(Flash back on)
"Terus sayang, terus. Kamu pasti bisa, kamu pasti kuat," suara yang menyemangati itu menambah suasana tegang dalam ruangan yang terdapat seorang wanita berusaha antara hidup dan matinya.
Erangan wanita itu semakin kuat, berusaha mendorong agar Bayi dalam perutnya dapat keluar dengan selamat. Saat dia hampir menyerah, dia menatap wajah suaminya yang membuatnya kembali bertenaga, Suaminya dapat memberi kekuatan padanya.
"aaaaarrrhhhhgggg, eeeeeeehhhh, sakiiiiiittttttttttt." rintihan dan peluh keringat seakan mendominasi ruangan ini, sang suami yang ikut menderita melihat Istrinya kesakitan, sang Suami hanya bisa memberi semangat agar Istrinya kuat.
"aaaaaahhhhhhh."
"oweeekkk, oweeeekkk, oweeekk."
Suara tangisan bayi kedua yang baru terlahir didunia membuat semua orang didalam kamar itu bernafas lega. Termasuk lelaki kecil yang memainkan kakinya di luar ruangan itu.
Saat mendengar suara bayi, dia yakin adik kecilnya sudah lahir, adik kecil yang sudah dia nanti kehadirannya sejak lama. menghempaskan rasa kesepian selama 10 tahun hidupnya.
Jordan langsung bangkit dari duduknya dan berusaha mengintip lewat pintu yang tertutup tirai, membuat Jordan berjinjit-jinjit mencari celah untuk melihat ke dalam.
Jordan mengetuk pintu itu dengan semangat dan tidak sabaran, saat pintu terbuka dan memperlihatkan ayahnya, Jordan semakin bahagia melihat wajah bahagia ayahnya. Ayahnya langsung memeluknya erat.
Ayah Jordan langsung membungkuk di depan Jordan dan mengelus kepala lelaki belia itu, menatap Puteranya yang kini menatapnya dengan sumringah dan penuh senyuman.
"Ayah harap kamu bisa jaga adik-adik kamu saat ayah Cari uang buat kalian. Kamu bisa?" tanya Lelaki tua itu namun Jordan malah memandangnya aneh
"Adik-adik? Jordan punya berapa adik?" tanya Jordan dengan raut wajah bingung.
"Jordan punya 2 adik kecil yang cantik-cantik. Jordan janji sama papa bakal ngejaga Adik-adik Jordan. Oke?" tanya Lelaki tua itu sambil menggandeng Jordan dan membawanya masuk menemui 3 malaikat cantik dalam hidupnya
"Mama, mama kenapa?" tanya Jordan melihat wajah mamanya pucat dan penuh keringat.
"Jordan, sini sayang. Peluk mama," ujar Wanita itu lalu memeluk Jordan dengan hangat, semua rasa sakitnya langsung hilang saat menatap Jordan yang sudah tumbuh lebih besar.
Jordan menatap mamanya dalam, entah mengapa perasaannya tiba-tiba sedih. Jordan memeluk mamanya lekat sambil menangis sejadi-jadinya.
Jordan sangat dekat dengan mamanya, karena sang ayah selalu bekerja setiap hari. Mamanya lah yang menemaninya dan selalu bermain dengannya hingga saking baiknya sekarang mamanya memberikan Jordan adik kecil.
"Adik Jordan namanya siapa ma?" tanya Jordan dengan wajah berbinar dan terdapat sisa air mata di wajahnya.
Wanita yang Diajak bicara malah memejamkan mata dengan nafas yang tidak berarutan, membuat Jordan kecil dan Mr. Smith bingung dan kalang kabut, Mr. Smith keluar dan memanggil dokter untuk segera menangani Istrinya.
"Pendarahan yang dialami istri bapak tidak dapat berhenti. Kita membutuhkan banyak kantong darah agar istri bapak dapat bertahan."
"Lakukan apapun yang terbaik, saya akan bayar berapapun yang penting istri saya selamat," ujar Mr. Smith tegas dengan 1 tetes air mata lolos dari tempatnya.
"Mama kenapa pa? Mama kenapa?" tanya Jordan dengan panik dan terus menangis melihat dokter membawa mamanya keluar. Mereka mengikuti Dokter itu yang membawa mamanya menuju ruang operasi, mereka menunggu dengan tidak sabar di luar ruang Operasi.
"Mama gak kenapa-napa, mama baik-baik saja Jordan," ujar Mr. Smith berusaha tenang saat melihat puteranya panik.
"Jordan sini sama papa," ujar Mr. Smith yang membuat Jordan mendekat.
"Mama gak kenapa-napa kan pa?" tanya Jordan ketakutan sambil terus menangis, Jordan tak ingin kehilangan mamanya.
Mama yang selalu ada untuk Jordan. Mama yang kuat dan selalu tersenyum, Jordan tidak rela mamanya pergi.
Mr. Smith juga tidak sanggup mengatakan apapun lagi, jujur dia juga sangat takut dan tertekan saat ini.
"Pendarahan yang dialami istri anda tetap tidak dapat dihentikan, kami akan terus berusaha. Dan kami ingin menyampaikan bahwa Istri anda ingin bertemu dengan kalian," ujar Dokter yang memakai jubah hijau dengan masker dan penutup kepala
Mr. Smith selaku pemilik rumah sakit dan Jordan langsung masuk ke ruang itu setelah memakai pakaian yang sama dengan para dokter, mereka melihat Istri dan Ibu mereka yang terbaring lemah dan wajahnya sangat pucat.
Wanita itu tersenyum dan mengusap kepala Jordan yang saat ini masih menangis, tampak wajahnya sangat kelelahan namun terdapat cinta yang sangat tulus dalam tatapannya.
"Anak laki-laki gak boleh nangis, Kalau Jordan cengeng siapa yang jagain adik-adik Jordan?" Wanita itu tersenyum sambil menguatkan Jordan
"Janji sama mama Jordan akan menjaga adik-adik Jordan," ujar wanita itu semakin melemah, Jordan hanya mengangguk sebagai jawaban membuat Wanita itu tersenyum.
Wanita tadi menghela nafas dan menutup matanya sejenak, seolah menyiratkan bahwa dia sedang menahan sakit yang luar biasa.
Sementara para dokter tetap menjalankan tugasnya, Mr. Smith mendekat ke kepala Istrinya dan mengusapnya penuh cinta, seakan tidak ingin Istrinya mengalami kesakitan yang lebih lagi, seakan Beliau mengatakan 'Tak apa, aku disini, aku tidak akan membiarkan kamu kesakitan sendirian, bertahanlah.'
"Kamu kasih nama siapa anak kita?" tanya Mr. Smith yang berusaha tegar dan masih berusaha tersenyum.
"Danesya Azura Wilkinson , Anak dari keluarga Wilkinson yang murni yang lahir dilangit biru," ujar Wanita itu sambil meneteskan air matanya, tersenyum menatap manik mata suami yang sudah cukup lama berada di hidupnya.
"yang satunya?" tanya Mr. Smith sambil mengusap kepala Istri yang sangat disayanginya, separuh dari nyawanya.
"Lunetta Azura Wilkinson, Bulan kecil keluarga Wilkinson yang lahir di langit biru." setitik air mata terjatuh lagi saat Istrinya menyebutkan arti nama puteri kecilnya.
"Nama yang cantik. Aku yakin mereka akan tumbuh jadi anak yang cantik sepertimu, terimakasih sudah memberi 2 malaikat Cantik untukku," ujar Mr. Smith mengecup lama kepala Istrinya sementara Jordan langsung memeluk tubuh mamanya dari sisi lainnya.
"Maafkan aku belum bisa jadi Istri yang terbaik, maafkan mama tidak bisa menemani Jordan sampai Jordan dewasa nanti," wanita itu semakin melirih dengan aliran air dipipinya.
"Bicara apa kamu? Kamu harus bertahan, bertahanlah sedikit lagi, dokter sedang berusaha."
"Sayang..." Pertahanan Mr. Smith runtuh, air mata yang berusaha dia tahan akhirnya meluruh. Sudah lama Istrinya tidak memanggilnya seperti itu. Mendengar suara lirih istrinya tentu membuat hatinya tersayat sangat dalam.
"Kamu adalah Istri terbaik di dunia ini, kamu Mama terbaik di dunia ini, kamu jangan bicara begitu, kamu harus terus hidup, kamu temani anak-anak kita sampai mereka menikah dan kita hidup bersama sampai rambut kita memutih," tegas Mr. Smith tak terbantahkan, wanita tadi semakin tersenyum, meski wajahnya kian memutih dan tangannya kian terasa dingin.
Mr. Smith mengusap keringat dan air mata yang memenuhi wajah Istrinya, merasakan dinginnya kulit Wanita yang mengisi hatinya untuk waktu yang lama.
"Apa kamu ingat pertama kali kita ketemu?" tanya Mr. Smith dengan sedikit bergetar, berusaha untuk tidak menitikkan air mata lagi.
"Hmmm, Aku ingat, kamu maling mangga di rumah aku."
"hahahaha," Mr. Smith langsung tertawa mengingat kelakuannya saat remaja dulu, meski kini dalam tawanya terasa hambar.
"Habisnya mangga di rumah kamu lebih manis dari yang lain, seperti kamu, wanita paling manis yang pernah aku temui."
"Tapi aku gak nyangka awal pertemuan kita yang tidak terduga itu justru membuat aku selalu ingin bertemu kamu."
"Aku jadi sering sengaja datang ke rumah kamu untuk maling mangga, padahal sebenarnya aku hanya ingin bertemu kamu."
"Hmmm, Aku tahu," jawab Ny. Smith dengan lirih.
"Hingga akhirnya kita berpacaran dan menikah, dan kamu selalu menuruti apapun yang menjadi kehendakku."
"Itu sudah menjadi tugasku sebagai istrimu."
"Yah, kau benar, itu sudah menjadi tugasmu, Dan sekarang kamu masih menjadi Istriku kan?" tanya Mr. Smith dengan serius.
"Tentu saja," jawab Ny. Smith dengan cepat, meski suaranya kian melemah.
"Itu artinya kamu harus menuruti apa yang aku kehendaki, sekarang aku minta kamu untuk bertahan. Berjanjilah padaku untuk berumur panjang, temani aku di hari tuaku, ku mohon." Mr. Smith langsung menangis setelah memohon pada Istrinya, tidak sanggup membayangkan kehilangan separuh dari hidupnya.
Ny. Smith langsung menangis, dengan gelengan singkat dan lemah yang membuat Mr. Smith semakin terjatuh dan merasakan tikaman yang menyesakkan dadanya.
"Maaf, aku pamit." Untuk pertama kali dalam hidupnya, Istrinya tidak menuruti perkataannya. Istrinya mulai menutup mata dengan wajah yang tersenyum, wajahnya damai dan seolah berkata dia tidak merasakan sakit lagi.
"Sayang, aku melepasmu, pergilah dalam damai dan tunggulah aku disana, Aku selalu mencintaimu," bisik Mr. Smith yang dibalas dengan setitik air mata yang meluruh ke pipi Ny. Smith, dikecupnya dahi wanita yang sangat dicintainya, yang kini telah pergi untuk selamanya.
"Mama, mama bangun, mama jangan tidur disini," ujar Jordan dengan sedih, Dia masih berusaha membangunkan Mamanya meski dia sudah paham dengan apa yang terjadi
Jordan menangis sejadi-jadinya karena mamanya tidak membuka mata sama sekali sekuat apapun dia membangunkannya.
Papanya sudah meluruh dan terduduk di lantai, yang kemudian berdiri dan memeluk Mamanya dengan erat, air matanya mengalir deras, meski tak bersuara, Jordan yakin papanya tertekan dan sangat merasa kehilangan
Hari itu, Dua malaikat kecil telah hadir dan seakan menjadi Gantinya, satu malaikat Harus pergi.
(Flash Back off)
"Abang gak dengerin Luna ngomong ya?" seru Luna kesal saat Jordan yang ada di sebelahnya malah terdiam
"Kamu ngomong panjang banget, males abang dengernya," Kilah Jordan memasang wajah malas menutupi rasa sedih saat mengingat kejadian itu
"Abang ih, ini gimana Luna udah beli sepatu banyak banget, mana Hitam semua. Yakalik gak kepake." Mereka memang sudah membeli perlengkapan sekolah Luna saat Luna sudah menyelesaikan Tes tahap akhir, Luna memaksa Jordan menemaninya untuk belanja dan Jordan hanya menurut saja
Hingga saat sudah membayar seragam dan semua keperluan, Luna baru tahu bahwa sepatu yang digunakan akan diberikan oleh pihak sekolah yang artinya 1 sekolah memakai sepatu bermodel sama.
Luna yang sudah membeli banyak sepatu berharga cukup mahal itu menjadi kesal dengan peraturan sekolah barunya.
"Kasihin aja ke anak Jalanan, toh gak akan kamu pakai sepatu warna hitam," ujar Jordan sembari menatap adiknya, mata Luna mirip sekali dengan mamanya. Mata berwarna campuran amber -mata berwarna tembaga- dan coklat kehitaman, sangat Cantik.
"Good Idea. Abang aja nih bawa ke anak jalanan sekalian berangkat ke kantor," ujar Luna seenak hatinya
"Lah kok abang?" tanya Jordan terkejut
"Kan abang yang usul," ujar Luna tidak mau tahu
"Lah kan sepatu juga kamu yang beli," sahut Jordan tak mau kalah
"Abang gak kasihan sama Luna? badan Luna masih sakit karna Tes fisik kemarin. Bayangin aja bang disuruh keliling lapangan 5 kali mana Lapangannya segede parkiran senayan." Luna mulai mengeluarkan jurusnya, memelas pada Jordan
"Jangan manja, kamu sekolah disana ya tujuannya itu." Jordan masih bersikukuh dengan penolakannya, kali ini dia tidak akan kalah dari adiknya.
"Abaang," Kali ini Luna bergelayut di lengan berotot milik Jordan
"Enggak, kamu sendiri," ujar Jordan dengan menatap kearah lain, Jangan sampai melihat wajah Luna yang saat ini pasti sedang memelas
"Baangg," rengek Luna yang kini berusaha menampakkan wajahnya pada Jordan, namun Jordan terus menghindar.
"Baangg." Luna masih berusaha dan kali ini dia membuat wajahnya semelas mungkin, dengan Puppy Eyes andalannya yang sedikit berkaca-kaca. Luna berhasil
Jordan menengok kearah Luna dan menghela nafasnya, Jordan tak menjawab apapun. Jordan menikmati wajah Luna yang sedang berusaha merayunya
"Abang ih," ujar Luna mengerucutkan bibirnya, membuat Jordan sangat gemas hingga mengusap kasar wajah Luna, kemudian Jordan terkekeh.
"Iya abang yang kasih. Wajahnya gak usah sok melas."
"Yesss." Sorakan Luna dengan senang dan ciuman di pipinya semakin membuat Jordan tersenyum
"Luna mau tanya deh bang," ujar Luna mendadak serius
"Tanya apa?"
"Kenapa abang selalu ngeiyain apa yang Luna minta?" tanya Luna dengan wajah yang menunjukkan rasa penasarannya
"Karna abang sayang sama kamu," Ujar Jordan terdengar asal, namun sebenarnya dia tulus
"abang ih, alasan lain. Pasti ada alasan lain," desak Luna pada lelaki disampingnya
"Dulu mama pernah pesan, Abang harus Jaga kamu. Abang gak boleh bikin kamu sedih, makanya abang gak bisa lihat kamu sedih kayak tadi," ujar Jordan dengan jujur sambil mengusap kepala Luna.
Luna memeluk badan Jordan dari samping secara tiba-tiba, Jordan sempat terkejut sebelum akhirnya membalas pelukan Lunanya.
"Luna sayang sama abang," ujar Luna tulus
"Abang tahu," ujar Jordan sambil mengusap kepala Luna
"Maafin Luna sering ngerepotin abang dengan sikap manja Luna, bahkan abang harus nunda S3 abang karna Luna," ujar Luna menjadi sedih menyadari sifat menyebalkannya
"Mulutnya jelek ya, abang gakpapa kok Luna manja sama abang, tapi Luna juga harus belajar mandiri. Luna sekarang sekolah di sekolah cowok yang semi militer loh," ujar Jordan sambil mengecup ringan pucak kepala Adiknya
Suasana yang penuh haru langsung sirna saat Jordan mengatakan bahwa Luna kini bersekolah di sekolah mayoritas lelaki, fakta itu sangat membuat Luna muak.
"Abang mah gituuuu," rengek Luna sambil mengeratkan pelukannya
"Hahahahaha, gak akan seburuk itu kok, malah kamu gampang dapet pacarnya dong," ujar Jordan tak gentar memancing emosi adiknya.
Luna merengut dan enggan menjawab pernyataan tidak bermutu dari Jordan.
"Luna itu apa bagi abang?" tanya Luna tiba-tiba, membuat Jordan tersentak dengan pertanyaan itu
"Eh?"
"Eemm Luna itu malaikat abang, malaikat yang Tuhan kasih buat abang Jaga," ujar Jordan menatap manik indah milik Luna
"Luna sayang sama Abang, Luna yakin Mama juga sayang sama Abang, Danesya juga sayang Abang, kak Nayshila juga sayang sama Abang," ujar Luna panjang lebar, Jordan tidak menjawab.
Melihat wajah Jordan yang bersedih membuat Luna merasa bersalah. Luna tahu Jordan sudah melewati hari yang sangat berat.
"Abang bilang abang bakal nurutin Luna terus kan?" tanya Luna mengalihkan pembicaraan
"Iya dong," ujar Jordan yakin dan tampak tidak berpikir
"Yess, aku bisa memanfaatkan ini," ujar Luna dengan suara Iblis yang dibuat-buat
"Hmmm, Mama memang minta abang nurutin kamu. Tapi papa juga bilang kalau kamu manja abang harus sita aset kamu," ujar Jordan tersenyum, baru Luna akan menyela, Jordan meneruskan perkataannya
"Berhubung abang anak berbakti, abang bakal turutin semua permintaan kamu. Tapi setiap abang nurutin kamu, abang harus sita aset kamu, baik kan abang." Mendengar itu Luna melongo parah, tidak percaya dengan apa yang diucapkan Jordan
"Kakak Durhaka."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
riska yuliana
kembaran'a luna kmna ka..
2020-10-07
3
#siss misa
Kak author, aku nyesek banget bacanya saat moment kepergian ibu Luna. asli, langsung kebayang jadi langsung sedih banget. Semangat terus ya Thor 💪
2020-04-21
3
Sisilia Jho
tapi kembaran luna mana ya..ada sih nama nya sempat di sebut di episod awal tapi gak di sebut kalau dia kembaran nya luna terus sekarang lagi di mana???
2019-11-29
4