" Lo serius disuruh ke Sekolah cowok itu?" tanya Lucy sambil meminum Kopinya. Saat ini mereka tengah berada di Cafe.
Mereka memutuskan untuk menginap 3 hari 2 malam di apartemen milik Key, karena milik Key paling dekat dengan bandara.
"Hmmm, gue juga kesel dan bahkan gue udah nego biar bisa sekolah disini dan lo tahu jawaban bokap?"
"Emang apaan?" tanya Adel
"Fasilitas gue disita 99%! Gila gak tuh?" seru Luna dengan heboh
"Berisik anjir!" tegur Key dengan pelan karena kini mereka menjadi pusat perhatian. Mereka yang memperhatikan tentu tak paham apa yang diserukan Luna
"Serius 99%?" tanya Lucy memastikan
"Iya njir. Sedih gue," ujar Luna sambil menumpukan dagunya di kedua tangannya
"Bukannya uang saku harian lo banyak banget ya? Kalau dipotong juga pasti masih banyak itu," ujar Key setelah berpikir sejenak.
"Lo pikir fasilitas gue cuma uang? Ponsel gue? Debit Card gue? Mobil gue? semua disita. Trus gue harus ngegembel di Negeri orang? Gilak! Ogah gue," protes Luna sambil bergidik.
" Berarti Lo lebih milih buat sekolah di STM? Lo kepanasan dikit aja ngeluh! Apalagi tuh sekolah semi militer dan 3 tahun Lo harus sekolah, gak yakin gue, Lo kan manja," ujar Lucy dengan nada meremehkan dan bergidik membayangkan sekolah di tempat seperti itu.
"Mulut lo minta diyasinin!" seru Luna kesal, membuat ketiga temannya tertawa. Luna lucu saat marah dan kesal.
"Kalian temenin gue ke sekolah itu ya," ujar Luna dengan Puppy eyes dan tangan yang mengatup.
"Skip," ujar mereka bebarengan
"Sial. Kalian temen busuk banget," seru Luna dengan kesal, memang percuma saja meminta mereka Korsa, tidak ada untungnya untuk mereka.
"Makasih," ujar mereka bebarengan -lagi-
Kini Luna mendengus kesal, sungguh teman-temannya tidak akan berkorban untuk menemaninya karena temannya itu sebelas dua belas dengannya.
Jalan dari kelas ke kantin melewati lapangan saja mereka mengeluh sepanjang jalan kenangan -lah?- Bagaimana dengan bersekolah di Sekolah yang mayoritas Pria dan konon sekolah itu semi militer.
Mendengarnya saja membuat mereka merinding.
"Lo semangat ya, kalau ada apa-apa atau butuh apa apa jangan sungkan kabarin Adel," ujar Key tanpa dosa
"Lah gue, lo tu udah manis-manis di awal tapi akhirnya ngeselin juga," ujar Adel dengan nada tak terima.
"Hahaha, ya kalau yang repot-repot mah Lo aja kalik Del, gue mah gak mau repot," sahut Key enteng sambil terkekeh
"Halah, udah ngapain juga bantuin Luna, dia pasti bisa lah hadapin masalah di depannya sendiri, Luna kan kuat, ya kan Lun?" Tanya Adel dengan nada menggemaskan namun justru menjengkelkan bagi Luna.
"Kuat kuat palamu! Kalau gue bisa nolak juga udah nolak dari awal," ujar Luna malas sambil mengesap sedikit Cappuccino yang dia pesan.
"Eh Guys, Nilai UN gue bagus gak ya?" tanya Lucy tiba-tiba, membuat teman-temannya mengernyit heran.
"Apaan sih Luc? Kok tiba-tiba ngomongin nilai UN, kita kan lagi ngomongin Luna," jawab Adel dengan bingung.
"Oohh, yakan sama aja ada hubungannya sama Sekolah, kali ini gak out of topic kan gue?" ujar Lucy membela diri.
"Hanya terserah Lo aja deh Luc, gak mau jawab gue," ujar Adel menyerah dan memilih sibuk dengan ponselnya.
"Yang mau jawab Lucy silakan angkat tangan terus jawab," sambungnya santai, namun tidak satupun yang bersedia bahkan langsung membuang muka sehingga Lucy merengut sebal karena dia selalu terabaikan. Dia dan pertanyaannya yang sering tidak sesuai topik.
"Bosen gue lihat Australia, kuy lah Eropa," ujar Lucy membuat topik pembicaraan baru, karena keheningan cukup lama sudah mulai terasa.
"Kuy kuy, kapan?" tanya Key antusias, padahal biasanya saat hari H dialah yang paling mager. Selalu seperti itu.
"Liburan ini, gue udah pasti masuk SMA Trisakti, jadi santai."
"Gue juga," ujar Key dan Adel bebarengan. Sementara Luna hanya menghela nafas
"Gue harus tes masuk ke STM itu, dan gue harus keterima jadi gak main-main," ujar Luna tidak semangat.
"Lo yang sabar ya, padahal rencananya kita berempat 1 sekolah, eh ternyata malah Lo yang gak ikutan," ujar Lucy dengan wajah yang sedih dan serius
"Tapi liburan tetap Liburan, ada atau tidaknya Lo, Lun. Kita bertiga mau pamit sama lo," sambungnya, sontak membuat Luna menyorot kearahnya dengan kesal. Demi apa Lucy sangat menyebalkan!
"Serah lo pada," ujar nya akhirnya, toh dia bisa ikut di liburan selanjutnya.
"Tapi," ujar Adel sambil memandang bergantian ke teman-temannya
"Kita pinjam pesawat lo," ujar Key menyambung perkataan Adel.
Luna membuka mata dan mulutnya dengan sempurna. Temannya sangat baik, sungguh. Sudah liburan tanpanya, meminjam pesawat pribadinya pula.
"Bawa aja, tapi bensinnya habis jadi isiin dulu di pom bensin di angkasa!" ketus Luna sambil memandang ke arah lain.
"Huaahahahahhaa," Tawa mereka sambil teriak, mereka tentu hanya bergurau. Tidak perlu meminjam pesawat Luna, mereka bahkan juga memiliki pesawat pribadi.
"Udah sih Lun, bukan kita gak setia kawan. Kan lo tahu sendiri kita gak bisa sekolah di sekolah begituan."
"Iya gue tau, makanya gue frustasi. Ngebayangin kalo semuanya cowok dan gue cewek sendirian. Pengen ngutuk bokap tapi nanti dosa."
"Eh tapi bukannya sebagai reward bang Jordan bakal balik ke Indonesia?" Tanya Adel dengan wajah sumringah, Bang Jordan adalah cinta pertama Adel. Hanya Adel, Jordan tidak.
"Iya balik, tambah runyam hidup gue," keluh Luna terlihat sangat lesu
"Elaaahh nikmatin aja sih Lun, pasti bisa kok," ujar Key menyemangati
"Iyaa, nanti kita sering-sering main ke rumah lo," ujar Adel semangat
"Ketemu bang Jordan tapi," sahut Luna sambil meringis geli.
"Waahh pinternya calon adek ipar gue," ujar Adel sambil bertepuk tangan
"Najis." Singkat, padat dan menikam, itulah yang dirasakan Adel
"Ayolah Have Fun guys , bentar lagi kita bakal sibuk. Apalagi lo tuh Lun, harus tes juga kan?" ujar Key menengahi dan membubarkan perseteruan tidak penting antara kedua sahabatnya
"Pengen kayak di novel novel gitu gue, kita Clubbing sampe pagi!" seru Lucy seketika.
"Clubbing palalo kejepit! ke pasar malam aja pusing lo!" cerca Adel dengan spontan. Membuat Lucy mengerucutkan bibirnya
"Abang lo sampe ke Indonesia kapan?" tanya Key, entah mengapa pertanyaan itu keluar dari mulutnya
"Malam Ini," ujar Luna sambil memainkan ponselnya.
"ASTAGA! Kita harus pulang sekarang!" Serunya membuat yang lain tersentak.
***
"Abang udah kasih tau kan kalo abang pulang?" ujar pria itu menatap tajam ke arah adiknya yang tertunduk. Gadis itu hanya mengangguk
"Kenapa kamu malah main? Sampe Ausie pula! Bukannya sambut abang. Fix sih ini bakal abang laporin ke papa!" ancam lelaki itu dengan sorot mata serius
"Yah bang, jangan dong, jangan laporin Daddy," rengek gadis itu sambil memohon.
"yaudah sini peluk abang dulu! gak kangen apa ditinggal 6 tahun buat ngejar S2 abang." Pernyataan Jordan membuat Luna mendongak dan Dengan senang hati Luna memeluk abangnya, Luna sangat merindukan Jordan.
Terhitung sudah 6 tahun Jordan kuliah di Oxford untuk mengejar S1 dan S2 nya, sembari mengelola perusahaan ayahnya yang ada disana.
"Kak Jordan, terus perusahaan yang disana gimana?" tanya Luna yang menengok kearah Jordan yang jauh lebih tinggi darinya tanpa melepas pelukannya
"Gaktau, kata papa aku harus jagain kamu disini. Makanya aku nunda S3 aku."
"S3 di Indonesia aja lah bang."
"Nanti lah abang pikir lagi, lagian abang disuruh ngurus perusahaan yang di Indonesia, lagi ada masalah."
Luna hanya mengangguk-angguk dan tidak ingin memperpanjang pembahasan yang dia tidak mengerti.
"Jalan yuk!" seru Jordan sembari bangkit dari duduknya dan mengangkat paksa adiknya yang sedang mager.
Luna baru sampai di Indonesia 1 jam lalu, sesudah memaksa teman-temannya untuk segera pulang dan syukurlah teman-temannya mengerti.
Meski mereka tetap ngedumel di sepanjang perjalanan. Siapa yang tidak kesal saat masih beberapa jam liburan namun dipaksa untuk pulang?
"Mager bang," rengek Luna yang masih duduk di sofa
"Telpon papa biar lemari kaca kamu disita!" seru Jordan mengancam. Masih ingat isi lemari kaca milik Luna?
Sekedar informasi, Mr. Smith selalu menuruti apapun perkataan Jordan karena menurutnya pasti hal yang terbaik. Termasuk bila Jordan menyita seluruh aset milik Luna, pasti Mr. Smith langsung berkata 'ya'.
"Ngancem aja mulu! pantes Jomblo tua!" seru Luna dengan kesal, namun tetap melangkah menuju kamarnya di lantai 3 untuk berganti pakaian.
Luna menuju ke arah Lift dan menekan tombol yang menuju kamarnya. Sesudah itu dia segera berganti pakaian.
Luna memakai Kaos santai berwarna putih polos dengan Celana Jeans diatas lutut ditambah dengan sepatu sneakers putih serta tas selempang warna hitam.
Luna menggulung rambutnya asal, membuat rambut Coklat-pirang nya nampak menawan meski berpakaian santai. Setelah dirasa siap, Luna segera menuju pintu utama dan menemani Jordan.
Luna berdecak kagum melihat ketampanan Jordan, kini Jordan memakai kaos polos berwarna Hitam, Jam tangan berwarna hitam dan emas, Celana pendek warna putih serta sandal jepit kesayangannya, Sandal 'sejuta umat' dengan karet jepit warna hitam.
Penampilan Jordan memang sederhana, namun harga kaos dan celana pendeknya sudah bernilai jutaan.
Mereka yang tidak tahu pasti menganggap jam tangan yang dipakai Jordan adalah KW, padahal itu 100% Asli, harganya pun bisa dipakai untuk DP motor Sport.
" Kalau bukan abang gue pasti udah gue pacarin," ujar Luna pelan sambil berjalan ke arah Jordan.
Jordan dan Luna langsung berangkat menggunakan Mobil Sport milik Jordan yang sudah 6 tahun ini tidak dinaikinya. Hanya dipanasi mesinnya oleh supir yang ada disini.
Mereka sudah sampai di salah satu mall ternama di salah satu kota di Indonesia, sepanjang mereka berjalan, banyak yang memandang mereka iri, dan tentu saja para lelaki.
Kalian tau sendiri lah sebagaimana 'tampannya' Jordan dengan sandal jepitnya. Tentu Luna tidak mempermasalahkan, toh mereka hanya jalan-jalan, bukan untuk rapat penting atau kondangan.
Mereka memasuki salah satu toko jam tangan Branded, Jordan merangkul Luna dan memilih jam tangan yang akan menjadi koleksinya, siapapun yang melihat pasti menganggap Jordan adalah pacar Luna.
"Mba mau lihat yang ini," ujar Jordan pada siapapun yang menjaga Etalase, Jordan masih menunggu dengan sabar, menunggu orang yang dipanggilnya datang kepadanya, namun orang itu nampaknya tuli.
Orang itu malah berjalan menjauh dan melayani pria tua berjas dan bercincin Giok di 5 jarinya.
- Sabar
"Mba tolong ambilkan yang ini, saya mau lihat," ulangnya pada penjaga yang lain, Luna sudah merasakan atmostir yang tidak enak dari Jordan.
"Sebentar mas, saya layani Ibunya dulu." Kali ini penjaga itu berjalan menuju Ibu-ibu dengan baju warna hijau, celana merah, sepatu boot kuning dan Emas yang bergelantungan di leher dan tangannya, sungguh malah terlihat kampungan. Mungkin dia orang kaya baru kemarin sore.
Untuk Jordan, Sabar Kuadrat.
"Kenapa Abang gak dilayanin?" tanya Jordan pada Luna, Jordan bertanya dengan Lucu dan kesal, seperti anak kecil. Membuat Luna terkekeh geli melihat kakaknya.
"Abang kayak gembel kalik," ujar Luna, sambil memainkan ponselnya, meski akhirnya dia juga geram harus berlama-lama berdiri di toko ini.
"Mba saya mau beli yang ini," ujar Jordan jengah dengan penjaga disana, penjaga itu langsung berhenti dan menengok kaget ke arah Jordan.
Penjaga itu bahkan melihat tampilan Jordan dari atas kebawah, membuat Jordan dan Luna mendesis kesal dan menatap tajam orang itu.
"Mas yakin mau beli? Dilihat gakpapa sih mas, tapi kalo rusak harus membeli. Ini jam merk mahal mas, saya sarankan mas beli yang ini. Harganya masih standart."
Oke kesabaran Jordan langsung habis.
"Berapa sih harganya? berapa?" tanya Jordan dengan pongah, sementara pegawai itu hanya tersenyum miring, meremehkan.
"30 Juta mas," ujar penjaga itu dengan senyum yang makin miring, yakin Jordan tidak akan sanggup membayar Jam tangan tersebut, bahkan pegawai itu hendak berbalik dan meninggalkan Jordan yang merogoh tas yang dia bawa.
"Cuma 30 Juta? Lo pikir dandanan Gue kayak gini gue gak sanggup beli? Nih cek asli, Lo tulis aja angka yang Lo mau. 50 juta, 100 juta, 150 juta, 200 juta, 300 juta. Nih tulis nominal yang lo minta!!" Seru Jordan sambil mengeluarkan berlembar cek kosong yang siap dicairkan. Jordan bahkan mengeluarkan Debit card berwarna emas dari dompetnya
Pegawai tadi hanya bisa melongo tak menyangka Jordan adalah pria kaya, pakaian dan perawakan Jordan sama sekali tidak menunjukkan dia adalah pria berada, meski wajah Jordan putih bersih, tetap aja rasanya tidak mungkin.
"Lo pikir gue gak punya duit? Lo Pikir Gue pakai sandal jepit itu berarti gue gak bawa duit? Gue beli toko ini juga mampu! Lo pikir sekarang lo berdiri di mall punya siapa!!?" seru Jordan emosi
"Ada apa ini?" Tanya pria berjas rapi dari balik pintu Toko. Orang itu berjalan cepat saat mengetahui ada keributan di Tokonya.
"Oh Mas Jordan, ada perlu apa kemari?" tanya Pria itu, dia merasakan hawa tak enak di wajah Jordan, sementara petugas tadi mulai gugup dan berkeringat.
"Lo gimana bisa Punya pegawai kayak gini? Pecat nih orang atau gue gusur nih toko!" seru Jordan sambil menunjuk petugas tadi. Jordan sungguh arogan bahkan tidak sopan.
Meski pemilik toko itu sedikit lebih muda dari Jordan, namun tetaplah tidak sopan berkata seperti itu di tempat ini. Jordan sendiri sebenarnya tidak sengaja melakukannya
"Udah sih bang, biarin aja, udah," ujar Luna menenangkan kakaknya, diapun tak menyalahkan sikap kakaknya.
Siapapun akan marah bila direndahkan dan diremehkan bukan? Apalagi sikap seorang pegawai tersebut cukup keterlaluan.
Seorang Pegawai seharusnya melayani setiap pembeli tanpa memandang penampilan konsumen serta bersikap sopan terhadap konsumen tersebut.
"Gue emang kelihatan gembel! Tapi Lo gak berhak ngehina gue! Beli hidup lo aja gue mampu!" Ujar Jordan dengan Arogan, Kini petugas tadi sudah menangis, sungguh dia ketakutan.
"Pecat dia! atau gue pastikan besok Toko ini udah pindah tempat bahkan rata dengan lantai," ujar Jordan dengan garang dan Arogan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Riska Cikok
peljaran buat pelyan toko yang liat orang dari cover nya aja... suka kesel bnget,cuma plyan toko aja songong bnget sih. huhh 😤
2021-01-04
1
pembaca dalam hati
galak bener si abangny wkwkwkw
2020-11-28
0
Masaria Hia
peringatan tu utk pelayan toko mana saja ...
2020-06-17
1