Kambuhnya Penyakit Nasya

Seperti yang direncanakan sebelumnya. Yudi membawa Juna berkeliling hotel untuk melihat secara langsung bagaimana kondisi hotel saat ini. Mereka berjalan menuju salah satu kamar yang kosong terlebih dahulu untuk melihat keadaannya.

"Apa interior dan fasilitas setiap kamarnya sama?"

Juna bertanya sambil melihat seisi kamar.

"Kita memiliki 4 jenis kamar. Ada standar room, deluxe room, suite room dan presidential suite room. Semua fasilitas sama sesuai jenisnya masing-masing."

Yudi menjelaskan pada Juna mengenai jenis kamar yang tersedia di hotel.

"Aku ingin melihat perbedaan dari setiap jenis kamar."

"Baik Pak."

Yudi dan Juna mulai berkeliling hotel untuk memeriksa setiap jenis kamar berbeda.

"Tadi kita sudah melihat kamar yang standar dengan fasilitas terbatas. Sekarang kita berada di kamar deluxe dengan fasilitas sedikit diatas kamar jenis standar."

Yudi menjelaskan sedikit perbedaan kamar yang dilihat sekarang dengan yang sebelumnya mereka lihat.

Juna tidak berkomentar apapun. Dia hanya melihat-lihat seisi kamar hotel dengan raut wajah datar tanpa ekspresi. Dia sangat teliti saat memeriksa setiap sudut kamar. Terkadang alisnya tampak berkerut saat menemukan sesuatu yang menurutnya tidak sesuai.

"Ayo ke kamar berikutnya!"

Tanpa menunggu tanggapan dari Yudi, Juna langsung berjalan keluar dari kamar. Mereka berjalan menuju kamar lain. Kali ini mereka berada dikamar suite room. Juna kembali memeriksa sekelilingnya dengan seksama.

"Apa kamu tahu standar hotel yang bagus itu seperti apa?"

Juna bertanya pada Yudi tanpa menoleh kearahnya. Dia tetap berkeliling memeriksa setiap sudut kamar sambil menunggu jawaban Yudi.

"Menurut saya … ini sudah sesuai dengan kriteria hotel yang bagus. Hotel kita termasuk kelas bintang 5 dan selalu menjadi incaran wisatawan yang datang ke kota ini."

Yudi menjelaskan pada Juna mengenai pendapatnya tentang hotel itu. Dia terlihat cukup bangga saat menjelaskan tentang pencapaian hotelnya.

"Hotel yang bagus itu tidak hanya tentang barang-barang mahal yang tersedia saja. Desain interior dan fasilitas yang nyaman juga bisa menjadi salah satu kunci untuk menarik minat pengunjung. Contohnya ini, ini kamar suite room. Orang membayar lebih mahal daripada kamar standar room, tapi apa yang akan membuat mereka kembali kemari? Sofa yang dipasang dekat tempat tidur? Atau ini? Seprei yang terlihat seperti bekas digunakan orang lain padahal kamar ini kosong? Apa tidak ada pelatihan karyawan disini?"

Juna bertanya pada Yudi dengan sikapnya yang tegas. Dia ingin menegaskan kalau fasilitas dan desain interior yang dimiliki hotel ini benar-benar berantakan.

Yudi memperhatikan dengan seksama penjelasan dari Juna dan memikirkan pendapat dari atasan barunya itu. Sebelum dia memberikan tanggapannya, Juna sudah kembali bicara.

"Begini saja. Panggil kemari desain interior secepatnya. Aku ingin merenovasi setiap kamar dengan suasana baru."

Juna menatap Yudi saat dia bicara. Sorot matanya terlihat sangat tajam hingga membuat Yudi tidak bisa berkata apapun.

"Baik, Pak. Akan saya panggil secepatnya."

Yudi menanggapi dengan sikap yang sopan.

"Dan satu lagi. Setelah makan siang nanti, kumpulkan perwakilan staf dari beberapa bagian dan juga menu makanan yang disajikan dihotel ini. Saya akan melakukan evaluasi langsung."

"Baik, Pak. "

Juna langsung kembali ke ruangannya setelah dia bicara pada Yudi.

"Pantas saja pak Wilandra mempercayakan hotel ini pada pak Juna, ternyata dia orang yang tegas. Semoga saja pak Juna bisa membawa hotel ini kembali pada kejayaannya." gumam Yudi sambil menatap punggung Juna sebelum dia juga berjalan mengikutinya dari belakang.

...****************...

Jam makan siang, kantor Nasya.

"Sya, ayo pergi! Katanya mau makan bersama?"

Alex menghampiri meja kerja Nasya untuk mengajaknya makan siang bersama.

"Tunggu sebentar ya. Lia sedang memberikan laporannya dulu."

Nasya menanggapi dengan sikap tenang dan sopan.

"Kita tinggalkan saja dia dan pergi makan berdua."

Alex berusaha membujuk Nasya agar mereka bisa makan siang berdua saja tanpa Lia.

"Kita sudah janji akan makan siang dengan Lia. Dia pasti akan kecewa kalau kita meninggalkannya."

Nasya berusaha meyakinkan Alex agar tetap pergi bersama Lia.

"Alah... Dia tidak akan marah. Kalaupun dia marah, paling hanya ngomel sebentar. Jadi ayo kita pergi sekarang saja!"

Alex meraih sebelah tangan Nasya agar dia bisa menariknya pergi. Seketika wajah Nasya berubah pucat dan panik, napasnya menjadi sesak dengan keringat yang mulai bercucuran.

"Sya! Nasya! Kamu kenapa? Apa kamu sakit?"

Alex terlihat khawatir dan panik dengan apa yang terjadi pada Nasya secara tiba-tiba. Dia terus bertanya tanpa melepaskan pegangan tangannya.

Nasya tidak memberikan tanggapan. Dia masih berusaha mengatur napasnya sambil memegangi dadanya dengan sebelah tangan.

"Sya! Nasya!"

Panggil Alex lagi yang masih tidak mendapatkan tanggapan dari Nasya.

Tak lama Lia keluar dari ruangan bosnya dengan membawa sebuah dokumen ditangannya. Matanya membelalak dengan dahi berkerut.

"Nasya? Kenapa dia seperti itu?" gumam Lia yang melihat Nasya sedang memegangi dadanya dengan raut wajah pucat. Dia pun bergegas menghampiri Nasya dan Alex.

"Nasya? Lex, apa yang terjadi pada Nasya?" tanya Lia yang terlihat panik.

"Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba saja dia seperti ini."

Alex menjawab sambil menggelengkan kepala dan mengangkat kedua bahunya secara bersamaan.

"O-bat" gumam Nasya dengan suara yang lemah.

Samar-samar Lia mendengar Nasya bicara. Diapun lebih mendekatkan telinganya pada Nasya untuk mendengar lebih jelas apa yang dikatakannya.

"To-long o-bat-ku" ujar Nasya lagi sambil menunjuk kearah tasnya.

Lia dengan cepat membuka tas Nasya dan mencari obat yang dia maksud. Setelah mencari akhirnya Lia menemukan sebotol kecil obat dalam tas Nasya.

"Ini?" tanya Lia memastikan.

Nasya mengangguk perlahan dan meminta Lia untuk mengambilkan obat itu. Lia pun mengerti dan mengeluarkan satu butir obat dari botol, lalu mengambilkan Nasya air putih yang memang sudah tersedia diatas mejanya. Perlahan Lia membantu Nasya meminum obat dan membiarkan Nasya mengatur napasnya.

"Sini. Duduk dulu."

Lia membantu Nasya duduk dengan hati-hati. Sementara Alex masih berdiri disana dengan wajah khawatir setelah melihat kondisi Nasya.

"Apa kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Alex pada Nasya dengan nada bicara yang lembut.

"Jangan dekat-dekat. Biarkan Nasya tenang dulu!" Lia menarik tangan Alex agar sedikit menjauh dari Nasya.

"Aku kan cuma khawatir. Apa salahnya?"

Alex sedikit tidak terima dengan perlakuan Lia padanya.

"Iya, aku tahu. Tapi jika kamu terlalu dekat, maka akan sulit bagi Nasya untuk mendapatkan oksigen."

Lia sedikit memberikan alasan pada Alex agar menjauh dari Nasya.

"Aku sudah tidak papa. Terima kasih." Nasya kini sudah mulai tenang dan napasnya kembali teratur. Dia bicara sambil sedikit menunjukkan senyumannya.

"Kamu yakin?" tanya Lia memastikan. Nasya hanya menganggukkan kepalanya memberikan tanggapan.

"Apa kita jadi makan siang diluar?" Alex kembali bertanya untuk memastikan rencana mereka.

"Kamu ini! Kamu tidak lihat kondisi Nasya sekarang, hah?!" Lia bicara sambil melayangkan pukulan pada tangan Alex.

"Aduh! Sakit! Aku kan hanya bertanya saja." Alex menanggapi sambil mengusap tangannya yang dipukul Lia barusan.

"Kalian bisa pergi berdua saja." ujar Nasya menengahi Lia dan Alex.

"Tidak mau! Aku menyiapkan voucher ini agar bisa makan siang denganmu. Kenapa jadinya harus sama dia?" Alex yang tidak ingin rencana awalnya gagal bicara dengan nada sinis pada Lia.

"Tapi kan kondisi Nasya sedang tidak baik. Bagiamana bisa kamu tetap ingin makan siang diluar dengannya?!"

Lia meninggikan suaranya pada Alex karena kesal.

"Sekarang Nasya sudah lebih baik. Lagipula restorannya dekat sini!" Alex pun bersikeras untuk pergi bersama Nasya.

"Kamu ini..."

"Sudah-sudah jangan bertengkar. Baiklah kita makan diluar."

Melihat perdebatan Alex dan Lia, Nasya pun setuju melanjutkan rencana mereka.

"Apa kamu yakin?" tanya Lia khawatir.

"Iya. Aku sudah tidak papa. Ayo pergi sekarang sebelum waktu makan siang kita habis!"

Lia pun menggandeng tangan Nasya untuk membantunya berjalan.

"Biar aku bantu!" ujar Alex yang hendak meraih kembali tangan Nasya.

"Tidak perlu. Biar Lia saja yang membantuku."

Dengan cepat Nasya menarik tangannya agar tidak lagi disentuh oleh Alex. Mereka pun berjalan keluar ruangan dengan raut wajah Alex yang sedikit kecewa karena tidak bisa menggandeng tangan Nasya.

Terpopuler

Comments

Dartihuti

Dartihuti

Nyimak dulu...tp bagus,kebalikan yg sering q baca" novel cowok anti cewek ini cewek anti cowok...

2024-11-02

1

Nayi Siti

Nayi Siti

baru baca ada cwe kalau disentuh cwo lngsung sesak, biasa y kalau aku baca kebanyakan yg cwo y kalau dsentuh cwe lngsung sesak atau alergi,
the best pokok y Thor, Semngatt

2024-10-02

2

Warijah Warijah

Warijah Warijah

Good job Arjuna, pasti bnyk parasit dihotel itu,
Hadeeuh Alex² usaha untuk deketin Nasya malah Lia yg comel 🤣🤣🤣🤣

2024-10-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!