"Apa dia akan pulang?" Seorang pria paruh baya bertanya pada istrinya yang baru saja menutup telepon. Dia adalah pak Hadi, ayah tiri Nasya.
Istrinya menatap wajah sang suami dengan raut wajah kecewa sambil menggelengkan kepala.
"Tidak. Dia gak mau kembali." Jawab sang istri yang bernama bu Tinah, ibu Nasya.
"Kenapa kamu tidak mencoba membujuknya lagi?! Kamu kan ibunya! Mana mungkin tidak bisa membuat dia pulang kerumah!"
Pak Hadi yang sedang kesal terus bicara sambil membentak sang istri yang kini menundukkan kepala karena takut.
"Memangnya karena ulah siapa dia sampai keluar dari rumah ini?" Bu Tinah menanggapi sang suami meskipun dengan kepala menunduk karena takut.
"Kamu sudah berani melawanku, hah?!"
Plak!
"Ah!"
Pak Hadi yang marah langsung menampar sang istri karena sudah berani melawan kata-katanya. Sontak bu Tinah langsung memegangi pipinya yang sakit dan sedikit mengeluarkan darah diujung bibirnya.
"Ingat ya, bagaimanapun caranya, kamu harus buat dia pulang dan dapatkan uang darinya! Aku tidak mau dengar ada alasan apapun dari mulutmu, mengerti?!"
Pak Hadi bicara sambil memegangi rahang bu Tinah dengan kuat menggunakan satu tangannya. Sedangkan bu Tinah yang kesakitan hanya bisa meringis sambil menitikan air matanya. Lalu pak Hadi menghempaskan pegangannya pada sang istri hingga dia jatuh dan berlalu pergi setelah sang istri menganggukkan kepalanya setuju.
Bu Tinah mengambil kembali ponselnya dan mengirim pesan pada Nasya.
"Sya, apa ibu bisa bertemu denganmu? Ibu sedang butuh bantuanmu. Tolong bantu ibu sekali ini saja."
...****************...
Nasya baru saja tiba dirumah setelah dia selesai bekerja. Dia merebahkan tubuhnya di sofa karena terlalu lelah.
"Haah … Akhirnya sampai juga dirumah. Ini benar-benar melelahkan." gumam Nasya sambil memejamkan matanya saat dirinya berbaring.
Tring
Perhatiannya langsung teralihkan begitu mendengar suara ponselnya. Nasya membuka matanya dan meraih ponsel yang terletak tidak jauh dari tempatnya untuk membuka pesan yang masuk di ponselnya.
Raut wajahnya langsung berubah suram ketika dia membaca nama pengirimnya.
Ibu
"Sya, apa ibu bisa bertemu denganmu? Ibu sedang butuh bantuanmu. Tolong bantu ibu sekali ini saja."
"Sekali ini saja? Apa iya hanya sekali ini saja? Sampai kapan mereka akan terus menggangguku? Meskipun aku sudah keluar dari rumah itu, tapi aku gak bisa benar-benar terbebas dari mereka." gumam Nasya disertai seringai tipis diujung bibirnya. Diapun melemparkan kembali ponselnya ke sofa dan beranjak pergi untuk mandi.
Dibawah guyuran shower yang menyirami seluruh tubuhnya, Nasya memejamkan mata saat air turun dan mulai membasahi wajahnya. Dia menyibakkan rambutnya yang panjang ke belakang. Saat itu sebuah penggalan ingatan masa lalu kembali hadir dikepalanya.
"Tidak ... Lepaskan aku …! Tolong …! Seseorang tolong aku …!"
Terlihat seorang gadis berlari dalam kegelapan dari kejaran beberapa pria dibelakangnya. Guyuran hujan membuat suaranya sama sekali tidak terdengar.
Nasya yang sedang mandi terlihat sangat gelisah dan kesal. Dia mengusap setiap bagian tubuhnya dengan keras, bahkan sampai melukai tubuhnya menggunakan kukunya.
"Kotor! Kotor! Kenapa gak bisa bersih?!" gumam Nasya dengan air mata berderai. Dia pun berjongkok di bawah guyuran air sambil menangis.
Beberapa saat telah berlalu. Nasya telah selesai mandi. Tanpa mengeringkan rambutnya terlebih dahulu dia mengambil tiga buah obat yang disimpan di dalam meja nakas. Nasya langsung meminumnya sekaligus kemudian berbaring di tempat tidurnya. Berharap semuanya akan membaik setelah dia bangun tidur.
...****************...
Sementara itu ditempat lain. Juna sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon.
"Hmn…apa kamu sudah mendapatkan informasi dari perusahaan yang mengajukan proposal investasi di negara ini? Ini pertama kalinya kita mencoba berinvestasi disini. Jadi jangan sampai melakukan kesalahan. Aku tidak ingin mengalami kerugian pada tahap pertama."
Juna bicara dengan sikap yang dingin dan juga sangat serius. Dia terus memainkan pulpen ditangannya dengan memutar-mutarnya.
"Anda tidak perlu khawatir, Pak. Saya sudah melakukan penyelidikan seperti yang anda minta. Saya akan kirimkan data lengkapnya melalui email anda."
Seorang pemuda menanggapi Juna dengan sikap yang sopan dan patuh. Dia adalah Wiguna, asisten pribadi dan salah satu orang kepercayaannya yang telah lama bekerja padanya sejak diluar negeri.
"Baiklah, kirimkan datanya segera. Dan kamu, cepat persiapkan penerbanganmu kemari. Aku membutuhkan seseorang yang bisa kupercaya untuk membantuku disini. Biarkan Mike yang menangani semua urusan disana!"
Juna terus memainkan pulpennya, sesekali dia memutar kursi ke kanan dan kekiri sambil menatap keluar jendela.
"Baik, Pak. Akan saya selesaikan semua urusan disini secepatnya. Kemungkinan … Saya baru akan kesana 3 hari lagi. Saya masih harus mengumpulkan informasi perusahaan yang anda minta."
"Baiklah, tidak masalah. Lakukan secepatnya!"
Juna langsung menutup telponnya tanpa basa basi terlebih dahulu. Dia pun beranjak pergi meninggalkan kantornya untuk kembali ke rumah kakeknya.
...****************...
Malam sudah cukup larut saat Juna tiba dirumah. Dia mengira kalau semua orang sudah tidur saat dia tiba. Dia langsung melonggarkan dasinya begitu memasuki rumah yang terlihat gelap di beberapa ruangan.
"Kamu baru pulang?"
Langkah Juna berhenti begitu mendengar suara seseorang. Dia menoleh untuk menghampiri orang itu.
"Ya, banyak pekerjaan yang perlu kuurus dihari pertama. Kenapa anda belum tidur, Kek? Ini sudah larut malam."
Juna menyapa dengan sikap yang formal dan canggung.
"Kita ini keluarga, kenapa kamu selalu bersikap serius dan dingin pada Kakek? Kakek memintamu pindah kemari agar hubungan kita bisa semakin dekat." ujar sang Kakek dengan senyum ketir dibibirnya.
"Maaf, Kek. Aku tidak terbiasa dengan yang namanya keluarga. Aku butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Dan Sepertinya lebih baik aku tinggal di hotel saja. " Juna menanggapi sang kakek dengan sikap dinginnya.
Pak Agung terdiam mendengar ucapan Juna.
"Baiklah, Kakek tidak akan memaksamu. Kakek harap kamu bisa segera membuka hatimu untuk Kakek. Kakek sangat ingin memperbaiki hubungan diantara kita."
Kakek juna menanggapi dengan senyum tipis dibibirnya, namun terlihat ada luka dan rasa kecewa yang terdengar dari suaranya yang lemah. Juna tidak mengatakan apapun untuk menanggapi ucapan kakeknya itu.
"Ini sudah larut malam, Kek. Aku merasa sangat lelah, Kakek juga seharusnya beristirahat lebih awal untuk menjaga kesehatan Kakek. Selamat malam." ujar Juna mengalihkan pembicaraan.
"Ya, selamat malam."
Juna langsung beranjak pergi dari hadapan sang kakek menuju kamarnya. Dia terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun pada kakeknya yang terlihat cukup tua.
Kakek Juna tidak mengatakan apapun untuk menahan cucunya. Dia hanya diam sambil terus menatap punggung sang cucu yang semakin menjauh darinya.
Juna masuk kekamarnya dan wajah kesal. Dia langsung menutup pintu kamar dan melemparkan jas miliknya.
"Keluarga? Sejak kapan kita jadi keluarga? Aku berada disini karena memiliki tujuanku sendiri. Aku tidak sepenuhnya ingin kembali kemari. Lelucon macam apa lagi yang sedang kamu dan anak cucumu mainkan kali ini? Aku sama sekali tidak ingin terlibat dengan permainan keluarga seperti yang kamu katakan. Cukup sampai tujuanku tercapai, maka permainan bodoh ini akan segera berakhir."
Juna terus menggerutu dengan raut wajah penuh kebencian. Sesekali dia menunjukkan senyum mencibir dengan sorot mata yang tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Mmh Azka_Adzkiya
next thor
2024-10-05
0