What'S Friend Are For

What'S Friend Are For

Gadis itu, Valerie

November 2016,

Arc berjalan mengendap menuju ke belakang ruang musik. Ia harus bergegas sampai di tempat persembunyiannya yang biasa, sebelum Pak Aro memergokinya.

Celana abu-abunya sedikit tergores kawat penghalang yang sengaja dipasang oleh guru BK dan keamanan sekolah. Kawat berduri itu sengaja di pasang untuk mengantisipasi ada siswa yang nekat bersembunyi di belakang ruang-ruang kelas. Biasanya mereka akan melakukan tindakan pelanggaran seperti merokok atau diam-diam bermain taruhan kartu.

Arc hampir sampai di tempat persembunyian favoritnya dan dengan bersemangat ia mengeluarkan sebatang rokok dari balik kaus kakinya.

Arc menyalakan rokok itu dengan kriket bensin yang ia sembunyikan di dalam celana boxer-nya. Tapi baru saja ia menghirup rokok itu sekali kepulan, langkah kakinya mendadak berhenti.

Seorang gadis berambut panjang dan sedikit ikal sedang duduk di kursi singgasananya dengan posisi membelakangi Arc.

Gadis itu tampak asyik memperhatikan sesuatu di tangannya. Udah pasti itu ponsel kan? Berani juga dia membawa ponsel ke sekolah dan berhasil menyembunyikannya dari guru BK!

"Hey! Siapa lo?!" seru Arc sambil menyelidiki gadis itu dengan berjalan mendekat ke arahnya. Arc sempat melihat sebuah video vulgar di layar ponsel gadis itu. Gilak! Bisa-bisanya dia nonton video p*rno di tempat kayak gini?! Sang* banget apa gimana sih?

Gadis itu tampak terkejut mendengar suara yang datang dari arah belakangnya. Ia buru-buru mematikan layar ponselnya dan menyeka wajahnya sebelum berbalik badan menghadap ke arah Arc.

Arc dan gadis itu sekarang saling bertatapan. Arc yakin kalau gadis itu sedang menangis. Matanya tampak basah dan memerah.

Orang gila mana yang menonton video p*rno sambil menangis?

Tapi Arc sempat takjub ketika melihat ternyata gadis itu memiliki wajah yang sangat cantik. Kulitnya putih bersih dan bibirnya yang bulat tampak pink merona.

Meskipun matanya sembab, Arc bisa melihat sorot mata gadis itu sangat indah dengan iris berwarna hijau. Sangat cantik!

"Siapa lo?" tanya Arc sekali lagi.

Gadis itu menatap Arc lebih lama, sebelum akhirnya bibir bulat berwarna pink itu tampak menyungging senyum.

"Gue Val.. Valerie.." ujar gadis itu dengan suara yang ga kalah cantiknya dengan wajah yang dimilikinya.

Val melirik ke arah tangan kanan Arc yang saat ini sedang disembunyikan di belakang tubuhnya. Kepulan asap tampak menyeruak di belakang tubuh Arc. Kepulan asap dari rokok yang baru saja dinyalakannya.

"Kita sama-sama lagi sembunyi.. Please, keep silent! Gue juga bisa ngelaporin lo!" lanjut Val lagi.

Arc mengangguk. Ia memindahkan rokoknya ke tangan kiri dan menyodorkan tangan kanannya ke arah Val. "Deal!" balas Arc mengajak Val bersalaman.

Val meraih tangan Arc dan tersenyum. "Gue boleh tau nama lo?"

Arc tersenyum, yang sebenarnya membuat jantung Val sedikit berdegup. "Gue Arc.."

Arc mendekat ke arah tumpukan kursi butut yang ia jadikan singgasananya selama ini kalau ingin merokok.

"Lo kelas mana?" tanya Arc sambil mengepulkan kembali asap rokok dari mulutnya.

"Dua belas A.." jawab Val sambil menghampiri Arc dan duduk tepat di sampingnya. "Lo kelas mana?"

"Gue dua belas F.." Arc bergeser dan duduk membelakangi Val. "Sorry, gue ngerokok.." tukas Arc sambil mengacungkan tangannya.

Val tersenyum. "It's OK! Gue juga ngerokok!" jawabnya sebelum tiba-tiba membuka kancing baju kemejanya.

Arc membelalakkan matanya ketika melihat Val dengan cueknya membuka dua kancing bagian atas kemejanya. Rasa penasaran membuat Arc enggan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kapan lagi dia bisa melihat pemandangan seindah ini secara live?

Arc bisa dengan jelas melihat bra berwarna hitam yang dikenakan oleh Val. Bagian gundukan dada Val yang tampak lembut dan kenyal dengan kulitnya yang putih bersih menyembul dari pinggiran bra hitamnya.

Arc menelan ludah berkali-kali. Pemandangan di depannya sangat sexy! Seandainya Val membuka lebih lebar lagi bagian atas kemejanya, mungkin gundukan sexy itu bisa lebih jelas dilihatnya.

"Heh! Liat apa sampe nga*eng gitu!" tanya Val sambil tertawa mengikik dan menunjuk bagian celana Arc yang tiba-tiba menyembul.

Arc gelagapan dan mengusap wajahnya. "Lo mau ngapain?" tanya Arc bingung dan langsung berdiri untuk membenarkan posisi dari bagian yang menyembul agar tetap aman ditempatnya.

Val tertawa. Wajahnya kali ini tampak ceria dan tidak lagi tampak sedih seperti ketika Arc melihatnya pertama kali tadi.

"Gue cuma mau ambil ini!" seru Val sambil mengacungkan sebungkus plastik kecil transparan berisi sebatang rokok.

Rupanya Val menyembunyikan rokok itu di dalam salah satu cup bra-nya.

"Wuah...!" seru Arc terkejut. Dia ga menyangka gadis secantik Val berani nekat untuk ngerokok di sekolah. Padahal sepertinya wajah Val terlihat imut dan menggemaskan.

"Minta api.." seru Val sambil menaruh rokok itu di bibir bulatnya.

Arc mengambil kriket dari saku kemejanya dan menyodorkan ke bibir Val setelah menyalakan apinya. Val menghisap rokoknya kuat-kuat dan mengepulkan asapnya ke udara.

"Hmm, boleh juga nih cewek! Sayang bukan tipe gue," batin Arc dalam hati. Meskipun Arc bukan cowok yang alim, tapi dia ga mau sembarangan dalam memilih pacar. Arc suka cewek yang kalem dan lembut. Bukan yang urakan kayak Val gini!

"Lo tadi lagi nonton bok*p, ya?" tanya Arc penasaran. Mereka berdua kini sedang menikmati rokok masing-masing di tangannya sambil mulai mengobrol ngalor ngidul.

"Oh... Itu video nyokap gue!" jawaban Val yang santuy membuat Arc menoleh ke arahnya dengan tanpa bisa menyembunyikan ekspresi kaget.

"Ngaco lo!" sambar Arc sambil geleng-geleng kepala.

"Serius!" tukas Val sambil menghirup dalam rokoknya dan mengepulkan asapnya ke udara. "Nyokap gue emang kerjaannya gitu! Wanita panggilan.."

Arc kali ini cuma bisa bengong. Menatap ke arah Val dengan pikiran yang campur aduk. Antara percaya ga percaya dengan ucapannya, tapi juga sekaligus ngerasa salut karena Val terlihat sangat tegar kalau emang ceritanya itu benar.

"Gue aja ga tau siapa bokap asli gue.." lanjut Val. Matanya tampak memandang jauh ke atas langit.

Arc masih belum tau harus bagaimana menanggapi cerita Val itu. Jadi dia cuma bisa diam, membiarkan gadis itu terus berceloteh.

"Setiap berapa hari sekali, nyokap gue bawa pulang laki-laki yang berbeda, kadang tua bangka tapi kadang ada beberapa juga yang perlente ganteng kayak artis.. Kadang juga ga pulang berhari-hari. Gue suka kesepian!"

Val menunduk, ekspresi wajahnya tampak kembali muram.

"Makanya gue iseng, suka naro kamera tersembunyi di kamar nyokap gue.. Nanti videonya gue edit, gue samarin mukanya.. Terus gue jual!" Kali ini Val tertawa. Tapi suara tawanya terdengar menyedihkan bagi Arc.

Arc yakin, kondisi hati dan mental Val mungkin terluka. Ia pasti sangat kesepian dan jengah dengan keadaan di dalam rumahnya sampe nekat berbuat kayak gitu.

"Lo mau beli?" Val menoleh ke arah Arc sambil tersenyum iseng.

Arc lagi-lagi gelagapan. "Gila, ga lah.. Buat apaan!" jawab Arc cepat. Padahal di dalam hatinya juga ada rasa penasaran.

Arc ga bisa munafik kalo dia juga suka diam-diam menonton video-video macam itu kalo lagi sendirian di kamar.

Ya mau gimana lagi, dia ga mungkin dan ga berani ngajak Regi, cewek yang udah dipacarinnya selama empat bulan ini, untuk melakukan hubungan s*ks beneran.

Satu-satunya cara pelepasan yang aman yaaa dengan dipancing sama nonton b*kep kan?

"Kalo lo mau, gue punya banyak.. Macem-macem variasi gaya ada!" bisik Val tepat di telinga Arc. Bahkan Arc bisa merasakan bibir Val yang mengenai daun telinganya.

Jantung Arc berdesir merasakan angin lembut yang menggelitik telinganya. Apalagi jarak tubuh Val yang sangat dekat dengan dirinya membuat Arc bisa dengan jelas mencium arom wangi yang khas dari gadis itu.

"Dih! Ada-ada aja lo.." Arc bergeser menjauh dari Val. Ia ga mau kepergok sama Val kayak tadi karena senjata rudalnya mulai bereaksi lagi.

Val tertawa. "Gue duluan deh! Sebentar lagi pelajaran Kimia!"

Arc mengangguk. Ia ga paham soal Kimia, karena Arc bukan ngambil jurusan Sains jadi dia ga dapet pelajaran lanjutan dari bidang Sains kayak Kimia, Fisika, atau Biologi.

"Oiya! Thanks ya tempatnya.. gue ga tau kalo tempat ini ada pelanggannya! Cocok banget buat nyari ketenangan.. Biasanya gue ngerokok di belakang toilet, sumpah bau banget sepiteng!" ujar Val sambil menepuk bahu Arc.

Arc mengangguk. "Lo boleh ke sini kapan aja.. Tapi jangan kasih tau yang laen!"

Val mengangguk senang. "Thanks! Besok gue ke sini lagi ah.."

Arc tersenyum sambil mengepulkan asap terakhir dari mulutnya. Ia juga berencana akan segera balik ke kelas lagi.

Arc membiarkan Val berjalan duluan menyusuri semak dan tumpukan kursi rusak yang ga kepake.

Begitu sampai di pagar kawat berduri, Arc berinisiatif untuk membantu Val menaiki tumpukan batu sebagai pijakan.

Val memiliki tubuh yang bisa dibilang ga terlalu kurus ataupun gemuk. Meski porsi tubuhnya tampak langsing tapi dilihat dari luar pun, bagian dada Val terlihat berisi dan sedikit oversize.

Apalagi Arc sempat mengintip sela-sela bagian dada Val tadi. Bahkan belahan dada Val yang sexy masih jelas terekam di pikiran Arc.

Arc pikir Val akan kesulitan untuk memanjat pagar kawat itu, jadi ia mencoba mengulurkan tangannya untuk membantu Val.

Tapi rupanya Val lebih gesit daripada yang Arc pikirkan. Dengan cekatan Val memanjat batu pijakan pertama dan melompat ke batu pijakan berikutnya.

Tangannya memeluk batang pohon ceri dan kakinya yang jenjang melangkah melewati pagar kawat berduri itu.

Arc yang posisinya masih berdiri di bawah, lagi-lagi menelan ludah. Pertama karena takjub dengan kelincahan Val. Dan yang kedua ia bisa melihat dengan jelas bagian dalam rok seragam Val yang sedang mengangkang melewati pagar kawat berduri itu.

Arc menatap lekat-lekat celana dalam berwarna hitam yang tampak kontras dengan kulit paha Val yang putih bersih. Lagi-lagi Arc menelan ludah dan menahan napas.

"Aaarghhh.."

Arc tersadar dari lamunan joroknya dan langsung bergegas menghampiri Val yang sudah sampai di seberang pagar kawat.

Dengan terburu-buru Arc melompati batu dan pagar kawat untuk menghampiri Val yang sepertinya terluka.

"Kenapa?" tanya Arc cemas.

"Duuhh...paha gue kena kawat!" Val meringis dan dengan posisi duduk mengangkang mencoba melihat luka goresan di pahanya.

"Astaga, lo kan!" Arc memekik salah tingkah. Antara ingin menolong Val tapi juga ga sanggup melihat paha bagian dalam Val yang kini terlihat sangat jelas di depannya.

"Perih.." sahut Val membuat Arc semakin bingung. Goresan panjang dan lumayan dalam di paha kiri Val meneteskan darah segar.

Arc panik. Kalau mereka ga cepat-cepat pergi dari sini, bisa-bisa mereka kepergok guru patroli.

Tanpa pikir panjang, Arc membasahi telunjuknya dengan air liurnya dan menempelkannya di bagian luka goresan itu. Tapi darah baru masih tetap keluar.

"Hu hu hu.. perihhhh..!" bisik Val meringis sambil mengibaskan tangannya ke bagian pahanya yang tergores.

Arc menatap Val dan mulai berpikir. Ga mungkin dia bawa Val ke UKS dengan kondisi kayak gini, bisa-bisa nanti mereka diinterogasi macam-macam!

Tapi ga mungkin juga Arc meninggalkan Val sendirian di sini.

Dan tiba-tiba ide itu melesat di pikiran Arc. Dengan jantung berdegup Arc menatap Val lekat-lekat.

"Buka paha lo.." perintah Arc bikin Val cuma bisa menatapnya bingung.

"Sorry... Gue ga maksud macem-macem! Jangan teriak.. Dan jangan marah... Gue cuma mau nolongin lo!"

Val mengangguk pasrah dan mencoba percaya dengan perkataan Arc. Ia membuka pahanya semakin lebar dan tiba-tiba Arc menundukkan kepalanya dan mendekat ke arah paha kiri Val.

Arc menghisap darah yang keluar dari goresan di paha kiri Val dengan mulutnya. Ia berharap pendarahan di paha Val bisa terhenti dengan cara itu.

"Aaarrgghh, Arc.." Val mendesah sambil tangannya yang satu menjambak rambut Arc, dan tangan satunya lagi meremas bahu Arc. Sensasi perih dan geli menyatu jadi satu.

Arc kelepasan. Niatnya untuk menolong Val malah berubah jadi nafsu ketika hidungnya mencium aroma wangi di kulit Val. Melalui mulut dan ujung hidungnya, Arc juga bisa merasakan betapa mulusnya kulit paha Val.

Arc semakin lupa diri dan hilang kendali ketika mendengar desahan Val yang lirih. Ia justru semakin memperkuat hisapan mulutnya di paha Val.

"Aaarrrghhhh.. Gue ga tahan... Stop Arc..!"

Tangan lembut Val mengangkat wajah Arc agar cowok itu menghentikan aksinya. Jujur, Val juga tiba-tiba merasakan sensasi gairah yang ga biasa. Ini pertama kali ada seorang cowok yang berani menyentuhnya seperti itu.

Selama berpacaran, Val dan Argo hanya sebatas berciuman dan itu pun sangat jarang sekali mereka lakukan.

Arc mengangkat kepalanya dan mengelap mulutnya yang basah dengan punggung tangannya. Ia memberanikan diri menatap Val.

"Sorry, gue....... Kelepasan.." ujar Arc gugup.

Val tersipu. "Thanks, kayaknya darahnya udah berhenti.." balas Val mengalihkan pembicaraan.

"Gue duluan!" ujar Val lagi sambil berdiri dan merapikan rok seragamnya yang terangkat sampai memperlihatkan celana dalam hitamnya.

Arc menggaruk kepala bagian belakangnya. Merasa malu sekaligus canggung karena sudah berbuat terlalu jauh dengan Val, cewek yang baru aja dikenalnya.

"Sampe ketemu besok.." ujar Val sambil buru-buru berlalu dari hadapan Arc.

Arc mengangguk. Dengan perasaan yang masih ga karuan, ia membenarkan letak senjata rudalnya yang kembali bereaksi. Arc menghela napas. Sensasi ini terasa begitu luar biasa, sampai-sampai ia harus melampiaskannya dulu di toilet sekolah sebelum kembali ke kelasnya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!