"Haaatcciiiwwww...!!!"
Val menyeka hidungnya yang berair dan terasa gatal. Sejak semalam badannya meriang dan terasa demam. Kepalanya juga pusing bukan main.
Sepertinya ia kena flu dadakan karena kemarin kehujanan. Tapi itu seru, sih! Val ga menyesal karena kemarin harus menerobos hujan bersama Arc walaupun konsekuensinya dia harus terserang flu seperti ini.
Baru kali ini Val dibonceng pake motor sport Ducati milik Arc dan mereka nekat hujan-hujanan.
"Gue baru pertama kali dibonceng motor selain sama tukang ojek!" seru Val riang.
Suaranya mengalahkan deru mesin motor dan juga suara hujan yang turun semakin deras.
"O ya? Kalo gitu pegangan yang kenceng!" teriak Arc dari balik helmnya.
"Gini?" tanya Val sambil melingkarkan tangannya di pinggang Arc.
"Kurang deket! Majuan majuan duduknya!" perintah Arc lebih kencang.
Val menurut. Dia memajukan posisi duduknya hingga tubuhnya menempel ke tubuh Arc. Sementara tangannya masih terus melingkar di pinggang Arc.
"Pegangan yaaa..." seru Arc dan dibalas dengan anggukan kepala Val yang menempel di balik bahu Arc.
Arc langsung menancap gas demi membuat laju motornya semakin kencang. Motor itu beneran melesat sangat cepat menerobos hujan deras di jalanan yang lengang. Arc mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ini hal yang luar biasa menegangkan buat Val!
Val berteriak histeris ketika merasakan adrenalinnya seperti terpacu antara ngeri dan nagih! Air hujan menerpa wajahnya. Val memejamkan mata.
Val merasa seperti dibawa terbang oleh Arc. Ia semakin erat memeluk cowok itu di tengah hujan yang turun semakin deras.
"Arc! Ini seruuuuu.. Wuuhuuuuuu.." teriak Val masih tetap memeluk Arc dengan erat, membuat Arc cuma bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum di balik kaca helm-nya.
Rambut Val basah kuyup terkena hujan, begitu juga dengan sweater yang dipinjamnya dari Arc. Val basah kuyup, tapi dia merasakan sensasi senang yang luar biasa. Ini pengalaman baru bagi dirinya.
Arc memelankan laju motornya. Mereka sampai di depan jalan setapak yang menuju ke rumah Val.
"Rumah lo masuk ke situ?" tanya Arc memastikan bahwa dia berhenti di tempat yang benar sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Val di Cafe 00 tadi.
Val menunjuk ke jalan setapak yang rimbun. "Iya, masuk ke situ.. Tapi ga apa-apa gue turun di sini aja!"
Val memegang bahu Arc sebagai tumpuan untuk turun. Arc menelan ludah ketika melihat rok seragam Val yang tersingkap. Ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Paha putih mulus Val yang kebasahan langsung membuat pikiran Arc jadi melayang kemana-mana.
"Thanks for today, boy!" Val meninju lengan Arc yang kemejanya juga basah kuyup. "Kita jadi basah kuyup gini!" lanjut Val sambil tertawa renyah.
Arc menatap Val dengan perasaan yang sama senangnya. "Sama-sama! Jangan kapok!"
"Ga bakal, Arc! Ini tuh seru banget!!!" Val memekik girang sampai berjingkrak-jingkrak. Lagi-lagi sikapnya membuat Arc gemas.
Val beneran ga nyesel bisa merasakan hujan-hujanan dan kebut-kebutan dengan Arc kemarin sore.
Tapi flu ini ternyata lumayan menyiksanya. Mama ga pulang semalaman bahkan sampai jam segini belum ada tanda-tanda mama akan segera pulang.
Val di rumah sendirian. Ia sudah mencoba meminum paracetamol demi meredakan demam dan sakit kepalanya. Tapi itu hanya ampuh selama beberapa jam saja, abis itu kepala Val berasa berat lagi.
"Halo, Val? Kamu ga sekolah ya?" Itu suara Argo, rupanya dia menelfon dengan menggunakan nomor sekolah.
"Hey, Go... Aku kayaknya flu nih, kemaren keujanan! Jadi ga bisa masuk sekolah dulu..."
"Ya ampun! Iya suara kamu berat banget! Udah ke dokter?"
"Udah kok.. Cuma disuruh istirahat aja.." jawab Val berbohong.
"Ya udah.. Nanti pulang sekolah aku mampir.. Kamu mau dibeliin apa?"
"Ga usah, Go.. Aku kena flu berat, nanti kamu bisa ketularan! Seminggu lagi kan kamu ada tanding basket! Ga lucu kalo kapten basket-nya ga bisa ikutan tanding karena ketularan flu!"
Argo terdiam sebentar. "Ya udah... Kabarin kalo kamu udah bisa masuk sekolah, biar nanti aku jemput!"
"Thanks, Argo.. Jaga kesehatan.. Yang rajin latihannya ya, Capt!" Val tertawa kecil.
Suara Argo lumayan bisa menaikkan mood-nya hari ini. Ia memaksakan tubuhnya bangun dari tempat tidur walaupun ia merasa menggigil.
Val berjalan ke arah dapur dan menuangkan secangkir air hangat ke dalam gelas. Ia butuh banyak cairan karena tubuhnya terasa lemas.
Perut Val lapar, tapi ia malas kalau harus berdiri berlama-lama untuk mengolah makanan. Bahkan untuk membuat telor ceplok pun rasanya ia ga sanggup karena tubuhnya berasa limbung.
Val mencari-cari stok makanan di dalam kulkas dan hasilnya nihil. Semua bahan makanan yang ada butuh diproses masak dulu, sedangkan untuk berdiri aja Val merasakan pusing yang luar biasa.
Val kembali masuk ke dalam kamar dan membiarkan tubuhnya kembali bersembunyi di balik selimut. Ia mencari kehangatan di sana karena tubuhnya semakin menggigil hebat.
Jam di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 10.00, tapi mama belum juga sampai. Val merasa perutnya semakin keroncongan. Jadi ia cuma bisa meringkuk di balik selimut menahan rasa lapar dan dingin di tubuhnya.
Tiba-tiba suara ketukan di pintu membuat Val terbangun. Siapa yang datang di jam segini?
Kalau mama yang datang, ga mungkin dia mengetuk pintu kan? Apa itu penagih utang yang biasa mencari mama?
Val beringsut dari balik selimut. Tadinya ia berniat untuk bersikap cuek dengan pura-pura tidak ada di rumah. Siapa tau orang itu lama-lama bakal pergi.
Tapi rupanya suara ketukan itu semakin lama semakin kencang. Membuat Val harus kembali memaksakan tubuhnya untuk bangun lagi dari tempat tidur. Val merasa terganggu.
Ia sampai di depan pintu depan dengan susah payah karena menahan sakit di kepalanya. Hidungnya juga sekarang jadi mampet.
Val diam-diam mengintip dari balik jendela. Ia ga berniat untuk langsung membuka pintu. Siapa tau yang dateng beneran penagih utang, kan?
Tapi Val langsung syok ketika tau siapa yang datang. Dia ga mungkin salah liat! Jelas-jelas yang berdiri di depan pintu rumahnya itu Arc! Mau ngapain jam segini dia dateng ke sini, bukannya sekarang masih jam pelajaran?
"Arc?" suara Val yang serak dan berat karena flu bikin Arc tampak khawatir.
Ia berdiri di depan pintu rumah Val dan menatap cewek itu dengan cemas.
"Lo sakit?" tanya Arc langsung menyentuh dahi Val untuk memastikan kalau Val beneran sakit.
"Ya ampun, badan lo panas!" seru Arc sebelum Val sempat menjawab.
"Gue cuma flu!" tukas Val masih dengan rasa terkejutnya.
"Lo kok ke sini? Kan masih jam sekolah!" tanya Val sambil membuka pintu lebih lebar dan membiarkan Arc masuk.
Arc mengikuti Val dari belakang. "Gue kabur.. Bosen di sekolah ga ada temen ngerokok!" jawabnya asal.
Val tersenyum sambil geleng-geleng kepala. "Motor lo di parkir dimana?" tanyanya bingung karena ia ga mendengar suara motor Arc datang.
"Gue tinggal di sekolah.. Ga mungkin kan gue bisa kabur kalo bawa motor!" lagi-lagi jawaban Arc tampak santai.
"Gila lo! Kesini naek apaan?" tanya Val makin terkejut.
"Ga penting! Pokonya gue udah di sini! Lo udah minum obat? Udah sarapan? Ini gue beliin sarapan tadi.. Cuma roti sandwich kantin.. Karena gue bingung mau beli apa!"
Arc menyodorkan paper bag coklat berisi roti sandwich dan obat flu. Val tersenyum.
"Bisa-bisanya lo beli obat flu!" tukas Val merasa takjub dengan pengorbanan Arc yang rela bolos dan nekat datang ke rumahnya.
"Gue tadi nyariin lo ke kelas.. Tapi lo ga ada! Gue tungguin di belakang ruang musik juga lo ga dateng-dateng! Gue udah yakin lo pasti sakit karena kemaren gue ajakin ujan-ujanan..." Arc menatap Val dengan khawatir. "Maafin gue ya..."
Val tersenyum, memaksakan untuk tetap bersikap riang meski Arc melihat matanya tampak sayu karena Val sedang demam. "Bukan karena lo! Gue-nya aja yang lagi ga fit.. Btw, thanks ya... Gue makan nih sandwich nya!"
Arc mengangguk dan menunggu dengan sabar ketika Val selesai menghabiskan sarapannya.
"Lo sendirian?"
Val mengangguk sambil memasukkan suapan terakhir roti sandwich-nya. "Nyokap gue ga ada kabar.. Ga tau dimana dia sekarang!" jawab Val enteng.
"Jadi semaleman lo demam dan lo sendirian?"
Mata hijau Val beralih menatap ke arah Arc. "Gue udah biasa sendirian! Justru gue ga terbiasa karena sekarang lo ada di sini.." ujarnya sambil tersenyum.
"Gue ganggu ya?" Arc balik menatap Val dengan pandangan yang merasa bersalah.
Val menggeleng. "Ga sama sekali! Lo justru nolongin gue dengan bersikap sebagai petugas pemadam kelaparan! Gue kelaperan dari semalem!! Hu hu hu.." balas Val sambil pura-pura memasang ekspresi seperti anak kecil yang sedang menangis.
Arc tertawa sambil mengelus kepala Val dengan lembut. "Cepet sembuh ya..." bisiknya.
Val mengangguk dan memeluk Arc secara tiba-tiba. Gimana Arc ga syok dengan sikap Val yang langsung nyosor. Jujur Arc ngerasa ga siap tapi ia juga segan untuk menyingkirkan tubuh Val dari pelukannya.
"Badan lo anget.." bisik Val yang justru bikin jantung Arc berdegup cepat.
"Ummm.. Lo kedinginan?"
Val mengangguk. "Dari tadi!" bisiknya lagi sambil terus memeluk erat tubuh Arc dan memejamkan matanya.
Arc bisa merasakan suhu panas dari tubuh Val yang menempel di tubuhnya. Arc tau kalo Val merasa nyaman berada di dalam pelukannya. Jadi Arc membalas pelukan Val dengan lebih erat. Ia juga mengusap rambut Val dengan lembut dan membiarkan cewek itu terlelap di pelukannya.
Arc ikut terpejam dan aroma wangi dari tubuh Val yang khas tercium di hidungnya. Arc ikut merasakan kenyamanan yang sama dengan Val. Sampai tanpa sadar Arc pun tiba-tiba terlelap dengan posisi masih berpelukan dengan Val.
Satu jam berlalu...
Arc merasakan tangannya kesemutan. Ia terbangun dengan sedikit terkejut.
"Sial! Gue ikut ketiduran!" tangan Arc mati rasa, tapi ia ga bisa menarik tangannya dari bawah kepala Val yang menindihnya.
Rupanya mereka ketiduran sampai tanpa sadar tangan Arc dijadikan sandaran bantal oleh kepala Val. Arc menatap wajah Val yang masih terlelap di sampingnya.
Wajah itu tampak cantik walaupun sedang tertidur. Bibir Val semakin merona merah mungkin karena ia sedang demam. Arc menelan ludah, kalo kelamaan dengan posisi ini bisa aja dia khilaf.
Arc menyentuh dahi Val perlahan, suhu panasnya sudah mulai berkurang.
"Mmhh.." Val perlahan membuka matanya, menyadari ada tangan yang menyentuh dahinya. Ia menatap wajah Arc dari jarak dekat. Pantas saja sejak tadi ia merasa nyaman. Rupanya sumber kenyamanan yang membuatnya tertidur nyenyak itu berasal dari Arc.
"Gue kesemutan.." bisik Arc sambil menatap Val yang baru saja membuka matanya.
Val tersenyum. "Sebentar lagi, please..." balas Val sambil kembali terpejam.
Arc menahan napas. Jarak wajah mereka sangat dekat sekarang. "Kalo nunggu sebentar lagi, gue bisa khilaf.." bisik Arc lagi, kali ini persis di telinga Val.
"Jangan.. Gue lagi flu!" balas Val masih sambil terpejam.
Tapi Arc nekat. Dengan perlahan ia menempelkan bibirnya ke bibir Val. "Gue ga peduli.." bisik Arc tepat di atas bibir Val.
Menyadari kalo Val diam saja dan ga berusaha menghindar, Arc semakin menekankan bibirnya di bibir Val. Val masih terdiam, malah justru membuka bibirnya seolah memberi kesempatan kepada Arc.
Arc semakin terbawa suasana. Bibir Arc menuntun bibir Val untuk membuka lebih lebar. Lidah Arc menyapu bibir Val dengan lembut sebelum akhirnya bermain dengan lidah Val yang terasa panas di mulutnya.
"Lo bisa ketularan, Arc.."
Tapi Arc ga menggubris sedikit pun perkataan Val. Ia malah semakin panas mencumbu Val. Tangannya tiba-tiba ga lagi merasakan kesemutan. Arc menggeser tubuhnya hingga ia kini berada di atas tubuh Val. Tangannya menyentuh wajah Val agar cewek itu ga berusaha untuk menghindar atau memalingkan wajahnya.
"Aahhh, Arc.. Gue keabisan napas.." Val gelagapan meskipun sebenarnya ia merasakan sensasi baru di tubuhnya yang membuatnya merasa lebih baik. Ini aneh!
"Sekali lagi, ya.." Arc kembali mendaratkan bibirnya ke bibir Val, kali ini dengan perasaan yang semakin memburu dan sensasi yang lebih memuncak. Arc hilang akal, terbawa gejolak tak biasa di pikiran dan hasrat nakalnya. Tanpa disadarinya, Arc semakin ganas mencumbu Val.
"Aahhh, Arc.. please stop.. Lo udah kelewat batas! Please, jangan sekarang.." Val melepaskan ciumannya dari bibir Arc ketika ia merasakan sesuatu yang mengeras menekan pahanya. Senjata milik Arc sepertinya sudah bersiap untuk sesuatu yang lebih nakal.
Arc mengerang tipis dan menyadari nafsunya sedang berada di puncak sekarang. Tapi Val benar! Ia ga boleh kelewatan.. Kondisi Val lagi ga sehat, kan?
"Sorry, gue ga tahan.." Arc bergeser dari atas tubuh Val lalu mengusap wajahnya.
Val tersenyum. "Sabar, Arc.. Jangan sekarang!"
Val mengecup pipi Arc lembut. Arc menatap mata hijau Val yang semakin terlihat cantik ketika dia sedang merasakan gairah.
"Gue ga mau khilaf lagi... Gue keluar sebentar, cari angin segar sekalian cari makanan.. Lo harus banyak makan biar cepet pulih.."
Arc membenarkan letak 'senjata'nya yang masih terasa ga nyaman, lalu mengecup kening Val dengan lembut. "Tunggu ya..." ujarnya sambil berjalan keluar rumah Val dan menyalakan sebatang rokok.
Val menatap kepergian Arc dengan tersenyum. Ia menyentuh lembut bibirnya, sensasi mendebarkan itu masih bisa dirasakannya dengan jelas. Bibir Arc yang hangat dan lembut juga sentuhan tangan Arc yang membuatnya merasakan kenyamanan sekaligus ketegangan yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan selama ini.
Val juga menyadari kalau ternyata celana dalamnya mulai berasa ga nyaman.. Oh my God! Ia basah...
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments