Berat, ya? Berpisah ketika masih ada cinta.
Aku kira move on itu mudah,
nyatanya, ia datang dengan luka yang mendalam.
Luka yang tak bisa sembuh dengan cepat,
karena perasaan itu masih ada,
meski waktu telah berlalu bertahun-tahun.
Entah kenapa, perasaan itu tetap tinggal,
seperti bayangan yang tak bisa dihapus.
Aku bertanya, kamu di mana sekarang?
Apakah perasaan ini masih ada di hatimu,
seperti aku yang tak bisa melupakanmu?
Dan meskipun kita terpisah oleh jarak dan waktu,
ada bagian dari diriku yang tetap ingin tahu,
apakah kau merasakan hal yang sama?
***
Cinta ... Dulu terlihat begitu indah, meyakinkan diri jika Brian adalah laki-laki yang pantas untuknya. Bertahan karena rasa nyaman ketika berada disamping Brian. Ala sangat bergantung hidupnya kepada Brian, oleh sebab itu Ala akan selalu tutup telinga jika mendengar apapun keburukan Brian. Dia akan selalu menyayangi Brian dengan tulus karena Brian adalah cinta pertama Ala, Biran dunia Ala dan apapun usaha orang lain untuk memisahkan mereka itu akan berakhir sia-sia. Meski Brian telah menggoreskan luka teramat dalam, Ala memaafkannya dan memilih untuk baik-baik saja meski tidak bisa melupakan kejadian itu.
Brian menduakannya!
Ketulusan dibalas pengkhianatan. Hati Ala terluka tapi dia tidak ingin pergi dari hidup Brian. Bahkan meninggalkannya pun tidak akan pernah sanggup Ala lakukan.
Cinta dan kasih sayang Ala untuk Brian tidak bisa dianggap remeh. Meski dia masih duduk dibangku SMA, untuk standar kisah cinta remaja itu sudah terbilang langka atau jarang terjadi. Bukan cinta monyet biasa, seperti remaja pada umumnya. Siapa yang akan bertahan dengan orang yang telah melukaimu? Hanya Ala yang mampu bertahan dan bahkan hubungan mereka sudah menginjak tiga tahun lamanya terhitung sejak mereka duduk dibangku SMP hingga kelas dua SMA.
Hubungan mereka penuh ujian yang bertubi-tubi. Bahkan Ala sendiri sebenarnya tak sanggup melewati itu semua. Terkadang ingin menyerah tapi Ala selalu ingat dan meyakinkan diri bahwa Brian adalah jodohnya, Brian adalah separuh jiwanya.
Sayangnya, ketika Brian beranjak pergi keluar kota, mencari rezeki dengan tujuan untuk kelangsungan hubungannya dengan Ala, sejak saat itu badai datang dan memporak-porandakan kapal yang mulai dibangun dengan indahnya. Hubungan itu kandas begitu saja, meninggalkan luka yang teramat dalam dihati Ala sampai sulit untuk membukanya kembali kepada orang baru.
Dari situlah Ala tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun. Sekali mencoba rupanya dia salah orang. Sejak saat itu Ala enggan memikirkan soal cinta. Dalam hidupnya adalah bekerja dan meraih impian. Soal menikah itu urusan belakang, toh kalau jodoh pasti akan bertemu.
"Kalau boleh tahu apa sih yang membuatmu sulit buat jatuh cinta, La?" tanya Laras yang kini sudah duduk di dalam kost Ala sambil memegang secangkir kopi hitam buatan Ala.
"Panjang kalau di ceritain. Bisa jadi satu novel," jawab Ala.
Ala selalu malas menceritakan penyebab dia sulit membuka hatinya. Meski membenci Brian tapi dari dasar hatinya rasa sayang untuk Brian masih ada.
Mau berusaha sekeras apapun tetap saja kenangan bersama Brian sulit untuk Ala lupakan.
"Ya udah lo buat dah novel kisah lo, tar gue baca sampai selesai biar tahu kisah cinta lo yang sebenarnya," ucap Laras. Penasaran kenapa Ala ini susah jatuh cinta.
Padahal banyak lelaki yang mencoba mendekati Ala. Bahkan effort mereka juga tak main-main, tapi tidak membuat Ala tertarik bahkan meluluhkan hati Ala saja pun mereka gagal.
"Gue bukan penulis!" jawab Ala.
Menulis kisah nyata itu akan lebih sulit daripada kisah fiksi. Para penulis yang seringkali menulis kisah nyata adalah penulis yang hebat. Mampu menyelesaikan semua cerita seperti apa yang terjadi sebenarnya dan itu tidaklah mudah.
"Iya sih, tapi mau sampai kapan coba lo jomblo terus? Udah mau tiga puluh, woy!" Lagi-lagi Laras protes.
Ala hanya menghela napas panjang, paling malas jika ada yang mengatur hidupnya.
"Masalah buat lo?" tanya Ala sambil menatap tajam.
Bertahun lamanya dia berusaha melupakan Brian tapi anehnya perasaan itu masih ada untuk Brian hingga saat ini. Ya walaupun ada rasa benci yang menyeruak dihati Ala ketika mengingat Brian.
Bukan hanya benci tapi ada rasa rindu. Buktinya selama ini Ala masih kepoin akun Brian secara diam-diam. Ala tidak menampakkan wujudnya, hanya sekadar ingin tahu keadaan Brian saja itu sudah cukup. Ala tidak mau mengganggu kehidupan
Brian lagi.
"Emang si Dion dulu nggak mau serius sama lo? Sampai lo putusin dia?" tanya Laras karena cerita tentang kisah cinta Ala dengan Dion berbeda-beda dari segala sisi.
"Hah! Masalah itu rumit untuk dijelaskan!"
Ala teringat kejadian lima tahun lalu. Dimana dia menjalin hubungan dengan laki-laki yang dikenal lewat akun sosial media. Hanya beberapa bulan saja karena Ala merasa tidak cocok dan bahkan tidak nyaman. Selain itu juga keluarga Dion mata duitan. Mereka akan bersikap baik jika Ala memberikan sesuatu.
Ala termakan ucapan jika cinta tumbuh seiring berjalannya waktu, nyatanya waktu terus berjalan dan cinta itu nggak tumbuh di hati Ala. Hatinya kosong dan sulit dibuka kembali soalnya sudah di gembok, kuncinya diambil sama Brian. Biasanya orang yang gagal move on itu bisa sembuh dan lupa.
Akan tetapi sejauh apapun Ala pergi tapi bayangan Brian selalu mengikuti. Menurut quotes yang Ala temukan di akun sosial media kalau "susah lupain seseorang itu berarti yang di sana itu masih mikirin kamu dan belum bisa lupain kamu."
Hanya saja Ala terus meyakinkan diri kalau quotes itu salah. Nggak mungkin Brian masih ingat sama Ala. Lha wong dulunya aja cabang sana sini. Saking sabar dan bodohnya saja Ala mau bertahan. Namanya juga cinta, buta segala-galanya.
"Jelasin, gue kan penasaran selama ini. Cuma lo kalau jelasin setengah-setengah bikin gue kepikiran," protes Laras.
Kesal dengan Ala kalau bicara terlalu irit. Bahkan jelasin juga setengah-setengah dan harus bisa memahami. Otak Laras kadang nggak nyampe jadi rasa penasaran selalu menghantui.
"Keluarganya matre!" jawab Ala. Singkat dan jelas.
"Matre gimana?" tanya Laras.
"Ya matre!" jawab Ala.
Kalau ingat kejadian itu rasanya Ala pengen makan mantannya itu hidup-hidup. Keluarga laki-laki itu nggak ada yang beres. Dari ibu, kakak dan juga adik-adiknya. Belum menikah saja sudah membuat Ala pusing dengan segala permintaannya.
"Iya matrenya gimana? Kan bisa jelasin secara detail!"
Tidak bisakah Ala menjelaskan secara detail? Terlalu singkat sekali dia menjelaskannya. Memang Laras dan Ala ini saling melengkapi sekali ya. Satu banyak bicara dan jiwa ingin tahunya tinggi, satu lagi irit bicara sekali.
Ala menghela napas panjang, malas baginya menceritakan soal Dion kepada Laras. Sama saja membuka luka lama dan rasa benci sama Dion makin bertambah.
"Semakin sedikit lo tahu, semakin baik!" kata Ala.
Sekali di jelaskan pasti Laras akan terus mengulik kisahnya bersama Dion. Lagian itu udah jadi masa lalu yang membuat Ala mendapatkan pelajaran. Bahwa memilih pasangan memang harus hati-hati. Sejak saat itu dia enggan lagi menjalin hubungan dengan siapapun. Fokus sama kerjaan demi meraih masa depan.
Ya meskipun dalam hati Ala berharap Tuhan akan mempertemukannya dengan Brian dan menyatukan mereka dalam ikatan yang sah. Maksdnya meminta Brian jadi jodohnya. Memang sih penyesalan selalu datang di akhir ya.
"Andai waktu bisa diputar kembali, gue pengen perbaiki semuanya," batin Ala. Meratapi nasibnya kini yang belum menemukan tambatan hati.
"Ck, ya udah deh. Oke gue paham matre yang Lo maksud. Gue simpulkan kalau mereka selalu minta ini itu. Nah sekarang Dion ini cinta pertama lo apa bukan? Kalau bukan pasti lo punya cinta pertama atau sampai sekarang belum bisa move on dari dia?" tebak Laras. Pengen tahu kenapa Ala ini sulit sekali jatuh cinta.
Terlalu tertutup!
Itulah Ala. Padahal Laras selalu menceritakan semua kehidupannya kepada Ala tanpa ada yang ditutupi. Ya bisa dibilang over sharing tapi hanya sama Ala karena yakin Ala nggak akan pernah ember. Bicaranya terlalu irit dan malas menjelaskan jadi sudah bisa ditebak kalau Ala ini bisa jaga rahasia.
Ala menghela napas, sebelum menjawab ucapan Laras, "Ya ... Ada! Gue ... Pernah menjadikan dia satu-satunya. Segila itu gue sayang sama dia. Nyatanya dia nggak jadiin gue satu-satunya," jelas Ala, raut wajah yang biasa datar berubah menjadi sedih.
Laras melihat perubahan wajah Ala dan menyimpulkan jika cerita cinta pertama Ala mungkin lebih menyakitkan. Bisa jadi itu penyebab Ala enggan untuk membuka hatinya kembali.
"Maksudnya? Dia mendua atau dia nyia-nyiain lo?" Laras jadi makin penasaran.
Bukan salah Laras kalau dia memiliki rasa penasaran yang tinggi tentang kehidupan Ala. Selama ini Ala itu lempeng-lempeng aja. Bisa dibilang misterius. Seolah nggak ada beban dalam hidupnya. Bahkan curhat tentang keluarga pun tidak pernah.
Laras juga kenal dengan kedua orang tua Ala, karena pernah mengobrol dan dikenalkan oleh Ala, tapi soal masalah apapun yang sedang Ala hadapi, Laras tidak pernah tahu. Padahal Laras juga ingin membantu Ala apapun yang sedang dia hadapi. Entah masalah berat atapun ringan agar Laras juga berguna menjadi seorang sahabat. Selama ini Ala selalu membantu dirinya.
"Lo udah kayak wartawan!" protes Ala.
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Noey Aprilia
Hai kk....
udu mmpir....
btw...ni pnglman pribadi y????
🤭🤭🤭
2024-10-11
1