NovelToon NovelToon

What'S Friend Are For

Gadis itu, Valerie

November 2016,

Arc berjalan mengendap menuju ke belakang ruang musik. Ia harus bergegas sampai di tempat persembunyiannya yang biasa, sebelum Pak Aro memergokinya.

Celana abu-abunya sedikit tergores kawat penghalang yang sengaja dipasang oleh guru BK dan keamanan sekolah. Kawat berduri itu sengaja di pasang untuk mengantisipasi ada siswa yang nekat bersembunyi di belakang ruang-ruang kelas. Biasanya mereka akan melakukan tindakan pelanggaran seperti merokok atau diam-diam bermain taruhan kartu.

Arc hampir sampai di tempat persembunyian favoritnya dan dengan bersemangat ia mengeluarkan sebatang rokok dari balik kaus kakinya.

Arc menyalakan rokok itu dengan kriket bensin yang ia sembunyikan di dalam celana boxer-nya. Tapi baru saja ia menghirup rokok itu sekali kepulan, langkah kakinya mendadak berhenti.

Seorang gadis berambut panjang dan sedikit ikal sedang duduk di kursi singgasananya dengan posisi membelakangi Arc.

Gadis itu tampak asyik memperhatikan sesuatu di tangannya. Udah pasti itu ponsel kan? Berani juga dia membawa ponsel ke sekolah dan berhasil menyembunyikannya dari guru BK!

"Hey! Siapa lo?!" seru Arc sambil menyelidiki gadis itu dengan berjalan mendekat ke arahnya. Arc sempat melihat sebuah video vulgar di layar ponsel gadis itu. Gilak! Bisa-bisanya dia nonton video p*rno di tempat kayak gini?! Sang* banget apa gimana sih?

Gadis itu tampak terkejut mendengar suara yang datang dari arah belakangnya. Ia buru-buru mematikan layar ponselnya dan menyeka wajahnya sebelum berbalik badan menghadap ke arah Arc.

Arc dan gadis itu sekarang saling bertatapan. Arc yakin kalau gadis itu sedang menangis. Matanya tampak basah dan memerah.

Orang gila mana yang menonton video p*rno sambil menangis?

Tapi Arc sempat takjub ketika melihat ternyata gadis itu memiliki wajah yang sangat cantik. Kulitnya putih bersih dan bibirnya yang bulat tampak pink merona.

Meskipun matanya sembab, Arc bisa melihat sorot mata gadis itu sangat indah dengan iris berwarna hijau. Sangat cantik!

"Siapa lo?" tanya Arc sekali lagi.

Gadis itu menatap Arc lebih lama, sebelum akhirnya bibir bulat berwarna pink itu tampak menyungging senyum.

"Gue Val.. Valerie.." ujar gadis itu dengan suara yang ga kalah cantiknya dengan wajah yang dimilikinya.

Val melirik ke arah tangan kanan Arc yang saat ini sedang disembunyikan di belakang tubuhnya. Kepulan asap tampak menyeruak di belakang tubuh Arc. Kepulan asap dari rokok yang baru saja dinyalakannya.

"Kita sama-sama lagi sembunyi.. Please, keep silent! Gue juga bisa ngelaporin lo!" lanjut Val lagi.

Arc mengangguk. Ia memindahkan rokoknya ke tangan kiri dan menyodorkan tangan kanannya ke arah Val. "Deal!" balas Arc mengajak Val bersalaman.

Val meraih tangan Arc dan tersenyum. "Gue boleh tau nama lo?"

Arc tersenyum, yang sebenarnya membuat jantung Val sedikit berdegup. "Gue Arc.."

Arc mendekat ke arah tumpukan kursi butut yang ia jadikan singgasananya selama ini kalau ingin merokok.

"Lo kelas mana?" tanya Arc sambil mengepulkan kembali asap rokok dari mulutnya.

"Dua belas A.." jawab Val sambil menghampiri Arc dan duduk tepat di sampingnya. "Lo kelas mana?"

"Gue dua belas F.." Arc bergeser dan duduk membelakangi Val. "Sorry, gue ngerokok.." tukas Arc sambil mengacungkan tangannya.

Val tersenyum. "It's OK! Gue juga ngerokok!" jawabnya sebelum tiba-tiba membuka kancing baju kemejanya.

Arc membelalakkan matanya ketika melihat Val dengan cueknya membuka dua kancing bagian atas kemejanya. Rasa penasaran membuat Arc enggan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kapan lagi dia bisa melihat pemandangan seindah ini secara live?

Arc bisa dengan jelas melihat bra berwarna hitam yang dikenakan oleh Val. Bagian gundukan dada Val yang tampak lembut dan kenyal dengan kulitnya yang putih bersih menyembul dari pinggiran bra hitamnya.

Arc menelan ludah berkali-kali. Pemandangan di depannya sangat sexy! Seandainya Val membuka lebih lebar lagi bagian atas kemejanya, mungkin gundukan sexy itu bisa lebih jelas dilihatnya.

"Heh! Liat apa sampe nga*eng gitu!" tanya Val sambil tertawa mengikik dan menunjuk bagian celana Arc yang tiba-tiba menyembul.

Arc gelagapan dan mengusap wajahnya. "Lo mau ngapain?" tanya Arc bingung dan langsung berdiri untuk membenarkan posisi dari bagian yang menyembul agar tetap aman ditempatnya.

Val tertawa. Wajahnya kali ini tampak ceria dan tidak lagi tampak sedih seperti ketika Arc melihatnya pertama kali tadi.

"Gue cuma mau ambil ini!" seru Val sambil mengacungkan sebungkus plastik kecil transparan berisi sebatang rokok.

Rupanya Val menyembunyikan rokok itu di dalam salah satu cup bra-nya.

"Wuah...!" seru Arc terkejut. Dia ga menyangka gadis secantik Val berani nekat untuk ngerokok di sekolah. Padahal sepertinya wajah Val terlihat imut dan menggemaskan.

"Minta api.." seru Val sambil menaruh rokok itu di bibir bulatnya.

Arc mengambil kriket dari saku kemejanya dan menyodorkan ke bibir Val setelah menyalakan apinya. Val menghisap rokoknya kuat-kuat dan mengepulkan asapnya ke udara.

"Hmm, boleh juga nih cewek! Sayang bukan tipe gue," batin Arc dalam hati. Meskipun Arc bukan cowok yang alim, tapi dia ga mau sembarangan dalam memilih pacar. Arc suka cewek yang kalem dan lembut. Bukan yang urakan kayak Val gini!

"Lo tadi lagi nonton bok*p, ya?" tanya Arc penasaran. Mereka berdua kini sedang menikmati rokok masing-masing di tangannya sambil mulai mengobrol ngalor ngidul.

"Oh... Itu video nyokap gue!" jawaban Val yang santuy membuat Arc menoleh ke arahnya dengan tanpa bisa menyembunyikan ekspresi kaget.

"Ngaco lo!" sambar Arc sambil geleng-geleng kepala.

"Serius!" tukas Val sambil menghirup dalam rokoknya dan mengepulkan asapnya ke udara. "Nyokap gue emang kerjaannya gitu! Wanita panggilan.."

Arc kali ini cuma bisa bengong. Menatap ke arah Val dengan pikiran yang campur aduk. Antara percaya ga percaya dengan ucapannya, tapi juga sekaligus ngerasa salut karena Val terlihat sangat tegar kalau emang ceritanya itu benar.

"Gue aja ga tau siapa bokap asli gue.." lanjut Val. Matanya tampak memandang jauh ke atas langit.

Arc masih belum tau harus bagaimana menanggapi cerita Val itu. Jadi dia cuma bisa diam, membiarkan gadis itu terus berceloteh.

"Setiap berapa hari sekali, nyokap gue bawa pulang laki-laki yang berbeda, kadang tua bangka tapi kadang ada beberapa juga yang perlente ganteng kayak artis.. Kadang juga ga pulang berhari-hari. Gue suka kesepian!"

Val menunduk, ekspresi wajahnya tampak kembali muram.

"Makanya gue iseng, suka naro kamera tersembunyi di kamar nyokap gue.. Nanti videonya gue edit, gue samarin mukanya.. Terus gue jual!" Kali ini Val tertawa. Tapi suara tawanya terdengar menyedihkan bagi Arc.

Arc yakin, kondisi hati dan mental Val mungkin terluka. Ia pasti sangat kesepian dan jengah dengan keadaan di dalam rumahnya sampe nekat berbuat kayak gitu.

"Lo mau beli?" Val menoleh ke arah Arc sambil tersenyum iseng.

Arc lagi-lagi gelagapan. "Gila, ga lah.. Buat apaan!" jawab Arc cepat. Padahal di dalam hatinya juga ada rasa penasaran.

Arc ga bisa munafik kalo dia juga suka diam-diam menonton video-video macam itu kalo lagi sendirian di kamar.

Ya mau gimana lagi, dia ga mungkin dan ga berani ngajak Regi, cewek yang udah dipacarinnya selama empat bulan ini, untuk melakukan hubungan s*ks beneran.

Satu-satunya cara pelepasan yang aman yaaa dengan dipancing sama nonton b*kep kan?

"Kalo lo mau, gue punya banyak.. Macem-macem variasi gaya ada!" bisik Val tepat di telinga Arc. Bahkan Arc bisa merasakan bibir Val yang mengenai daun telinganya.

Jantung Arc berdesir merasakan angin lembut yang menggelitik telinganya. Apalagi jarak tubuh Val yang sangat dekat dengan dirinya membuat Arc bisa dengan jelas mencium arom wangi yang khas dari gadis itu.

"Dih! Ada-ada aja lo.." Arc bergeser menjauh dari Val. Ia ga mau kepergok sama Val kayak tadi karena senjata rudalnya mulai bereaksi lagi.

Val tertawa. "Gue duluan deh! Sebentar lagi pelajaran Kimia!"

Arc mengangguk. Ia ga paham soal Kimia, karena Arc bukan ngambil jurusan Sains jadi dia ga dapet pelajaran lanjutan dari bidang Sains kayak Kimia, Fisika, atau Biologi.

"Oiya! Thanks ya tempatnya.. gue ga tau kalo tempat ini ada pelanggannya! Cocok banget buat nyari ketenangan.. Biasanya gue ngerokok di belakang toilet, sumpah bau banget sepiteng!" ujar Val sambil menepuk bahu Arc.

Arc mengangguk. "Lo boleh ke sini kapan aja.. Tapi jangan kasih tau yang laen!"

Val mengangguk senang. "Thanks! Besok gue ke sini lagi ah.."

Arc tersenyum sambil mengepulkan asap terakhir dari mulutnya. Ia juga berencana akan segera balik ke kelas lagi.

Arc membiarkan Val berjalan duluan menyusuri semak dan tumpukan kursi rusak yang ga kepake.

Begitu sampai di pagar kawat berduri, Arc berinisiatif untuk membantu Val menaiki tumpukan batu sebagai pijakan.

Val memiliki tubuh yang bisa dibilang ga terlalu kurus ataupun gemuk. Meski porsi tubuhnya tampak langsing tapi dilihat dari luar pun, bagian dada Val terlihat berisi dan sedikit oversize.

Apalagi Arc sempat mengintip sela-sela bagian dada Val tadi. Bahkan belahan dada Val yang sexy masih jelas terekam di pikiran Arc.

Arc pikir Val akan kesulitan untuk memanjat pagar kawat itu, jadi ia mencoba mengulurkan tangannya untuk membantu Val.

Tapi rupanya Val lebih gesit daripada yang Arc pikirkan. Dengan cekatan Val memanjat batu pijakan pertama dan melompat ke batu pijakan berikutnya.

Tangannya memeluk batang pohon ceri dan kakinya yang jenjang melangkah melewati pagar kawat berduri itu.

Arc yang posisinya masih berdiri di bawah, lagi-lagi menelan ludah. Pertama karena takjub dengan kelincahan Val. Dan yang kedua ia bisa melihat dengan jelas bagian dalam rok seragam Val yang sedang mengangkang melewati pagar kawat berduri itu.

Arc menatap lekat-lekat celana dalam berwarna hitam yang tampak kontras dengan kulit paha Val yang putih bersih. Lagi-lagi Arc menelan ludah dan menahan napas.

"Aaarghhh.."

Arc tersadar dari lamunan joroknya dan langsung bergegas menghampiri Val yang sudah sampai di seberang pagar kawat.

Dengan terburu-buru Arc melompati batu dan pagar kawat untuk menghampiri Val yang sepertinya terluka.

"Kenapa?" tanya Arc cemas.

"Duuhh...paha gue kena kawat!" Val meringis dan dengan posisi duduk mengangkang mencoba melihat luka goresan di pahanya.

"Astaga, lo kan!" Arc memekik salah tingkah. Antara ingin menolong Val tapi juga ga sanggup melihat paha bagian dalam Val yang kini terlihat sangat jelas di depannya.

"Perih.." sahut Val membuat Arc semakin bingung. Goresan panjang dan lumayan dalam di paha kiri Val meneteskan darah segar.

Arc panik. Kalau mereka ga cepat-cepat pergi dari sini, bisa-bisa mereka kepergok guru patroli.

Tanpa pikir panjang, Arc membasahi telunjuknya dengan air liurnya dan menempelkannya di bagian luka goresan itu. Tapi darah baru masih tetap keluar.

"Hu hu hu.. perihhhh..!" bisik Val meringis sambil mengibaskan tangannya ke bagian pahanya yang tergores.

Arc menatap Val dan mulai berpikir. Ga mungkin dia bawa Val ke UKS dengan kondisi kayak gini, bisa-bisa nanti mereka diinterogasi macam-macam!

Tapi ga mungkin juga Arc meninggalkan Val sendirian di sini.

Dan tiba-tiba ide itu melesat di pikiran Arc. Dengan jantung berdegup Arc menatap Val lekat-lekat.

"Buka paha lo.." perintah Arc bikin Val cuma bisa menatapnya bingung.

"Sorry... Gue ga maksud macem-macem! Jangan teriak.. Dan jangan marah... Gue cuma mau nolongin lo!"

Val mengangguk pasrah dan mencoba percaya dengan perkataan Arc. Ia membuka pahanya semakin lebar dan tiba-tiba Arc menundukkan kepalanya dan mendekat ke arah paha kiri Val.

Arc menghisap darah yang keluar dari goresan di paha kiri Val dengan mulutnya. Ia berharap pendarahan di paha Val bisa terhenti dengan cara itu.

"Aaarrgghh, Arc.." Val mendesah sambil tangannya yang satu menjambak rambut Arc, dan tangan satunya lagi meremas bahu Arc. Sensasi perih dan geli menyatu jadi satu.

Arc kelepasan. Niatnya untuk menolong Val malah berubah jadi nafsu ketika hidungnya mencium aroma wangi di kulit Val. Melalui mulut dan ujung hidungnya, Arc juga bisa merasakan betapa mulusnya kulit paha Val.

Arc semakin lupa diri dan hilang kendali ketika mendengar desahan Val yang lirih. Ia justru semakin memperkuat hisapan mulutnya di paha Val.

"Aaarrrghhhh.. Gue ga tahan... Stop Arc..!"

Tangan lembut Val mengangkat wajah Arc agar cowok itu menghentikan aksinya. Jujur, Val juga tiba-tiba merasakan sensasi gairah yang ga biasa. Ini pertama kali ada seorang cowok yang berani menyentuhnya seperti itu.

Selama berpacaran, Val dan Argo hanya sebatas berciuman dan itu pun sangat jarang sekali mereka lakukan.

Arc mengangkat kepalanya dan mengelap mulutnya yang basah dengan punggung tangannya. Ia memberanikan diri menatap Val.

"Sorry, gue....... Kelepasan.." ujar Arc gugup.

Val tersipu. "Thanks, kayaknya darahnya udah berhenti.." balas Val mengalihkan pembicaraan.

"Gue duluan!" ujar Val lagi sambil berdiri dan merapikan rok seragamnya yang terangkat sampai memperlihatkan celana dalam hitamnya.

Arc menggaruk kepala bagian belakangnya. Merasa malu sekaligus canggung karena sudah berbuat terlalu jauh dengan Val, cewek yang baru aja dikenalnya.

"Sampe ketemu besok.." ujar Val sambil buru-buru berlalu dari hadapan Arc.

Arc mengangguk. Dengan perasaan yang masih ga karuan, ia membenarkan letak senjata rudalnya yang kembali bereaksi. Arc menghela napas. Sensasi ini terasa begitu luar biasa, sampai-sampai ia harus melampiaskannya dulu di toilet sekolah sebelum kembali ke kelasnya.

***

Tantangan Nakal Arcsio

Masih di November 2016,

Hari ini rupanya ga se-menyenangkan kemarin. Hujan tipis-tipis turun sejak pagi. Angin berhembus lumayan kencang dan langit juga tampak muram keabu-abuan.

Val menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan beralaskan tangannya. Hari ini sungguh membosankan! Hujan seharian bikin mood jadi mager dan tentu aja dia ga bisa kemana-mana selain berdiam diri di dalam kelas.

Val bukan siswi yang biasa ngumpul dengan teman-teman yang lain. Val lebih suka menyendiri dibandingkan dengan ngumpul sambil cekikikan histeris menggosipkan oppa-oppa Korea.

Val bukan bagian dari mereka, yang punya hobi memuja foto para idola di majalah atau sosmed dan saling berisik berlagak paling sok kenal kepribadian para artis itu. Padahal tentu aja aslinya mereka ga pernah kenal, bahkan ketemu juga ga pernah, kan? Buang-buang waktu!

Val juga ga terlalu suka buku. Jadi dia bukan tipe yang suka berdiam diri berlama-lama sambil membaca buku. Tapi kalo udah terlalu jenuh dan berisik di kelas, Val cuma mampir ke perpus buat mencari ketenangan.

Namun setelah hari kemarin, Val mulai kerasan berlama-lama di sekolah. Akhirnya ia menemukan tempat persembunyian baru. Tempat itu bukan bangku pojokan di perpus atau semak-semak di belakang toilet yang baunya bikin mual. Val langsung merasa cocok dan nyaman dengan tempat itu.

Selain tempatnya yang emang aman dari jangkauan guru BK, alasan lainnya adalah karena pertemuannya dengan Arc.

Cowok itu punya pesona tersendiri yang sulit dijelaskan. Yang pasti semua tentang Arc meninggalkan kesan mendalam di hati Val.

Entah kenapa, di awal pertemuan mereka kemarin Val langsung bisa menceritakan soal mama kepada Arc. Padahal selama ini, ia selalu mengubur dalam-dalam cerita tentang mama yang dirasa aib baginya. Profesi mama itu memalukan, jadi Val selalu berusaha merahasiakan itu dari siapa pun.

Tapi bisa-bisanya ia dengan lancar berkata jujur dan blak-blakan pada Arc yang baru dikenalnya selama beberapa menit. Bahkan ia bisa dengan lugas mengatakan kepada Arc kalo ia tidak pernah tau siapa ayah biologisnya.

Bahkan Argo, cowok yang udah dipacari Val sejak kelas sebelas juga ga pernah tau profesi mama yang sebenarnya. Val selalu bilang kalo mama punya bisnis di luar kota, dan Argo percaya.

Bunyi bel istirahat pertama berbunyi. Seperti biasa Argo akan menghampiri Val di kelasnya dan mengajak ke kantin. Val menurut dan langsung menggelayut mesra di lengan Argo.

Saat Val dan Argo berjalan menuju kantin, ia melihat Arc juga berjalan ke arah yang sama. Arc juga tampak sedang menggandeng tangan seorang cewek cantik dan sesekali Arc tampak menoleh hangat ke arah cewek itu.

"Arc!!!" seru Val sambil melambaikan tangan ke arahnya. Arc menoleh ke arah Val, begitu juga Argo.

"Kamu kenal?" tanya Argo heran. Ia ga pernah tau kalo Val punya temen cowok di sekolah ini. Val kan pendiam dan ga suka bergaul terlalu dekat sama orang lain.

Arc menghentikan langkahnya dan menelan ludah ketika melihat Val kini sedang melambaikan tangan ke arahnya. Ingatannya langsung tertuju pada kejadian kemarin, waktu ia menghisap luka gores di paha Val yang... Ah sudahlah! Ada Regi di sini.. Arc ga mau berfantasi dengan cewek lain di depan Regi.

"Siapa dia?" tanya Regi yang sama bingungnya dengan Argo.

Arc menggaruk keningnya dengan kikuk. "Dia temen gue.. Temen main game. Namanya Val.." jawab Arc sekenanya.

Arc melihat Val menarik tangan cowok di dekatnya untuk menghampiri mereka.

"Ini cewek lo?" tanya Val cuek. Arc mengangguk antusias.

"Iya.. Kenalin ini Regi, anak kelas sepuluh B.." ujar Arc memperkenalkan Regi pada Val.

Ya ampun, masih imut kiyut!" seru Val menatap Regi dengan gemas. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menjalar dihatinya. Kenapa perasaannya jadi sedikit kecewa ketika Arc mengenalkan cewek menggemaskan ini sebagai pacarnya.

"Gue Argo, cowoknya Val.. Kelas dua belas C.." Argo mengulurkan tangannya ke arah Arc dan disambut hangat dengan Arc yang balas mengulurkan tangannya.

"Kalian temenan?" tanya Argo tanpa basa basi.

"Kita kenal di game.." jawab Arc yang berbarengan dengan Val yang juga menjawab, "Arc pernah nolongin gue.."

Mereka berempat saling berpandangan canggung selama beberapa detik.

"Iya, gue sering nolongin dia waktu keabisan diamond!" lanjut Arc sambil tertawa garing. Yang lain ikutan ketawa.

"Ya udah, kita ke kantin barengan aja.." Seru Argo yang langsung menggandeng tangan Val sambil berjalan mendahului Arc dan Regi.

Siang itu Val dan Arc saling mengenalkan pasangan mereka masing-masing bahkan mereka juga makan bersama di kantin. Tapi entah kenapa ada perasaan aneh yang menggelayuti hati keduanya.

Val merasa ga rela kalo Arc ternyata udah punya pacar se-cute Regi. Sedangkan Arc juga punya perasaan yang sama gelisah nya dengan Val. Ia tau Argo, cowok itu emang populer di kalangan cewek-cewek SMU William. Tapi ia ga nyangka kalo Val adalah ceweknya Argo.

"Gimana luka lo?" tanya Arc sambil berbisik pada Val ketika Argo dan Regi sedang fokus memilih menu di papan display.

Val tersenyum. "Udah ga perih.." balasnya sambil berbisik juga.

Arc mengangguk. "Hujan terus hari ini, kita ga bisa ke sana.." bisiknya lagi.

Val mengangguk. "Udah asem banget nih mulut.."

Arc tersenyum mendengar jawaban Val.

"Dia ga tau lo suka ngerokok?" bisik Arc sambil menunjuk Argo dengan dagunya.

Val menggeleng. "Dia taunya gue anak baik.." ujarnya sambil tersenyum.

"Emang lo anak nakal?" tanya Arc lagi bikin Val kali ini menoleh dan menatap mata Arc dalam-dalam.

"Mungkin kalo sama lo, gue bisa jadi anak nakal.."

Arc menahan napas ketika melihat lidah Val menyapu pelan bibir bulatnya. Val seperti sengaja menggodanya. Arc balik menatap Val dengan pandangan yang menantang.

"Gue mau liat, lo bisa senakal apa.." bisik Arc membuat mata Val yang bulat semakin membulat ketika mendengar perkataan Arc.

"Lo mau liat nakal gue yang gimana?" tantang Val sambil tersenyum.

"Jangan mancing-mancing, soalnya gue suka nekat.." bisik Arc iseng.

Val tersenyum lagi. "Kita bisa jadi partner dalam hal apapun.." matanya balas menatap Arc dengan ga kalah iseng.

"Kakak-kakak udah deh ngomongin game-nya!" Tiba-tiba tangan Regi menggenggam tangan Arc dari arah belakang. Arc menelan kembali kata-katanya. Padahal ia baru aja mau menantang balik Val.

Arc suka tantangan yang diberikan Val padanya. Partner dalam hal apapun? Hmm, kedengeran nya ini bakalan seru!

Apalagi, selalu ada kesempatan buat mereka untuk mewujudkan tantangan itu.

"Kak, Regi nanti dijemput papa.. Jadi kita ga bisa pulang bareng deh.." Arc mengangguk.

Val menatap Arc diam-diam. Arc juga sama.

Argo juga hari ini ada rapat club kan?

Val tersenyum nakal sambil sembunyi-sembunyi menatap Arc. Entah kenapa Arc bisa mengerti kalo tatapan itu adalah peluang baginya untuk bisa mendekati Val sepulang sekolah nanti.

"Cafe 00?" bisik Arc pada Val ketika mereka berjalan menuju ke kelas masing-masing sehabis dari kantin tadi.

Val melirik ke arah Argo yang sibuk menyapa kenalan-kenalannya di sepanjang lorong menuju kelas dua belas.

Val tersenyum sambil mengangguk kecil. Jantungnya berdegup kencang sekaligus bersemangat, hari ini mungkin ga se-muram keliatannya. Mungkin hari ini akan jadi moment luar biasa untuk dirinya dan Arc.

Val jadi ga sabar menunggu bel tanda pulang sekolah berbunyi. Ia gelisah dan mendadak jadi banyak senyum.

***

Teman atau Lebih?

Arc memainkan kerikil dengan ujung sepatunya. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku dan kepalanya menunduk menatap kerikil-kerikil yang beradu dengan sepatunya. Ia menunggu sampai hampir bosan.

Hujan masih turun dengan versi gerimis tipis tipis. Membuat suasana siang itu jadi syahdu. Beberapa orang yang melewati Arc tampak nekat menerobos gerimis dengan berlarian. Ada juga yang sengaja menikmati gerimis dengan berjalan pasrah di tengah rinai nya.

Sesekali Arc menoleh ke kiri, menunggu Val.

Cewek itu tadi jelas mendengar ucapannya kan? Kalo Arc bakal menunggunya di Cafe 00? Dan jelas ia menerima tawaran itu.

Tapi sampai hampir satu jam lamanya Arc menunggu di teras cafe itu, Val ga kunjung datang.

Arc mendesah pasrah. Menghirup rokok di tangannya sesekali dan menghembuskan asapnya ke depan, hingga putihnya berbaur dengan rintik gerimis di hadapannya.

Ia memutuskan untuk masuk ke dalam cafe setelah menikmati hisapan rokoknya yang terakhir dan melumatnya dengan ujung sepatu.

Arc menaiki satu persatu tangga cafe dan ketika hendak membuka pintu kayu di depannya, sebuah suara memanggilnya.

"Arc...!"

Arc menoleh dan menatap Val sedang berlari menembus hujan untuk menghampirinya.

Arc tersenyum tipis melihat Val yang berlari ke arahnya dengan baju seragam yang tampak basah, rupanya cewek itu nekat menerobos hujan demi bisa menepati janjinya dengan Arc.

Arc menelan ludah dan menahan napas ketika matanya menangkap kemeja seragam Val yang berwarna putih kini tampak transparan terkena hujan.

Pakaian dalam Val tampak jelas tercetak dan hari ini sepertinya dia memakai warna merah. Menyala mata Arc melihatnya!

Arc menggelengkan kepala dan terpaksa menunduk demi menghindari pemandangan yang bukan miliknya itu.

"Sorry, gue telat! Si Argo minta ditemenin latihan basket!" napas Val ngos-ngosan. Pipinya juga tampak kemerahan karena berlari.

Arc tersenyum sambil menggeleng. "Ga papa.. Untung gue orangnya sabar.." ujar Arc lagi sambil melepaskan sweater yang dipakainya lalu melemparkannya pada Val.

"Ganti baju lo sama ini.. Gue ga mau khilaf lagi!" seru Arc sambil menunjuk bagian dada Val dengan dagunya.

Val celingukan sebelum akhirnya menyadari maksud Arc. Ia menerima sweater pemberian Arc dan berjalan mengikuti Arc masuk ke dalam cafe.

Selama Arc menunggu Val berganti pakaian, ia mencari kursi yang nyaman untuk mereka mengobrol. Dan Arc memutuskan untuk duduk di pojokan yang jauh dari jendela. Ia tidak mau seseorang yang mereka kenal memergoki dirinya dan Val duduk berdua di cafe ini.

Val keluar dari toilet dengan pakaian yang sudah berganti sweater Arc. Rambutnya yang panjang tampak di kuncir ke atas. Cantik!

Arc lagi-lagi menelan ludah melihat kecantikan yang dimiliki Val dengan mata hijaunya yang selalu menyorot sempurna.

"Kok lo tau gue suka matcha?" tanya Val takjub melihat segelas matcha latte di meja.

Arc menatapnya sambil tersenyum. "Tadi di kantin lo pesen ini, dan lo harus tau kalo matcha latte di sini paling enak!"

Val menyeruput minuman itu dan langsung memasang ekspresi menggemaskan. "Arc! Ini super enakkkk!" serunya riang.

"Lo sering ke sini ya?" Val mengedarkan pandangannya ke sekeliling cafe yang saat ini lumayan ramai pengunjung. Cafe ini emang letaknya ga terlalu dekat dengan jalan utama. Tapi suasananya yang cozy bikin orang betah berlama-lama berdiam di sini.

"Gue lumayan kenal sama owner-nya.." jawab Arc cepat.

Val mengangguk-anggukan kepalanya sambil menyeruput kembali sedotan di depannya.

"Ini juga enak.. Cobain!" ujar Arc lagi sambil menyodorkan churros dengan saus coklatnya yang tampak menggiurkan.

Val menatap Arc dengan mata hijaunya. "Mau gue suapin?" tanya Arc iseng.

Val menggeleng dan langsung mencoba churros itu dengan antusias. Mata bulat Val membelalak saking lagi-lagi takjub dengan rasanya.

"Enaaaakkk.." ujarnya dengan ekspresi yang semakin menggemaskan.

Arc tertawa lalu menyodorkan tisu ke arah Val. "Belepotan tuh.."

"Umm... elapin!" balas Val sambil memajukan bibirnya ke arah Arc. Arc menahan napas saking groginya. Dasar cewek ini!

Arc mengelap lelehan cokelat yang belepotan di pinggiran bibir Val dengan hati-hati.

Val tersenyum jail dan terus mengulangi perbuatannya itu, membuat lelehan cokelat belepotan di mulutnya. Arc tersenyum tanpa rasa kesal sedikit pun. Cewek ini terlalu menggemaskan baginya.

Regi aja ga pernah bersikap se-cute ini di hadapannya. Regi selalu kalem dan lemah lembut. Bahkan selama mereka berpacaran, Arc segan untuk menyentuh Regi kecuali menggandeng tangannya.

Tapi cewek ini luar biasa berbeda dengan Regi. Dia bahkan selalu memancing Arc untuk bisa menyentuhnya. Bahkan gerak-geriknya seperti menantang Arc untuk berbuat lebih. Hmm...

"Lo udah lama jadian sama cewek lo itu?" tanya Val sambil menatap dalam ke mata Arc. Nah kan, lagi-lagi cewek ini bikin jantung Arc berdegup.

"Lumayan... Tapi belum ada setaun!" jawab Arc sambil menikmati minuman di hadapannya. "Kalo lo?"

"Gue sama Argo udah jadian dari kelas sebelas.. Dia kan temen SMP gue.. Awalnya gue suka nebeng dia pulang sampe halte bis, eh jadi keterusan jadian.." jawab Val masih dengan sikapnya yang ceria.

Arc mengangguk. "Dia tau lo ngerokok?"

"Ya ga lah! Gila!! Gue tuh cewek baek-baek di mata Argo dan keluarganya! Dia aja ga tau kalo gue suka jualin film b*kep.." jawab Val cepat sambil tertawa.

Arc berdehem. Bagian ini sebenernya yang bikin dia penasaran sejak kemarin. Apa semua cerita Val tentang keluarganya itu benar?

"Lo serius ga sih soal nyokap lo kemaren?" tanya Arc, kali ini dia beneran ga bisa menahan diri untuk bertanya langsung sama Val.

Val malah terdiam dan lagi-lagi mata bulat hijaunya mengunci iris mata Arc. Arc kembali salah tingkah.

"Kalo cerita gue bener, lo mau jauhin gue?" tanya Val serius. Tangannya saling bertaut dan diletakkan menopang dagunya, matanya masih tetap menatap Arc dalam-dalam.

Arc tersenyum sambil mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Kerjaan nyokap lo ga ada hubungannya sama gue.. Jadi buat apa gue ngejauhin lo cuma gara-gara itu?"

Val membulatkan matanya. "Serius?"

Arc mengangguk yakin.

"Jadi gue boleh buka-bukaan di depan lo?"

Arc tertawa kecil. "Boleh banget.."

"Thanks.. Gue kadang ga suka sendirian!" tukas Val dengan suaranya yang tiba-tiba terdengar sedih.

"Kan ada cowok lo.."

"Dia cuma sekedar status.."

"Sama.." balas Arc cepat.

"Maksud lo?" Val mengernyitkan dahi.

"Regi juga cuma sebatas status.." jawab Arc merasa konyol karena entah kenapa dia tiba-tiba ngomong kayak gitu. Padahal perasaannya tulus sama Regi. Arc jelas-jelas serius menyayangi Regi.

Val tertawa mendengar pengakuan Arc.

"Mmm.. Jadi mulai sekarang status kita apa?" mata hijau Val mendelik nakal.

Arc mengangkat bahu. "Mm.. Apalagi? Kita teman kan?"

Val manyun. Dan Arc justru tertawa melihat sikap Val itu.

"Lo maunya apa?" Arc pura-pura bodoh. Ia mulai merasa nyaman di dekat Val, meskipun ia tetap pada pendiriannya kalo Val bukanlah tipenya. Maksudnya tipe untuk dijadikan pacar beneran.

"Friend with benefits?" tanya Val membuat Arc lagi-lagi salah tingkah.

"What kind of benefits?" tantang Arc.

"All possible benefits!" jawab Val cepat.

Arc tertawa lagi, tapi suara tawanya terdengar canggung. Jujur, baru kali ini dia berhadapan dengan cewek yang blak-blakan kayak Val.

"OK.. tapi kita ga maen perasaan ya! Gue ga bisa ninggalin Regi.." bisik Arc.

Val mengangguk. "Gue juga ga mungkin putus sama Argo... Seenggaknya untuk sekarang!"

Arc setuju. Argo tampak seperti cowok yang baik dan pantas untuk mengimbangi Val.

"Oiya.. Gimana paha lo?"

"Udah ga apa-apa.. Mau liat?" Val lagi-lagi menantang Arc.

"Nanti lah.. Kalo gue lagi pengen banget!" bisik Arc sambil ketawa iseng.

"Gue malah lagi pengen banget sekarang gara-gara nyium bau sweater lo nih.."

Glek! Arc menelan ludah. Nih cewek beneran udah sinting kali ya.. Ga ada malu atau jaim-jaimnya!

"Maksud lo? Pengen apaan nih?" Arc menggaruk belakang kepalanya yang ga gatal, sementara tangan satunya sudah ada di dalam genggaman tangan Val.

Arc merasakan tangan Val yang halus dan dingin mengusap lembut jari-jarinya.

Arc merinding. Bulu kuduknya meremang karena sensasi geli yang ia rasakan di jari-jari dan pergelangan tangannya, Val sengaja memainkan jari-jarinya yang lentik di sana.

Kalau aja bukan di tempat umum, mungkin Arc udah lupa diri dan balas menyentuh Val dengan brutal.

"Gue pengen banget ngerokok! Mulut gue udah asem!" bisik Val bikin Arc terkesiap.

Sial! Nafsu gue dimain-mainin sama nih cewek!

Arc berdehem dan menghela napas untuk menyadarkan dirinya.

"Ya udah, nih.." Arc dengan cepat mengeluarkan dua batang rokok dari balik kaus kakinya.

Val menggeleng. "Satu aja.. Berdua!" ujarnya bikin Arc lagi-lagi cuma bisa menahan napas untuk menguasai dirinya.

"Kapan-kapan.. Gue mau ajak lo ke suatu tempat.." Arc menatap Val yang kini sedang menikmati hisapan pertama rokoknya.

"Kemana?"

"Ke tempat yang bisa menghargai kecantikan lo.." balas Arc. Matanya menelusuri wajah Val yang tersipu.

"Gue ga mau kalo dikenalin ke om-om! Gue ga kayak nyokap gue yaaa.." tukas Val kemudian.

Arc menggeleng. "Ga bakal.."

"Terus?"

"Nanti gue kasih tau kalo waktunya pas.."

"Lo mau jual gue ya?"

"Buat apaan?"

"Biar badan gue diliat dan dinikmati banyak orang, terus lo yang dapet duitnya?"

Arc tertawa. "Ga lah.. Gue ga bakal tega.."

Arc menatap Val dan menggenggam tangan Val dengan lembut. "Gue ga akan rela... Biar gue aja yang nikmatin, yang laen jangan.."

"Ish! Nakal!!" Val berseru sambil tertawa.

Arc ikut tertawa. Entah kenapa semakin lama berada di dekat cewek ini, perasaannya semakin rileks dan nyaman. Arc seperti bisa mengatakan hal apapun pada Val tanpa perlu takut cewek itu merasa tersinggung atau marah. Val selalu ceria dan itu membuat perasaan Arc juga ikut bahagia.

Jujur, Arc betah berlama-lama ada di dekat Val. Tapi di dalam hati ia masih galau untuk menganggap hubungannya dengan Val sebagai apa.

Mungkin nanti waktu yang bakal menjawabnya..

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!