"Lunaaaaaaaaaaa rugi lo gak ikut kita-kita kali ini. Si Key digebet sama bule ganteng njir!" Luna hanya menghela nafas menatap ponsel yang menampilkan 3 sahabatnya yang sesuai perkataan mereka berlibur di Eropa, tanpa Luna.
"Gue pengen ikut, demi apa deh," keluh Luna dengan wajah murung. Meski sudah beberapa kali ke Eropa, tetap rasanya akan berbeda bila perginya bersama sahabatnya.
"Lo gak usah sedih, next time kita Quality time kesini lagi aja. Noh si Adel aja cuma bawa ransel, padahal kita seminggu disini."
"Elaah, gue mah gak rempong kayak lo! disini juga bisa beli baju. Gilak Lun! untung lo gak ikut. Baju disini mahal njer, kualitas sama kayak tanah abang." Adel terlihat mengadu dengan wajah melas bercampur kesalnya
"Bener banget! cuma dikasih tanda made in paris aja. Nih gue beli buat bukti, begini mah di tanah abang lima puluh ribu 3 yah, Lo mau tau disini berapa? satunya 10 Dollar njiirr," sambung Key yang tadi tampak sibuk bermain ponsel, mungkin sedang berbalas pesan dengan seseorang.
Tampak Key memainkan ponselnya lagi, kini sembari senyum-senyum, membuat Luna sekilas menatap geli Key. Key tidak pernah sebegitu senangnya bertukar pesan dengan seorang pria.
"Namanya juga Paris! awas Khilaf lo belanja disana, uang jajan sebulan ludes," ujar Luna memperingati sambil terkekeh.
"Kan masih ada Lo, kita bisa minta biaya hidup ke Lo kok," ujar Lucy tanpa dosa sembari tertawa keras diikuti oleh Adel. Sementara Key masih sibuk dengan dunia nya
"Elaaahh si Key kesambet setan Paris? senyum-senyum sendiri," semprot Luna cukup keras, membuat Key langsung gelagapan dan menaruh ponselnya
"Ah pasti lagi Chatting sama noh Bule yang hidungnya bisa buat nyungkil mangga tetangga," sahut Lucy sambil tertawa ringan.
"Lo ngomong apa sih Luc?" tampak sekali Key sedang membela diri, Key menunjukkan wajah kesal dengan bibir mengerucut seperti anak kecil
"Hahahaha Key kepiting rebus!" seru Luna sambil menunjuk layar ponselnya, membuat yang lain ikut tertawa sambil melihat wajah Key yang memerah.
Luna merasa mobil yang ditumpanginya sudah berhenti, dia melihat gerbang megah bertuliskan 'STM TARUNA' dan banyak orang berlalu-lalang masuk dan keluar dari gerbang itu.
"Gue udah sampai, ntar kabarin lagi ya," ujar Luna sambil melambaikan tangan sebelum mematikan sambungan Telepon.
"Pak, Pak Indra ada di mobil belakang kan?" tanya Luna pada supir Pribadinya. Sudah menjadi biasa saat Luna ada acara yang melibatkan orang tua, Pak Indra lah yang menjadi wali Luna.
Terkadang Luna berpikir, entah Luna ini anak siapa sebenarnya, Papanya tidak pernah ada waktu untuk urusan sekolah Luna. Luna tidak pernah tahu apapun yang Luna alami, Mr. Smith selalu memonitornya dari jauh, bahkan apapun masalah yang dihadapi Luna, Mr. Smith selalu tahu, meski beliau memilih diam dan membiarkan Luna menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Iya, non, Pak Indra sudah memakai pakaian yang diinstruksikan Non Luna," ujar Supir itu dengan sopan, yang dijawab anggukan oleh Luna.
Luna keluar dari mobilnya, melihat megahnya gerbang utama SMK Taruna, membayangkan betapa besar isinya bila gerbangnya semegah ini.
Pak Indra pun langsung keluar dari mobil yang di belakangnya, menggunakan pakaian yang sudah diinstruksikan Luna.
Pak Indra yang biasanya berpakaian serba hitam dan menyeramkan kini tampil lebih santai dengan kemeja batiknya.
Meski awalnya Luna sudah bersikeras untuk mendaftar sendiri, namun Jordan tetap memaksa Luna untuk ditemani Pak Indra.
Jordan sangat tahu Luna itu keras kepala, manja dan tidak bisa diandalkan untuk masalah seperti ini, Jordan tidak ingin Luna mendapat masalah lebih banyak bila melakukan kesalahan saat pendaftaran.
Pak Indra sendiri merupakan pengawal yang dipercaya Mr. Smith untuk menjaga Luna dari kecil hingga sekarang, kemanapun Luna pergi, pasti ada Pak Indra yang mengikuti. Namun untuk kenyamanannya, dia menetapkan jarak tertentu untuk dijaga karena tidak ingin jadi pusat perhatian dan Pak Indra mengiyakan saja.
Meski saat beberapa waktu, Pak Indra tidak akan mengikuti Luna, seperti saat Luna berada di kamar, di kamar mandi dan juga saat pergi bersama Jordan karena Jordan akan menggantikan tugas Pak Indra, mereka juga tidak akan mengikuti Luna jika Luna berkata tidak perlu untuk diikuti, bagaimanapun mereka harus menurut apa kata Luna.
Kini Luna berjalan menuju sebuah Spanduk besar bertuliskan 'Selamat Datang Calon Peserta Didik Baru'. Banyak anak lain berlalu lalang dengan orang tua masing-masing. Meski sudah biasa, Luna masih sering merasa sedikit sedih bila melihat hal seperti itu.
Luna merasa sekolah ini sangat megah, namun dia tidak ingin terlihat kampungan. Luna meminta pak Indra mendekat agar Luna tidak tersesat.
Pak Indra tampak tenang dan berjalan tegap, meski pak Indra mengenakan pakaian yang lebih santai dari biasanya, namun dia membawa sebuah pistol berpeluru penuh dan 1 buah belati untuk berjaga-jaga.
Wibawanya sebagai pengawal selama belasan tahun membuat banyak Tante-tante dan Ibu-ibu melihatnya dengan ngiler. Mungkin mereka berpikir Pak Indra adalah Single dad Idaman.
Luna hanya bisa meringis sambil melirik Ibu-ibu dan tante genit itu, memang Pak Indra terlihat seperti suami idaman, tetap saja mereka tidak pantas bersikap seperti itu, apa mereka tidak sadar umur?
"Bagian regestrasi ada di sebelah sana nona," ujar Pak Indra pelan, tidak ingin lebih menjadi pusat perhatian.
Setelah melihat arah yang ditunjuk oleh Pak Indra, Luna langsung mengangguk dan menuju arah yang ditunjuk oleh pak Indra.
Luna membaca prosedur yang harus dilalui dan meminta blangko form pendaftaran, Luna berjalan sambil melihat isi Form yang dia pegang, banyak hal yang tidak dia mengerti.
Luna berjalan mendekat kearah Pak Indra yang menunggunya di tempat yang diperintahkan Luna, tidak bergerak sedikitpun meski matanya tidak lepas mengawasi Luna.
"Lah beneran nunggu disini, astaga, pak Indra tuh jangan kaku-kaku, serem kayak robot pak, padahal ada kursi, kenapa berdiri?" tanya Luna gemas dengan dengan Pak Indra yang sangat jarang tersenyum, persis seperti robot.
"Nona meminta saya menunggu disini, bukan untuk duduk dan bersantai," jawab lelaki itu tegas dengan Ekspresi terkejut.
Luna langsung menganga tidak percaya dengan sikap Pak Indra yang menurutnya sangat unik dan aneh.
"Pak Indra duduk pun juga saya gak bakal celaka pak, ini kan sekolah. Gak mungkin ada kriminal," ujar Luna jengah sambil mencari kursi kosong untuk duduk.
"Saya masih bertugas, saya tidak boleh bersantai apalagi lengah menjaga Nona," ujar Lelaki itu cepat dan tanpa berpikir, tanpa senyum dan tentu tanpa ekspresi.
Luna menyerah, terserah pak Indra.
Luna mulai mengisi Form yang dia pegang, berisi data diri yang diperlukan dan melampirkan berkas sudah dibawakan oleh pak Indra.
Beberapa form yang dia tidak mengerti langsung diinstruksikan oleh Pak Indra dengan jawaban yang sesuai.
Saat form yang bertuliskan Jurusan yang diminati, Luna terdiam dan tampak berpikir, Luna tidak berminat sama sekali untuk bersekolah disini, bahkan Luna tidak tahu tentang sekolah ini sebelumnya.
"Saya ambil jurusan apa ya pak?" tanya Luna pada pak Indra
"Sesuai bidang yang nona minati," saran dari Pak Indra yang masih menatap Luna, Luna sendiri menyesal telah bertanya.
Luna tidak minat jurusan apapun. Luna membolak-balik brosur berisi pengenalan jurusan yang ada di Sekolah itu.
"Teknik gambar bangunan." Luna mulai membaca Jurusan yang ada disana
"Gue gambar 2 gunung di tengah sawah, mataharinya aja masih cacat," gerutunya pada Brosur yang dia pegang
"Teknik Komputer dan Jaringan."
"Siapanya Jaring laba-laba?" ketus Luna yang sama sekali tidak berminat mengotak-atik komputer
"Teknik Kendaraan Ringan."
"Gue mah tahunya Poles wajah pake Make up bukan poles rantai pake Oli, aiihh Jurusannya susah semua," Omel Luna yang hanya dipandangi oleh pak Indra
"Teknik Elektronika Industri."
"Ini aja kalik ya? gambarnya paling masuk buat gue, nih anak juga cuma mainan air," celetuk Luna saat melihat gambar beberapa anak memegang nampan berisi benda cair.
Baiklah, Luna memilih untuk mengisi Form dengan tulisan 'TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI'
Pak Indra tersenyum tipis melihat kelakuan Luna, Luna bahkan tidak tahu jurusan yang dia ambil akan seperti apa. Tapi biarlah, bukan kapasitasnya untuk berkomentar.
"Mari nona, Nona harus menyerahkan Form sekaligus melihat agenda," ujar Pak Indra yang mendapati Luna terdiam untuk cukup lama
"Nah gitu dong, ngomong walau gak diajak omong duluan, peka nya telat," ujar Luna berjalan maju, membuat pak Indra tersenyum tipis lagi untuk sepersekian detik.
"Nona," panggil pak Indra saat Luna sudah beberapa langkah menjauh
"Kenapa?" tanya Luna terlihat sangat bingung
"Saya menjaga Nona dari sini atau menemani?" tanya Pak Indra dengan wajah bingungnya. Luna menghela nafas, baiklah bapak ini memang seperti robot
"Ikut," ujar Luna malas memperpanjang perdebatan.
Luna membaca agenda yang terpajang di mading besar itu dengan mulut yang terbuka lebar
Oke, inilah yang Luna baca
Agenda Kegiatan Calon peserta didik
STM TARUNA
1. Tes Kesehatan 19-20 Juni 2018
2. Tes Kebugaran 21-23 Juni 2018
3. Tes Kejiwaan 24 Juni 2018
4. Tes IQ 25 Juni 2018
5. Tes Teori 30 Juni 2018
6. Ujian pembagian Kelas 4 Juli 2018
7. Pembayaran Administrasi 6 Juli 2018
8. Hari Pertama MPLS (Bagi siswa yang dinyatakan diterima) 7 Juli 2018
Penuh dengan Ujian bung, seperti hidup ini. Baiklah, Pray for Luna
Luna memotret agenda itu di Ponselnya lalu beranjak dari sana. Luna memilih beranjak dari banyak orang yang menyesakkan itu
Luna menghela nafas dan berjalan menuju Pak Indra yang - lagi-lagi - berdiri di tempat yang diperintahkan Luna.
"Pak Indra udah pegang kunci mobilnya kan?" tanya Luna yang merasakan lemas diseluruh badannya
"Iya nona, nona mau pulang sekarang?" tanya Pak Indra dengan sopan, Luna hanya mengangguk saking lemasnya.
Luna bahkan terduduk di lantai itu, membuat pak Indra reflek memelototkan mata dan menghampiri Luna
"Nona, Nona baik-baik saja?" tanya pak Indra panik saat Luna memilih Ndelosor dilantai, sangat berbeda dengan Luna yang jijik duduk ditempat kotor.
"Nona?" panggil Pak Indra saat Luna tidak menyahut
"Capek pak didesak-desak, pengap disana." Kini Luna mengadu sambil menunjuk kearah kerumunan sambil mengerucutkan bibirnya
Pak Indra menghela nafas lega, ada yang lebih menyesakkan bagi Luna dibanding duduk lantai yang kotor.
Suasana rusuh dan pengap.
"Nona silakan duduk di kursi yang sudah disediakan. Jangan duduk di lantai," ujar Pak Indra membantu Luna berdiri dan mendudukkan Luna di kursi yang terletak persis disebelahnya.
"Saya ijin mengambil mobil dahulu, nona tunggu saja, bila mobil sudah berada di gerbang, saya akan menghubungi nona."
"Mobil dibawa kesini pak?"
"Maaf Nona, tapi Nona harus berjalan sampai gerbang utama." Jawaban Pak Indra membuat Luna menghela nafasnya. Jarak Gerbang utama dengan tempatnya duduk cukup jauh.
"Saya permisi," ujar pak Indra saat merasa Luna tidak akan berbicara lagi.
Luna diam sambil mengatur nafasnya, sungguh banyak sekali orang yang ingin mendaftar padahal kapasitas yang ditampung hanya sekitar 560 anak.
Bagaimana nasibnya jika dia termasuk di anak yang kurang beruntung? Semua fasilitasnya akan dicabut, dan Luna tidak akan siap.
Ponsel Luna bergetar dan terdapat nama pak Indra disana
"Udah pak?"
"..."
"Oke pak, saya jalan kesana."
Luna berdiri dengan malas dan berjalan menuju gerbang utama, Luna berjalan pelan sambil memainkan ponselnya untuk membalas pesan yang dikirim di Grub yang berisi dirinya, Key, Lucy dan Adel.
Baiklah, mereka bahagia disana dan Luna tersiksa disini. Teman yang sangat baik bukan?
~Brukkk
Luna menghela nafas sambil menunduk setelah menabrak sesuatu. Bahkan untuk memekik dia sudah tidak sanggup, badannya sangat lelah, dia tidak pernah memforsir dirinya seperti ini.
Sebuah tangan terulur untuk membantu Luna berdiri. Luna hanya memandang tangan serta pemiliknya
"Lo emang Hobi nabrak? Orang ditabrak, tiang ditabrak, sekarang pohon ditabrak."
Luna mengamati lelaki itu dan Luna tersentak karena kaget saat mengingat wajah yang tangannya masih terulur.
"Lo kan? Lo?" ujar Luna tergugup
"Iya, cowok yang lo tabrak dan bajunya Lo kenain Es Krim coklat," ujar lelaki itu tajam dan terdengar tak suka
"Lo?" tanya Luna masih terkejut. Cobaan apalagi ini? Ujian apalagi? Dia harus bertemu orang ini lagi di tempat ini, di sekolah ini yang artinya kemungkinan dia akan satu sekolah dengannya untuk beberapa tahun kedepan.
"Iya Gue!" ujar lelaki itu gemas, wajah cengo Luna membuatnya cukup gemas, meski dia tetap menunjukkan wajah cool dan biasa saja.
"LO BURUAN GANTI ES KRIM COKLAT GUE!" Teriak Luna sambil menunjuk wajah lelaki itu, membuat beberapa orang menengok dan melihat apa yang mereka lakukan.
"LAH?!" Lelaki itu nampak terkejut dan tidak percaya dengan yang dikatakan Luna.
"Gue yang dirugikan disini, Lo yang nabrak gue dan gue yang harus ngegantiin es krim Lo? Yang bener aja!" sewot lelaki itu dengan galak, niat untuk membantu gadis itu berdiri pun sirna, lelaki itu langsung menarik tangannya dan berdiri dengan wajah dinginnya.
"Tapi kan es krim gue jatuh karna Gue nabrak Lo! Lagian Lo tahu gue lagi lari bukannya minggir malah ngehalangin," sahut Luna tidak mau kalah.
"Lo gila atau stress sih?" heran lelaki itu sambil menatap Luna dengan sinis.
"Es krim gue itu mahal, dan gue baru makan sedikit, Lo coba bayangin dong!" seru Luna sambil menunjukkan wajah sedih, Eskrim berlogo BR yang Luna beli kala itu memang berakhir naas di baju lelaki itu.
"Baju gue lebih mahal dari Es krim Lo kalik, harusnya gue yang minta ganti rugi."
"Ya gak bisa gitu dong! Kan sama sama Rugi!"
"Ya mana Bisa! gak usah Playing Victim! gue yang ditabrak sama Lo, jangan mentang-mentang Lo cewek, Lo jadi gak mau salah!"
"Lah memang gue.."
"Nona? Nona baik-baik saja?" Luna berhenti berbicara dan menatap Pak Indra yang menatap Lelaki itu dengan tajam dan penuh maksud.
"Gakpapa Pak, Luna tadi nabrak pohon."
Luna bangkit dan berjalan ke arah gerbang beriringan dengan Pak Indra.
"Apakah saya perlu berbuat sesuatu untuk lelaki itu?" tanya Pak Indra pada Luna.
"Gak perlu pak, Luna juga jatuh sendiri tadi."
Luna sempat berbalik dan melihat lelaki yang ternyata masih melihatnya, Luna langsung menjulurkan Lidah sebelum akhirnya berbalik dan melanjutkan langkahnya.
"Dasar gila," desis lelaki itu tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
pembaca dalam hati
anjaii SMK nya disitu mah ada tes IQ nya euyy
2020-11-28
0
noname
loh😭
2020-10-27
1
Rara
gara2 nabrak... dpt jodohh..😂😂😂
2020-07-04
0