusan" aku terdiam sejenak "Bukan kakak yang tidak memiliki kelebihan atau sesuatu yang menarik, tapi aku yang tidak bisa melihat sesuatu yang baik dari kakak" Sambungku.. "Ah tidak, bukan aku tidak bisa, tapi aku yang tidak mencoba untuk melihatnya"
Farhan hanya terdiam.
"Kak, mungkin kata-kata ini terlalu klise, tapi aku yakin kakak akan ngedapatin perempuan yang lebih baik dari aku" kataku menolehnya.
"Apa kamu pikir aku masih sendiri seandainya aku sudah menemukannya?" tanyanya menatapku.
Dengan cepat kualihkan pandanganku.
"Aku selalu sadar untuk kesalahanku ini Salwa, menyimpan sesuatu dalam hati untuk seseorang yang tidak seharusnya. Setiap melihatmu, aku selalu menyadarkan diriku tentang siapa kamu, tentang kamu dengan Fauzi dan tentang aku dengan Fauzi juga tentang apa yang tidak boleh hancur hanya karena perasaanku ini" jelasnya. "Aku bukannya senang dengan keadaan ini, sesekali juga aku mengutuk diriku dengan perasaanku yang buruk ini" Lanjutnya.
Kembali kulihat Farhan, sepertinya dia sedikit terbawa emosinya dengan perasaannya yang mulai kalut. Aku tidak lagi tahu harus berkata apa-apa.
"Saat ini, aku ngemulai sesuatu yang baik dengan niat yang tidak baik"
"Sesuatu yang baik dengan niat yang tidak baik?" kuperjelas kata-katanya yang membuatku tidak mengerti.
"Meskipun berlalu setahun.. Kamu tahu? Gak mudah buat aku ngelupain kamu Salwa, gak mudah buat aku ngebuang perasaanku. Terlebih lagi, aku harus menerima kenyataan dan keadaan dimana aku memiliki banyak waktu sama kamu karena Fauzi"
Aku hanya terdiam
"Aku ngemulai belajar Agama biar lepas dari perasaan buat kamu. Hahaha gak baik banget kan aku?" Katanya tertawa kecil dengan mimik memperlihatkan kekecewaannya terhadap dirinya sendiri.
Sejenak aku mulai merasakan emosi Farhan, namun aku tidak bisa mengutarakannya
~
~
Terimakasih untuk para pembaca sekalian.
Saya Author dengan sangat berterimakasih kepada para pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca cerita saya yang masih sangat kurang..
Kritik dan sarannya sangat saya butuhkan..
Juga maaf, karena telat Up..
Salam Manis 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Puji Astuti
percayalah Farhan, kalau Allah itu selalu punya rencana yang lebih indah untuk kita
2020-11-11
0
£ê🦁rma MSI🤩
dear Farhan,sakit memang mencintai seseorang yg TDK bisa kita jangkau,,,
tetep semangat buat kamu🤗🤗
lanjut thorr
2020-02-16
4
Hiruma
kamu luar biasa author..
2019-12-06
1