"Baang, Kasihan," pekik Luna yang cukup kaget mendengar pernyataan Jordan bahkan kini wajah Jordan terlihat merah padam dan tidak peduli Wanita di hadapannya menangis.
"Lo bikin malu tau gak!" Seru Luna sudah terpancing emosi yang kemudian meninggalkan Jordan yang masih marah.
Jordan langsung tersadar dan tercekat, Jordan tidak boleh membuat Luna marah atau gadis itu akan membuat masalah, Jordan segera bergegas menyusul Luna, namun saat Jordan berbalik, wanita tadi berlari dan memeluk Kaki Jordan.
"Maaf mas, maaf atas kesalahan saya. Tapi tolong jangan buat saya dipecat, saya harus mencukupi kebutuhan keluarga saya mas, saya mohon," Ujar wanita itu sambil masih menangis dan terus memohon pada Jordan
"Etika kamu yang buruk akhirnya yang menghancurkan kamu, orang seperti kamu ini nantinya akan membuat kualitas toko menurun!" ujar Jordan ketus dan tidak peduli, tidak berniat untuk memaafkan wanita itu.
Jordan berusaha melepaskan tautan tangan wanita itu, sebelum Luna pergi terlalu jauh, namun wanita itu tetap teguh berlutut di kaki Jordan.
"Saya mohon mas, saya perlu banyak uang untuk operasi Ibu saya yang sedang sakit parah. Adek saya juga perlu saya untuk biaya hidup dan biaya sekolah, saya mohon mas, hanya saya tulang punggung yang diharapkan oleh keluarga saya," ujar Wanita itu sambil tetap menangis.
Mendengar itu Jordan tentu melunak, siapa yang tega mendengar hal itu? Jordan menghela Nafas dan melepaskan kakinya dari tangan wanita itu
"Berdiri," perintah Jordan dengan tampang dinginnya. Wanita itu berdiri dengan gemetar menuruti perkataan Jordan, ia masih sesenggukan dan lelehan air mata masih membanjiri pipinya.
Meski wanita itu sadar sudah menjadi tontonan gratis bagi pengunjung Mall yang melihat, dia tidak peduli, karena nasibnya sedang dipertaruhkan.
Tidak mudah untuk diterima kerja ditempat yang cukup bergengsi ini, gaji yang ditawarkan pun cukup besar meski belum menutup untuk kebutuhan hidupnya.
"Perbaiki sikapmu! Ini yang terakhir kali." Setelah mengatakan itu Jordan langsung melenggang pergi, karena keberadaan Luna jauh lebih penting dibanding masalah disini.
Wanita tadi melemas dan terduduk di lantai, dia bersyukur nasibnya selamat, bahkan tangannya masih bergetar dan kakinya tidak kuat menopang tubuhnya. Kesombongannya bekerja di toko barang mahal membuatnya hampir kehilangan sumber pencaharian keluarganya.
"Pak, tunggu!" panggil wanita tadi sambil kembali bangkit dan menahan Pemilik toko tempat dia bekerja.
"Ada apa lagi?" Tanya Sang pemilik toko tadi dengan jengah, masih untung wanita ini tidak dipecat, Pemilik ini pun merasa pasti pegawainya bertindak keterlaluan jika sampai membuat Jordan marah.
"Orang tadi siapa?" tanya wanita itu hati-hati, tangannya masih gemetar bila membayangkan aura hitam Jordan saat sedang marah.
"Pemilik Toko pusat sekaligus pemilik Mall ini," ujar pemilik Toko santai sambil menatap sedikit remeh ke Pegawainya, ingin melihat bagaimana reaksi pegawai itu.
~glep
Pemilik toko tertawa sinis saat melihat wajah cengo dan tidak percaya yang ditunjukkan oleh pegawainya, ekspresi yang sudah diduga olehnya.
" Masih baik nasib kamu hari ini, Jangan ulangi lagi!" ujar Pemilik toko itu sambil berlalu kembali ke ruang kerjanya.
.
.
"Cari Info tentang wanita kurang ajar di toko milik Anwar, segera," Titah lelaki itu saat keluar dari toko.
Sesudah memasukkan ponsel ke dalam Kantongnya, Jordan mencari keberadaan Luna, dan dia yakin Luna pasti berada di food court yang menjual Dessert, Es krim misalnya.
"Kamu tadi panggil abang apa?" Tanya Jordan dingin pada Luna yang menunggunya di kedai Es krim dekat toko itu.
"Daritadi Luna gak panggil abang," ujar Luna cuek, Luna masih kesal! Jordan membuatnya malu. Baru kali ini Luna menjadi pusat perhatian di Toko orang, di sebuah Mall pula.
"Abang gak suka ya kamu Lo-Gue an sama abang, mending kalau aku-kamu! Gaksopan itu namanya," Tegur Jordan dengan lunak namun tetap saja membuat Luna semakin kesal.
"Abang juga harusnya jaga sikap! Gak sopan bilang gitu ke Pemilik toko itu, walau dia kelihatan lebih muda dari abang, gak sopan juga ngebentak perempuan," ketus Luna namun dengan nada pelan, takut memancing keributan yang akhirnya membuat malu abangnya -lagi-.
"Abang udah tanggung jawab dan beresin semua Luna," ujar Jordan santai sambil berjalan
"Maksudnya?" tanya Luna sambil mencomot Eskrim Cone nya.
"Abang udah suruh orang cari Info tentang dia, tadi dia bilang Ibunya operasi, adeknya butuh biaya hidup. Abang udah nyuruh orang menelusuri dia dan kalau yang dikatakannya benar, Abang bakal segera urus semunya," Melihat Luna yang masih tak paham membuat Jordan menghela nafas.
"Abang bakal biayain 100% pengobatan Ibu orang itu apapun penyakitnya dan biayain Sekolah Adeknya sampai S1. Cukup kan?" tanya Jordan dengan sombong
"Abang gak suka kamu panggil abang pake Lo Lo an, Paham nona Lunetta?" tanya Jordan merangkul Luna
Orang yang melewati mereka semua melirik sekilas ke arah mereka, kini mereka seperti Goals , yang Lelaki sangat tampan meski dengan pakaian super santainya, yang Perempuan nampak menawan dengan gaya santainya
"Dih, ogah! Luna laporin Daddy kalo abang tadi bikin rusuh di toko orang," seru Luna berlari saat berhasil melepas rangkulan Jordan. Mereka tidak peduli dengan tatapan iri orang-orang di Mall ini.
Ada pula mereka yang menatap jijik dan merasa sikap Luna sangat kampungan, berlarian di Mall seakan Mall tersebut miliknya. *Memang milik keluarga mereka sih
Luna menatap ke belakang sambil terus berlari, tertawa keras saat Jordan dengan wajah kesal mengikutinya.
Namun Jordan hanya berjalan, langkahnya yang lebar sanggup menyamai langkah lari Luna dengan mudah, apalagi Luna berlari sambil melihat ke belakang tentu kecepatannya tidak seberapa.
~Brukkk
"Ups."
Wajah itu menatap Luna dan bajunya bergantian secara tajam, bajunya yang berwarna putih kini terkena noda eskrim berwarna coklat.
Sementara Luna langsung membuka mulut dan melihat eskrimnya yang terjatuh di lantai, Luna baru memakan es krim tersebut sedikit, sayang kan bila harus dibuang.
"Heh! Lari-larian tu di taman jangan di Mall! Lo kira Mall ini punya bapak lo?!" Seru Pria itu dengan kesal sambil menarik bajunya kedepan.
"Lah memang Mall ini punya..."
"Luna, Kamu gakpapa?" Luna tidak menyelesaikan perkataannya dan melihat ke arah Jordan dengan wajah linglung, Jordan mendekat dan melihat ke arah lelaki itu sambil membantu Luna berdiri.
"Mas, pacarnya tolong dikondisikan. Kalau mau main kejar-kejaran di lapangan jangan di mall," ujar lelaki tadi kesal sambil semakin menarik maju bajunya kedepan agar tidak mengenai kulitnya.
Luna dan Jordan saling memandang, Pacar? Oke baiklah ini bukan yang pertama mereka dikira orang lain berpacaran, jadi tidak perlu kaget.
"Iya mas, Maafin pacar saya," ujar Jordan dengan sopan, membuat Luna melotot saat mendengarnya. Jordan buru-buru memberi Kode agar Luna diam, toh tidak ada gunanya menjelaskan bahwa mereka saudara, mereka juga tidak akan bertemu lagi nantinya.
Lelaki itu pergi dengan wajah kesalnya sambil sesekali melihat kebelakang dengan mulut komat-kamitnya. Jangan lupakan gadis yang berada disamping lelaki itu yang kini tertawa ringan dan pelan.
"Abang apaan deh," ujar Luna kesal.
"Percuma dijelasin, gak bakal ketemu mereka lagi juga," ujar Jordan saat Luna hendak bertanya, membuat Luna menutup lagi mulutnya.
Mereka memutuskan untuk melanjutkan jalannya. Bosan dengan suasana Mall, mereka berjalan ke pintu keluar menuju tempat parkir dimana banyak mobil terparkir.
Belum sampai kakinya melangkah di Pintu keluar yang berjarak 5 meter lagi, kaki kanan Luna menginjak tali sepatu kaki kirinya
~Brukkk
"Aiiisshhhh." Luna memegang lututnya yang menghantam lantai tidak beralas, cukup menyakitkan bagi Luna.
"Huahahaha, Makanya kalo pergi-pergi pake sandal jepit! Dijamin aman." Suara yang cukup keras itu tentu membuat Luna bertambah malu, namun Luna tetap meraih uluran tangan di depannya.
Luna menunduk dan berjalan cepat setelah menali ulang sepatunya, ia dapat mendengar beberapa orang menertawainya karena memang mereka belum jauh dari pintu Mall.
Jalannya terus menunduk dan dia berusaha menutup kupingnya rapat-rapat, ingin segera sampai ke mobilnya.
~Dugh
"Awww," ringisnya memegangi jidatnya yang bertubrukan dengan tiang beton untuk penyangga.
"Nabrak mulu neng, abang gendong mau?" ujar Jordan sambil terkekeh, kali ini dia tidak menertawakan Luna karena nampak jidat putihnya jadi memerah sekarang
"Sakit bang, Pusing," ujar Luna melemah yang terus memegangi bahkan meremas kepalanya
"Eh? Eh? Kamu kenapa? Sakit banget ya? Tahan dulu tahan, kita kerumah sakit aja sekarang." tegas Jordan sambil menggendong Luna menuju mobilnya. Memang Luna cukup keras menabrak tiang itu, tentu rasanya sakit bukan?
"Tahan Lun, terus berenang, terus berenang, terus berenang, berenang terus," kicau Jordan menirukan suara Ikan biru dalam Kartun mencari anak ikan yang hilang sambil menyetir. (Okay, It's out of the topic, Maafkan Jordan ya teman-teman)
Luna yang ingin mengumpat mengurungkan niatnya karena kepalanya terasa nyut-nyutan, saat ditekan bahkan semakin sakit.
Mereka sudah sampai dan menemui Dokter pribadi mereka di Rumah Sakit Wilkinson, tak perlu dijelaskan siapa pemilik Rumah sakit ini kan?
"Luna kenapa?" tanya dokter tersebut saat Jordan menidurkan Luna di kasur yang disediakan
"Kejedot tiang dok, tapi tiangnya gakpapa kok." karena perkataannya, Jordan dihadiahi tonjokan ringan dari Luna
"Coba saya Periksa dulu," ujar dokter menengahi kakak beradik yang selalu aneh baginya.
"Astaga!! Ini harus operasi otak! Jika tidak Luna akan mengalami hal serius!" Seru dokter itu terkejut dan menatap Jordan dengan tatapan serius.
What The? Kejedot Tiang, Operasi? Kepalanya akan dibedah-bedah karena tiang? Yang Benar saja!
Wajah Jordan dan Luna menegang, tidak disangka kejedot tiang berefek sedalam ini. Harapan Luna hidup panjang memiliki 7 anak dan merajut sweeter saat rambutnya memutih kini sirna.
Hopeless , itulah yang dirasakan Luna.
.
.
.
.
"Tapi bohong, whauahahahahha." tawa renyah Dokter itu membuat Luna mengubah raut wajahnya dari tegang menjadi cemberut
Usia dokter yang berjarak 1 tahun dari kakaknya membuat Dokter tersebut biasa berperilaku santai, apalagi Dokter tersebut tahu bahwa Jordan adalah anak dari pemilik seluruh yayasan Wilkinson.
"Sa ae kutil kuda," ujar Jordan dengan malas, Dokter Andi adalah Dokter paling santai namun kerjanya sangat baik. S2 kedokteran yang dia raih dalam waktu singkat mungkin bukti nyatanya.
Dokter Andi adalah kakak kelas Jordan sewaktu SMA, teman bolos dan nakal bersama, sehingga mereka cukup dekat.
"Wajah kalian tegang sekali, Kepala Luna hanya memar sedikit dan tadi Luna malah menekan memarnya sehingga menyebabkan pusing. Tidak perlu khawatir, cukup di kompres dengan handuk."
"Serius nih cuma gitu? gak pake obat-obat segala?" tanya Jordan memastikan
"Hmmm, Luna baik-baik saja kok, tapi saya tetap bakal menulis resep salep sebagai obat luar agar cepat sembuh, tidak baik juga mengkonsumsi Obat dalam terlalu sering jika bukan dalam keadaan darurat." Kini mereka melega mendengar perkataan dokter Andi.
"Yaudah kalo gitu makasih ya," ujar Jordan sambil menuntun Luna turun dari kasur dan berjalan keluar setelah berpamitan.
Luna menunggu sementara Jordan menebus obat untuk Luna, sesudah itu mereka segera bergegas menuju mobil milik Jordan.
"Bang ke taman dulu ya," rengek Luna yang sudah duduk nyaman di Mobil mahal milik Jordan.
"Kepala kamu masih sakit, langsung pulang aja sih," ujar Jordan tak setuju dengan Luna, namun Luna tetaplah Luna yang selalu ngotot agar permintaannya terpenuhi
"Yaudah aku kesana sendiri aja, biar nanti aku diculik." Kini Luna sudah bersedekap dan mulutnya maju beberapa senti.
"Rugi yang nyulik atuh neng," ujar Jordan sambil terkekeh
"Abang gak kangen suasana Taman? Abang gak mau nostalgia dulu sering main sama Luna sama kak Nesya juga, sama kak Nayshila juga." Jordan terdiam, tangannya mencengkram kuat stir mobilnya
Luna yang menyadari ucapannya langsung membungkam mulutnya, tidak bermaksud menyinggung dan membuat Jordan terluka.
"Abang maaf," ujar Luna merasa bersalah. Jordan masih meremas stir mobilnya sementara matanya memerah, nafasnya menjadi berat.
tiba-tiba Jordan menambah kecepatan pedal gasnya, membuat mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Abang, Luna takut," ujar Luna mencengkram sabuk pengamannya karena Jordan melajukan mobil dengan sangat kencang dalam waktu singkat
Mendengar seruan ketakutan Luna membuat Jordan kembali ke dunianya. Tangannya melemas dan Pijakan gasnya menurun, Jordan mengatur nafasnya beberapa kali lalu menatap ke arah adiknya yang memejamkan matanya rapat-rapat. Tangannya terulur untuk mengusap lembut kepala adiknya.
"Kita ke taman," ujar Jordan sambil tersenyum tulus. Menyadari dia sudah membuat adiknya ketakutan sampai seperti ini.
Luna meneguk ludahnya, dia sangat takut dengan perilaku Jordan. Dulu dia pernah mengalami kecelakaan hebat karena Jordan kalap saat mengendarai mobil.
Jordan yang kala itu menerobos lampu merah dengan beraninya sehingga harus mengorbankan badan dan Mobilnya untuk tertabrak truck yang juga melaju kencang.
Luna memang tidak terluka parah, namun Jordan sempat kritis dan dirawat di Inggris, hingga saat Jordan membaik, dia memutuskan meninggalkan Luna untuk berkuliah di Oxford.
Yah, Jordan seperti itu karna suatu peristiwa. Peristiwa yang membuat Nayshila pergi selamanya, peristiwa itu juga membuat cinta pertama Jordan pergi selamanya. Shila yang pergi meninggalkan Jordan untuk selamanya. Jordan yang saat itu masih labil tentu tidak bisa menerima kenyataan sehingga nyaris mengorbankan nyawanya dalam kecelakaan itu.
Jordan sangat menyayangi Cinta pertamanya, itu pula alasan Jordan tidak menikah meski usianya sudah 25 tahun, Jordan belum menemukan sosok wanita yang memang pantas untuk menggantikan Shila di hidupnya.
~Tok tok tok
"Selamat siang, bisa tunjukan surat-suratnya?"
Jordan terkaget dan melihat ke arah Jendela. Dilihatnya seorang pria gemuk dengan kumis tebal dan wajah yang cubby melihat ke arah dalam jendela dengan kaca mata hitam yang bertengger di matanya.
Jordan dan Luna langsung mengeluarkan pandangan tajam lalu saling menatap beberapa saat sebelum Jordan memilih untuk keluar dari mobilnya.
"Maaf tapi kesalahan saya apa ya pak?" tanya Jordan yang bingung karena di hampiri oleh pria berseragam polisi tersebut, pria tersebut menatap tidak percaya mendengar perkataan Jordan. Dia menghela nafas sebelum akhirnya menjawab.
"Anda berhenti di atas Marka larangan untuk parkir, bahkan dibawah tanda dilarang berhenti," ujar Polisi itu sambil menunjuk kearah bawah yang terdapat gadis zig-zag berwarna kuning dan kearah atas yang terdapat tanda S yang dicoret merah.
Jordan malu dan masuk kembali untuk mengambil surat-suratnya sementara Luna yang tadi mendengar penjelasan polisi seketika tertawa keras sampai menunjuk Jordan yang wajahnya nampak kesal bercampur bingung
Mungkin hari ini Hari sial untuk mereka, sudah Es krim Luna yang raib dimakan baju pria asing tadi, Luna yang terjatuh dan menabrak tiang hingga benjol serta Jordan yang harus menyerahkan SIM dan STNK miliknya karena ditilang.
Hari ini akan dicatat Luna dalam sejarah sebagai Hari paling tidak beruntungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Alyssa Kevin
tapi boong 🤣
2020-06-19
1
MyCaa
di situ ada nama aku gaess😊😊😊 Nesya 😀😊
2020-04-27
1
Keysa
mantap....
2019-12-26
0