Chapter Empat

"Lunaaaaaaaaaaa rugi lo gak ikut kita-kita kali ini. Si Key digebet sama bule ganteng njir!" Luna hanya menghela nafas menatap ponsel yang menampilkan 3 sahabatnya yang sesuai perkataan mereka berlibur di Eropa, tanpa Luna.

"Gue pengen ikut, demi apa deh," keluh Luna dengan wajah murung. Meski sudah beberapa kali ke Eropa, tetap rasanya akan berbeda bila perginya bersama sahabatnya.

"Lo gak usah sedih, next time kita Quality time kesini lagi aja. Noh si Adel aja cuma bawa ransel, padahal kita seminggu disini."

"Elaah, gue mah gak rempong kayak lo! disini juga bisa beli baju. Gilak Lun! untung lo gak ikut. Baju disini mahal njer, kualitas sama kayak tanah abang." Adel terlihat mengadu dengan wajah melas bercampur kesalnya

"Bener banget! cuma dikasih tanda made in paris aja. Nih gue beli buat bukti, begini mah di tanah abang lima puluh ribu 3 yah, Lo mau tau disini berapa? satunya 10 Dollar njiirr," sambung Key yang tadi tampak sibuk bermain ponsel, mungkin sedang berbalas pesan dengan seseorang.

Tampak Key memainkan ponselnya lagi, kini sembari senyum-senyum, membuat Luna sekilas menatap geli Key. Key tidak pernah sebegitu senangnya bertukar pesan dengan seorang pria.

"Namanya juga Paris! awas Khilaf lo belanja disana, uang jajan sebulan ludes," ujar Luna memperingati sambil terkekeh.

"Kan masih ada Lo, kita bisa minta biaya hidup ke Lo kok," ujar Lucy tanpa dosa sembari tertawa keras diikuti oleh Adel. Sementara Key masih sibuk dengan dunia nya

"Elaaahh si Key kesambet setan Paris? senyum-senyum sendiri," semprot Luna cukup keras, membuat Key langsung gelagapan dan menaruh ponselnya

"Ah pasti lagi Chatting sama noh Bule yang hidungnya bisa buat nyungkil mangga tetangga," sahut Lucy sambil tertawa ringan.

"Lo ngomong apa sih Luc?" tampak sekali Key sedang membela diri, Key menunjukkan wajah kesal dengan bibir mengerucut seperti anak kecil

"Hahahaha Key kepiting rebus!" seru Luna sambil menunjuk layar ponselnya, membuat yang lain ikut tertawa sambil melihat wajah Key yang memerah.

Luna merasa mobil yang ditumpanginya sudah berhenti, dia melihat gerbang megah bertuliskan 'STM TARUNA' dan banyak orang berlalu-lalang masuk dan keluar dari gerbang itu.

"Gue udah sampai, ntar kabarin lagi ya," ujar Luna sambil melambaikan tangan sebelum mematikan sambungan Telepon.

"Pak, Pak Indra ada di mobil belakang kan?" tanya Luna pada supir Pribadinya. Sudah menjadi biasa saat Luna ada acara yang melibatkan orang tua, Pak Indra lah yang menjadi wali Luna.

Terkadang Luna berpikir, entah Luna ini anak siapa sebenarnya, Papanya tidak pernah ada waktu untuk urusan sekolah Luna. Luna tidak pernah tahu apapun yang Luna alami, Mr. Smith selalu memonitornya dari jauh, bahkan apapun masalah yang dihadapi Luna, Mr. Smith selalu tahu, meski beliau memilih diam dan membiarkan Luna menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Iya, non, Pak Indra sudah memakai pakaian yang diinstruksikan Non Luna," ujar Supir itu dengan sopan, yang dijawab anggukan oleh Luna.

Luna keluar dari mobilnya, melihat megahnya gerbang utama SMK Taruna, membayangkan betapa besar isinya bila gerbangnya semegah ini.

Pak Indra pun langsung keluar dari mobil yang di belakangnya, menggunakan pakaian yang sudah diinstruksikan Luna.

Pak Indra yang biasanya berpakaian serba hitam dan menyeramkan kini tampil lebih santai dengan kemeja batiknya.

Meski awalnya Luna sudah bersikeras untuk mendaftar sendiri, namun Jordan tetap memaksa Luna untuk ditemani Pak Indra.

Jordan sangat tahu Luna itu keras kepala, manja dan tidak bisa diandalkan untuk masalah seperti ini, Jordan tidak ingin Luna mendapat masalah lebih banyak bila melakukan kesalahan saat pendaftaran.

Pak Indra sendiri merupakan pengawal yang dipercaya Mr. Smith untuk menjaga Luna dari kecil hingga sekarang, kemanapun Luna pergi, pasti ada Pak Indra yang mengikuti. Namun untuk kenyamanannya, dia menetapkan jarak tertentu untuk dijaga karena tidak ingin jadi pusat perhatian dan Pak Indra mengiyakan saja.

Meski saat beberapa waktu, Pak Indra tidak akan mengikuti Luna, seperti saat Luna berada di kamar, di kamar mandi dan juga saat pergi bersama Jordan karena Jordan akan menggantikan tugas Pak Indra, mereka juga tidak akan mengikuti Luna jika Luna berkata tidak perlu untuk diikuti, bagaimanapun mereka harus menurut apa kata Luna.

Kini Luna berjalan menuju sebuah Spanduk besar bertuliskan 'Selamat Datang Calon Peserta Didik Baru'. Banyak anak lain berlalu lalang dengan orang tua masing-masing. Meski sudah biasa, Luna masih sering merasa sedikit sedih bila melihat hal seperti itu.

Luna merasa sekolah ini sangat megah, namun dia tidak ingin terlihat kampungan. Luna meminta pak Indra mendekat agar Luna tidak tersesat.

Pak Indra tampak tenang dan berjalan tegap, meski pak Indra mengenakan pakaian yang lebih santai dari biasanya, namun dia membawa sebuah pistol berpeluru penuh dan 1 buah belati untuk berjaga-jaga.

Wibawanya sebagai pengawal selama belasan tahun membuat banyak Tante-tante dan Ibu-ibu melihatnya dengan ngiler. Mungkin mereka berpikir Pak Indra adalah Single dad Idaman.

Luna hanya bisa meringis sambil melirik Ibu-ibu dan tante genit itu, memang Pak Indra terlihat seperti suami idaman, tetap saja mereka tidak pantas bersikap seperti itu, apa mereka tidak sadar umur?

"Bagian regestrasi ada di sebelah sana nona," ujar Pak Indra pelan, tidak ingin lebih menjadi pusat perhatian.

Setelah melihat arah yang ditunjuk oleh Pak Indra, Luna langsung mengangguk dan menuju arah yang ditunjuk oleh pak Indra.

Luna membaca prosedur yang harus dilalui dan meminta blangko form pendaftaran, Luna berjalan sambil melihat isi Form yang dia pegang, banyak hal yang tidak dia mengerti.

Luna berjalan mendekat kearah Pak Indra yang menunggunya di tempat yang diperintahkan Luna, tidak bergerak sedikitpun meski matanya tidak lepas mengawasi Luna.

"Lah beneran nunggu disini, astaga, pak Indra tuh jangan kaku-kaku, serem kayak robot pak, padahal ada kursi, kenapa berdiri?" tanya Luna gemas dengan dengan Pak Indra yang sangat jarang tersenyum, persis seperti robot.

"Nona meminta saya menunggu disini, bukan untuk duduk dan bersantai," jawab lelaki itu tegas dengan Ekspresi terkejut.

Luna langsung menganga tidak percaya dengan sikap Pak Indra yang menurutnya sangat unik dan aneh.

"Pak Indra duduk pun juga saya gak bakal celaka pak, ini kan sekolah. Gak mungkin ada kriminal," ujar Luna jengah sambil mencari kursi kosong untuk duduk.

"Saya masih bertugas, saya tidak boleh bersantai apalagi lengah menjaga Nona," ujar Lelaki itu cepat dan tanpa berpikir, tanpa senyum dan tentu tanpa ekspresi.

Luna menyerah, terserah pak Indra.

Luna mulai mengisi Form yang dia pegang, berisi data diri yang diperlukan dan melampirkan berkas sudah dibawakan oleh pak Indra.

Beberapa form yang dia tidak mengerti langsung diinstruksikan oleh Pak Indra dengan jawaban yang sesuai.

Saat form yang bertuliskan Jurusan yang diminati, Luna terdiam dan tampak berpikir, Luna tidak berminat sama sekali untuk bersekolah disini, bahkan Luna tidak tahu tentang sekolah ini sebelumnya.

"Saya ambil jurusan apa ya pak?" tanya Luna pada pak Indra

"Sesuai bidang yang nona minati," saran dari Pak Indra yang masih menatap Luna, Luna sendiri menyesal telah bertanya.

Luna tidak minat jurusan apapun. Luna membolak-balik brosur berisi pengenalan jurusan yang ada di Sekolah itu.

"Teknik gambar bangunan." Luna mulai membaca Jurusan yang ada disana

"Gue gambar 2 gunung di tengah sawah, mataharinya aja masih cacat," gerutunya pada Brosur yang dia pegang

"Teknik Komputer dan Jaringan."

"Siapanya Jaring laba-laba?" ketus Luna yang sama sekali tidak berminat mengotak-atik komputer

"Teknik Kendaraan Ringan."

"Gue mah tahunya Poles wajah pake Make up bukan poles rantai pake Oli, aiihh Jurusannya susah semua," Omel Luna yang hanya dipandangi oleh pak Indra

"Teknik Elektronika Industri."

"Ini aja kalik ya? gambarnya paling masuk buat gue, nih anak juga cuma mainan air," celetuk Luna saat melihat gambar beberapa anak memegang nampan berisi benda cair.

Baiklah, Luna memilih untuk mengisi Form dengan tulisan 'TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI'

Pak Indra tersenyum tipis melihat kelakuan Luna, Luna bahkan tidak tahu jurusan yang dia ambil akan seperti apa. Tapi biarlah, bukan kapasitasnya untuk berkomentar.

"Mari nona, Nona harus menyerahkan Form sekaligus melihat agenda," ujar Pak Indra yang mendapati Luna terdiam untuk cukup lama

"Nah gitu dong, ngomong walau gak diajak omong duluan, peka nya telat," ujar Luna berjalan maju, membuat pak Indra tersenyum tipis lagi untuk sepersekian detik.

"Nona," panggil pak Indra saat Luna sudah beberapa langkah menjauh

"Kenapa?" tanya Luna terlihat sangat bingung

"Saya menjaga Nona dari sini atau menemani?" tanya Pak Indra dengan wajah bingungnya. Luna menghela nafas, baiklah bapak ini memang seperti robot

"Ikut," ujar Luna malas memperpanjang perdebatan.

Luna membaca agenda yang terpajang di mading besar itu dengan mulut yang terbuka lebar

Oke, inilah yang Luna baca

Agenda Kegiatan Calon peserta didik

STM TARUNA

1. Tes Kesehatan 19-20 Juni 2018

2. Tes Kebugaran 21-23 Juni 2018

3. Tes Kejiwaan 24 Juni 2018

4. Tes IQ 25 Juni 2018

5. Tes Teori 30 Juni 2018

6. Ujian pembagian Kelas 4 Juli 2018

7. Pembayaran Administrasi 6 Juli 2018

8. Hari Pertama MPLS (Bagi siswa yang dinyatakan diterima) 7 Juli 2018

Penuh dengan Ujian bung, seperti hidup ini. Baiklah, Pray for Luna

Luna memotret agenda itu di Ponselnya lalu beranjak dari sana. Luna memilih beranjak dari banyak orang yang menyesakkan itu

Luna menghela nafas dan berjalan menuju Pak Indra yang - lagi-lagi - berdiri di tempat yang diperintahkan Luna.

"Pak Indra udah pegang kunci mobilnya kan?" tanya Luna yang merasakan lemas diseluruh badannya

"Iya nona, nona mau pulang sekarang?" tanya Pak Indra dengan sopan, Luna hanya mengangguk saking lemasnya.

Luna bahkan terduduk di lantai itu, membuat pak Indra reflek memelototkan mata dan menghampiri Luna

"Nona, Nona baik-baik saja?" tanya pak Indra panik saat Luna memilih Ndelosor dilantai, sangat berbeda dengan Luna yang jijik duduk ditempat kotor.

"Nona?" panggil Pak Indra saat Luna tidak menyahut

"Capek pak didesak-desak, pengap disana." Kini Luna mengadu sambil menunjuk kearah kerumunan sambil mengerucutkan bibirnya

Pak Indra menghela nafas lega, ada yang lebih menyesakkan bagi Luna dibanding duduk lantai yang kotor.

Suasana rusuh dan pengap.

"Nona silakan duduk di kursi yang sudah disediakan. Jangan duduk di lantai," ujar Pak Indra membantu Luna berdiri dan mendudukkan Luna di kursi yang terletak persis disebelahnya.

"Saya ijin mengambil mobil dahulu, nona tunggu saja, bila mobil sudah berada di gerbang, saya akan menghubungi nona."

"Mobil dibawa kesini pak?"

"Maaf Nona, tapi Nona harus berjalan sampai gerbang utama." Jawaban Pak Indra membuat Luna menghela nafasnya. Jarak Gerbang utama dengan tempatnya duduk cukup jauh.

"Saya permisi," ujar pak Indra saat merasa Luna tidak akan berbicara lagi.

Luna diam sambil mengatur nafasnya, sungguh banyak sekali orang yang ingin mendaftar padahal kapasitas yang ditampung hanya sekitar 560 anak.

Bagaimana nasibnya jika dia termasuk di anak yang kurang beruntung? Semua fasilitasnya akan dicabut, dan Luna tidak akan siap.

Ponsel Luna bergetar dan terdapat nama pak Indra disana

"Udah pak?"

"..."

"Oke pak, saya jalan kesana."

Luna berdiri dengan malas dan berjalan menuju gerbang utama, Luna berjalan pelan sambil memainkan ponselnya untuk membalas pesan yang dikirim di Grub yang berisi dirinya, Key, Lucy dan Adel.

Baiklah, mereka bahagia disana dan Luna tersiksa disini. Teman yang sangat baik bukan?

~Brukkk

Luna menghela nafas sambil menunduk setelah menabrak sesuatu. Bahkan untuk memekik dia sudah tidak sanggup, badannya sangat lelah, dia tidak pernah memforsir dirinya seperti ini.

Sebuah tangan terulur untuk membantu Luna berdiri. Luna hanya memandang tangan serta pemiliknya

"Lo emang Hobi nabrak? Orang ditabrak, tiang ditabrak, sekarang pohon ditabrak."

Luna mengamati lelaki itu dan Luna tersentak karena kaget saat mengingat wajah yang tangannya masih terulur.

"Lo kan? Lo?" ujar Luna tergugup

"Iya, cowok yang lo tabrak dan bajunya Lo kenain Es Krim coklat," ujar lelaki itu tajam dan terdengar tak suka

"Lo?" tanya Luna masih terkejut. Cobaan apalagi ini? Ujian apalagi? Dia harus bertemu orang ini lagi di tempat ini, di sekolah ini yang artinya kemungkinan dia akan satu sekolah dengannya untuk beberapa tahun kedepan.

"Iya Gue!" ujar lelaki itu gemas, wajah cengo Luna membuatnya cukup gemas, meski dia tetap menunjukkan wajah cool dan biasa saja.

"LO BURUAN GANTI ES KRIM COKLAT GUE!" Teriak Luna sambil menunjuk wajah lelaki itu, membuat beberapa orang menengok dan melihat apa yang mereka lakukan.

"LAH?!" Lelaki itu nampak terkejut dan tidak percaya dengan yang dikatakan Luna.

"Gue yang dirugikan disini, Lo yang nabrak gue dan gue yang harus ngegantiin es krim Lo? Yang bener aja!" sewot lelaki itu dengan galak, niat untuk membantu gadis itu berdiri pun sirna, lelaki itu langsung menarik tangannya dan berdiri dengan wajah dinginnya.

"Tapi kan es krim gue jatuh karna Gue nabrak Lo! Lagian Lo tahu gue lagi lari bukannya minggir malah ngehalangin," sahut Luna tidak mau kalah.

"Lo gila atau stress sih?" heran lelaki itu sambil menatap Luna dengan sinis.

"Es krim gue itu mahal, dan gue baru makan sedikit, Lo coba bayangin dong!" seru Luna sambil menunjukkan wajah sedih, Eskrim berlogo BR yang Luna beli kala itu memang berakhir naas di baju lelaki itu.

"Baju gue lebih mahal dari Es krim Lo kalik, harusnya gue yang minta ganti rugi."

"Ya gak bisa gitu dong! Kan sama sama Rugi!"

"Ya mana Bisa! gak usah Playing Victim! gue yang ditabrak sama Lo, jangan mentang-mentang Lo cewek, Lo jadi gak mau salah!"

"Lah memang gue.."

"Nona? Nona baik-baik saja?" Luna berhenti berbicara dan menatap Pak Indra yang menatap Lelaki itu dengan tajam dan penuh maksud.

"Gakpapa Pak, Luna tadi nabrak pohon."

Luna bangkit dan berjalan ke arah gerbang beriringan dengan Pak Indra.

"Apakah saya perlu berbuat sesuatu untuk lelaki itu?" tanya Pak Indra pada Luna.

"Gak perlu pak, Luna juga jatuh sendiri tadi."

Luna sempat berbalik dan melihat lelaki yang ternyata masih melihatnya, Luna langsung menjulurkan Lidah sebelum akhirnya berbalik dan melanjutkan langkahnya.

"Dasar gila," desis lelaki itu tajam.

Terpopuler

Comments

pembaca dalam hati

pembaca dalam hati

anjaii SMK nya disitu mah ada tes IQ nya euyy

2020-11-28

0

noname

noname

loh😭

2020-10-27

1

Rara

Rara

gara2 nabrak... dpt jodohh..😂😂😂

2020-07-04

0

lihat semua
Episodes
1 Capture satu
2 Chapter Dua
3 Chapter Tiga
4 Chapter Empat
5 Capture Lima
6 Capture Enam
7 Capture Tujuh
8 Capture 8
9 Capture 9
10 Capture 10
11 Capture 11
12 Capture 12
13 Capture 13
14 Capture 14
15 Capture 15 (End)
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 chapter 75
76 chapter 76
77 chapter 77
78 chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Salam dari Author
101 Chapter 100
102 Chapter 101
103 Chapter 102
104 Chapter 103
105 Chapter 104
106 105
107 Chapt. 106
108 Chapt. 107
109 Chapt 108
110 Chapt 109
111 Chapt 110
112 Chapt 111
113 Chapt 112
114 chapt 113
115 Chapt. 114
116 Chapt 115
117 Chapt 116
118 Chapt 117
119 Chapt 118
120 Chapt 119
121 chapt 120
122 chapt 121
123 Chapt 122
124 Chapt 123
125 Chapt 124
126 chapter 125
127 Chapter 126
128 Chapter 127
129 Chapter 128
130 Chapter 129
131 Chapter 130
132 Chapter 131
133 Chapter 132
134 Chapter 133
135 Chapter 134
136 Chapter 135
137 Chapter 136
138 Chapter 137 - Spesial part Luna's PoV
139 Chapter 138 - Special Darrel's PoV
140 Chapter 139 - Special Radith's PoV
141 Chapter 140
142 Chapter 141
143 Chapter 142
144 Chapter 143
145 Chapter 144
146 Chapter 145
147 Chapter 146
148 Chapter 147
149 Chapter 148
150 Chapter 149
151 Chapter 150
152 Chapter 151
153 Chapter 152
154 Chapter 153
155 Chapter 154
156 Chapter 155
157 Chapter 156
158 Chapter 157
159 Chapter 158
160 Chapter 159
161 Chapter 160
162 Chapter 161
163 Chapter 162
164 Chapter 163
165 Chapter 164
166 Chapter 165
167 Chapter 166
168 Chapter 167
169 Annyeong
170 Chapter 168
171 Chapter 169
172 Chapter 170
173 Chapter 171
174 Chapter 172
175 Chapter 173
176 Chapter 174
177 Chapter 175
178 Chapter 176
179 Chapter 177
180 Chapter 178
181 Chapter 179
182 Chapter 180
183 Chapter 181
184 Chapter 182
185 Chapter 183
186 Chapter 184
187 Chapter 185
188 Chapter 186
189 Chapter 187
190 Chapter 188
191 Chapter 189
192 Chapter 190
193 Chapter 191
194 Chapter 192
195 Chapter 193
196 Chapter 194
197 Chapter 195
198 Just for Fun ( Visual Hopeless)
199 S2 - Bab 1
200 S2 - bab 2
201 S2 - Bab 3
202 S2 - Bab 4
203 S2 - Bab 5
204 S2 - Bab 6
205 S2 - Bab 7
206 S2 - bab 8
207 S2 - Bab 9
208 S2 - Bab 10
209 S2 - Bab 11
210 S2 - Bab 12
211 S2 - Bab 13
212 S2 - Bab 14
213 S2 - Bab 15
214 S2 - Bab 16
215 S2 - Bab 17
216 S2 - Bab 18
217 S2 - Bab 19
218 S2 - Bab 20
219 S2 - Bab 21
220 S2 - Bab 22
221 S2 - Bab 23
222 S2 - Bab 24
223 S2 - Bab 25
224 S2 - Bab 26
225 S2 - Bab 27
226 S2 - Bab 28
227 S2 - Bab 29
228 S2 - Bab 30
229 S2- Bab 31
230 S2 - Bab 32
231 S2 - Bab 33
232 S2 - Bab 34
233 S2 - Bab 35
234 S2 - Bab 36
235 S2. - Bab 37
236 S2 - Bab 38
237 S2 - Bab 39
238 S2 - Bab 40
239 S2 - Bab 41
240 S2 - Bab 42
241 S2 - Bab 43
242 S2 - Bab 44
243 S2 - Bab 45
244 S2 - Bab 46
245 S2 - Bab 47
246 S2 - Bab 48
247 S2 - Bab 49
248 S2 - Bab 50
249 S2 - Bab 51
250 S2 - Bab 52
251 S2 - Bab 53
252 S2 - Bab 54
253 S2 - Bab 55
254 S2 - Bab 56
255 S2 - Bab 57
256 S2 - Bab 58
257 S2 - Bab 59
258 S2 - Bab 60
259 S2 - Bab 61
260 S2 - Bab 62
261 S2 - Bab 63
262 S2 - Bab 64
263 S2 - Bab 65
264 S2 - Bab 66
265 S2 - Bab 67
266 S2 - Bab 68
267 S2 - Bab 69
268 S2 - Bab 70
269 S2 - Bab 71
270 S2 - Bab 72
271 S2 - Bab 73
272 S2 - Bab 74
273 S2 - Bab 75
274 S2- Bab 76
275 S2 - Bab 77
276 S2 - Bab 78
277 S2 - Bab 79
278 S2 - Bab 80
279 S2 - Bab 81
280 S2 - Bab 82
281 Kenapa Bukan Radith?
282 S2 - Bab 83
283 S2 - Bab 84
284 S2 - Bab 85
285 S2 - Bab 86
286 S2 - LAST
287 Teaser
288 Flashback Raluna
289 Novel Baru. Kehidupan Kedua
Episodes

Updated 289 Episodes

1
Capture satu
2
Chapter Dua
3
Chapter Tiga
4
Chapter Empat
5
Capture Lima
6
Capture Enam
7
Capture Tujuh
8
Capture 8
9
Capture 9
10
Capture 10
11
Capture 11
12
Capture 12
13
Capture 13
14
Capture 14
15
Capture 15 (End)
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
chapter 75
76
chapter 76
77
chapter 77
78
chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Salam dari Author
101
Chapter 100
102
Chapter 101
103
Chapter 102
104
Chapter 103
105
Chapter 104
106
105
107
Chapt. 106
108
Chapt. 107
109
Chapt 108
110
Chapt 109
111
Chapt 110
112
Chapt 111
113
Chapt 112
114
chapt 113
115
Chapt. 114
116
Chapt 115
117
Chapt 116
118
Chapt 117
119
Chapt 118
120
Chapt 119
121
chapt 120
122
chapt 121
123
Chapt 122
124
Chapt 123
125
Chapt 124
126
chapter 125
127
Chapter 126
128
Chapter 127
129
Chapter 128
130
Chapter 129
131
Chapter 130
132
Chapter 131
133
Chapter 132
134
Chapter 133
135
Chapter 134
136
Chapter 135
137
Chapter 136
138
Chapter 137 - Spesial part Luna's PoV
139
Chapter 138 - Special Darrel's PoV
140
Chapter 139 - Special Radith's PoV
141
Chapter 140
142
Chapter 141
143
Chapter 142
144
Chapter 143
145
Chapter 144
146
Chapter 145
147
Chapter 146
148
Chapter 147
149
Chapter 148
150
Chapter 149
151
Chapter 150
152
Chapter 151
153
Chapter 152
154
Chapter 153
155
Chapter 154
156
Chapter 155
157
Chapter 156
158
Chapter 157
159
Chapter 158
160
Chapter 159
161
Chapter 160
162
Chapter 161
163
Chapter 162
164
Chapter 163
165
Chapter 164
166
Chapter 165
167
Chapter 166
168
Chapter 167
169
Annyeong
170
Chapter 168
171
Chapter 169
172
Chapter 170
173
Chapter 171
174
Chapter 172
175
Chapter 173
176
Chapter 174
177
Chapter 175
178
Chapter 176
179
Chapter 177
180
Chapter 178
181
Chapter 179
182
Chapter 180
183
Chapter 181
184
Chapter 182
185
Chapter 183
186
Chapter 184
187
Chapter 185
188
Chapter 186
189
Chapter 187
190
Chapter 188
191
Chapter 189
192
Chapter 190
193
Chapter 191
194
Chapter 192
195
Chapter 193
196
Chapter 194
197
Chapter 195
198
Just for Fun ( Visual Hopeless)
199
S2 - Bab 1
200
S2 - bab 2
201
S2 - Bab 3
202
S2 - Bab 4
203
S2 - Bab 5
204
S2 - Bab 6
205
S2 - Bab 7
206
S2 - bab 8
207
S2 - Bab 9
208
S2 - Bab 10
209
S2 - Bab 11
210
S2 - Bab 12
211
S2 - Bab 13
212
S2 - Bab 14
213
S2 - Bab 15
214
S2 - Bab 16
215
S2 - Bab 17
216
S2 - Bab 18
217
S2 - Bab 19
218
S2 - Bab 20
219
S2 - Bab 21
220
S2 - Bab 22
221
S2 - Bab 23
222
S2 - Bab 24
223
S2 - Bab 25
224
S2 - Bab 26
225
S2 - Bab 27
226
S2 - Bab 28
227
S2 - Bab 29
228
S2 - Bab 30
229
S2- Bab 31
230
S2 - Bab 32
231
S2 - Bab 33
232
S2 - Bab 34
233
S2 - Bab 35
234
S2 - Bab 36
235
S2. - Bab 37
236
S2 - Bab 38
237
S2 - Bab 39
238
S2 - Bab 40
239
S2 - Bab 41
240
S2 - Bab 42
241
S2 - Bab 43
242
S2 - Bab 44
243
S2 - Bab 45
244
S2 - Bab 46
245
S2 - Bab 47
246
S2 - Bab 48
247
S2 - Bab 49
248
S2 - Bab 50
249
S2 - Bab 51
250
S2 - Bab 52
251
S2 - Bab 53
252
S2 - Bab 54
253
S2 - Bab 55
254
S2 - Bab 56
255
S2 - Bab 57
256
S2 - Bab 58
257
S2 - Bab 59
258
S2 - Bab 60
259
S2 - Bab 61
260
S2 - Bab 62
261
S2 - Bab 63
262
S2 - Bab 64
263
S2 - Bab 65
264
S2 - Bab 66
265
S2 - Bab 67
266
S2 - Bab 68
267
S2 - Bab 69
268
S2 - Bab 70
269
S2 - Bab 71
270
S2 - Bab 72
271
S2 - Bab 73
272
S2 - Bab 74
273
S2 - Bab 75
274
S2- Bab 76
275
S2 - Bab 77
276
S2 - Bab 78
277
S2 - Bab 79
278
S2 - Bab 80
279
S2 - Bab 81
280
S2 - Bab 82
281
Kenapa Bukan Radith?
282
S2 - Bab 83
283
S2 - Bab 84
284
S2 - Bab 85
285
S2 - Bab 86
286
S2 - LAST
287
Teaser
288
Flashback Raluna
289
Novel Baru. Kehidupan Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!