“Sister clara akhirnya kamu pulang juga.”
“Sister tolong berhentiin kak hikaru dan kak sylvi dong daritadi mereka nga berhenti-berhenti mesra-mesraan.”
Eh mesra-mesraan?
“Oh clara akhirnya kamu pulang juga, mari kita sudahi lari-larian nya hikaru.”
“Iya.”
“Athe-”
‘Panggil aku sylvi didepan hikaru jangan panggil aku dengan nama asli ku.’
‘Ba-baik sylvi-sama.’
“Nah hikaru kenalin namanya clara dia adalah orang yang menjaga rumah panti ini oh iya seharusnya kan ada clarissa juga dimana dia clara?”
“Clarissa dia saat ini sedang sakit.”
“Oh lalu siapa orang disebelah mu ini?”
“Oh dia ya maaf aku lupa memperkenalkan nya ke kalian perkenalkan namanya adalah—”
Tepat sebelum aku menyelesaikan perkataan ku nona alpha tiba-tiba saja langsung berjalan menghampiri laki-laki tersebut.
“Hikaru.”
“Kamu kenal dia hikaru?”
“Eh entah lah suaranya terdengar familiar ditelinga ku tapi kalo mukanya tidak terlihat seperti ini mana kutahu dia siapa?”
“Ah maaf aku belom membuka topeng ku, sekarang apakah kamu sudah mengenal ku hikaru?”
Muka ini kan.... argh kepala ku sakit sekali apa-apaan ini arghh
—“Ibu.”
—“Iya kenapa hikaru?”
—“Kenapa aku tidak mempunyai adik?”
—“Ah maaf ya ibu sudah tua jadi tidak bisa lagi mempunyai dedek bayi emangnya kenapa tumben kamu nanya soal itu? apa jangan bilang kamu merasakan kesepian?”
—“Iya betul tebakan ibu aku merasa kesepian aku sudah tidak mempunyai teman satupun bahkan sekarang ayah juga menghilang seperti ini.”
—“Kamu kan tidak sendirian hikaru ada ibu yang selalu bersama mu.”
—“Iya tapi. Kan aku pengen main dengan anak lain seperti via.”
—“Oh kalo begitu kenapa kamu tidak coba keluar rumah saja siapa tahu dengan kamu keluar rumah kamu bisa mendapatkan teman.”
—maafkan ibu hikaru kamu jadi tidak bisa merasakan hidup seperti anak pada umumnya.
—“Baiklah kalo gitu aku izin keluar ya bu.”
—“Iya gih.”
—“Yasudah kalo gitu dadah ibu.”
—“Dadah juga nak hati mainnya ya.”
—“Iya bu.”
—setelah itu aku pun akhirnya keluar rumah untuk mencari teman seperti yang ibu bilang tapi maen sama siapa sepi gini lapangan juga sepi si L juga pasti sudah tidur siang dia jam segini.
—“Hiks.”
—Huh suara orang menangis? siapa dan darimana asal suara itu?
—Setelah itu aku memutuskan untuk mengikuti jejak dari suara tangisan tersebut dan setelah aku mengikuti jejak nya benar saja ada dua anak perempuan yang sedang duduk ditengah panggung.
—“Kalian berdua kenapa menangis?”
—“Hiks?.”
—Hah jangan bilang mereka tidak bisa berbicara kalo kayak gini gimana aku mau tau alasan mereka menangis. apa jangan-jangan mereka berdua lapar ya ehmm dikantong ku ada duit pemberian dari ibu sih tapi tersisa sedikit ah ngapain sih aku ini pake mikir segala udah jelas aku harus nolongin mereka.
—“Kalian berdua tunggu sini ya jangan menangis lagi tunggu aku ingin pergi membeli sesuatu untuk kalian.”
—““?””
—Setelah itu aku langsung pergi menuju warung dan segera membeli dua buah roti beserta minuman nya setelah aku selesai membeli makanan dan minuman untuk mereka berdua akupun bergegas kembali.
—“Maaf kalian menunggu lama ya, ini aku belikan makan untuk kalian berdua.”
—““?””
—“Makanlah kalian pasti lapar kan aku tahu kok rasanya kelaparan gimana jadi makan ya roti itu maaf kau tidak bisa membelikan kalian yang lebih dari ini tapi kuharap kalian mau memakannya.”
—“Hap..... hap,hap.”
—“Hap, hap, hap.”
—“Hei makannya pelan-pelan saja jangan terburu-buru seperti ini jika tidak kalian tersedak loh.”
—“Ehm.”
—Setelah itu mereka langsung menghabiskan roti dan minuman yang tadi kubeli.
—“Ma, makasih.”
—“Ehm, makasih.”
—Oh mereka berdua bisa berbicara ya syukur lah kalau begitu aku bisa menanyakan tentang mereka.
—“Hei kalian sedang apa disini.”
—“Aku dan adiku kami berdua tersesat didunia.”
—Hah dunia ini? haha mereka ini lucu sekali bercanda nya.
—“Memang nya kedua orang tua kalian kemana?”
—“Itu kami berdua juga tidak tahu.”
—“Jadi kalian berdua ini anak yatim piatu ya, lalu siapa nama kalian?”
—“Yatim piatu itu apa? dan juga kami berdua tidak memiliki nama.”
—“Wah orang tua kalian lebih parah ya ketimbang ayah ku.”
—“Emangnya ayah mu kenapa?”
—“Ayahku dia yang terburuk dari semua orang yang aku kenal.”
—“Ayah yang terburuk?”
—“Ayah yang terburuk?”
—“Iya dari semasa aku balita, ayah ku tidak pernah sekalipun membela ibuku.”
—“Emang nya ibumu kenapa sampe harus dibela?”
—“Ibuku..... dia dari aku balita selalu difitnah oleh keluarga ayah ku, bahkan sampai diusir dari rumah keluarga ayahku bahkan ketika aku hampir mati saja oleh perbuatan keluarga ayah ku sendiri dia masih saja tidak membela diriku dan ibuku malahan yang selalu menemani diriku ketika aku masuk ke ruang ICU, hanya ibuku yang peduli padaku.”
—“Memang nya apa yang membuat mu masuk ke ruang ICU?”
—“Ah waktu aku balita aku pernah dikasih kopi dan juga teh botolan yang mengandung gula sangat tinggi dan itu tidak baik untuk anak balita jika anak balita minum itu badannya bisa-bisa kejang dan yang lebih parah nya lagi bisa mati.”
—{“Kakak anak laki-laki ini sepertinya lebih menderita dari kita.”}
—{“Iya aku juga berpikir seperti itu, terlahir dari orang tua yang sangat tidak baik dan dia dari keluarga yang bisa terbilang biasa saja walaupun begitu anak laki-laki ini dia tetap lebih memilih menolong kita walau dia sendiri juga sedang kelaparan saat ini.”}
—{“Jadi apakah kakak mau menolong anak ini kembali?”}
—{“tentu saja adikku memang kapan aku tidak pernah membalas budi orang yang telah menyelamatkan kita.”}
—Mereka berdua ini kenapa? daritadi hanya saling memandang dan diam saja apakah mereka ini sedang sakit?
—“Ne..... bolehkah aku bertanya apa yang sedang kamu lakukan diluar sini?”
—“Ah. Kalo itu aku cuman sedang mencari teman untuk aku ajak bermain karena aku bosan berada dirumah.”
—“Kalau begitu ayo akan kami temani kamu bermain.”
—“Benarkah?”
—“Iya aku dan adiku akan menemani mu bermain.”
—“Yey akhirnya aku dapat teman untuk bermain.”
—Ehm kenapa hati ku cenat cenut seperti ini ketika melihat nya tersenyum seperti itu.
—{“kakak kenapa?”}
—{“Tidak apa-apa kok hanya saja ketika aku melihat senyuman dari anak laki-laki itu hati ku jadi cenat cenut kayak gini.”}
—{“Ah, kalo itu bukan doang yang ngerasain aku juga sama.”}
—{“Eh kamu juga merasakannya?”}
—{“Iya hati ku cenat cenut seperti ini ketika aku melihat senyuman dari anak laki-laki itu seakan-akan diriku ini juga ikut merasakan kebahagiaan yang dialami oleh anak itu.’
—{“Begitu ya.”}
—“Hei jangan diem sambil saling memandang kayak gitu dong.”
—“Ah maaf.”
—“Kenapa kamu minta maaf toh kamu nga salah ngapain minta maaf ingat ya kalian berdua jangan pernah meminta maaf ketika bukan kalian yang salah.”
—“Baik kami mengerti, lalu kami harus memanggil mu apa?”
—“Panggil aku hikaru karena nama ku hikaru Sawada.”
—“Baik hikaru.”
—“Ehmmm, oh iya kalo gitu aku panggil kalian apa dong kalian kan nga punya nama apakah kalian bersedia jika aku yang memberi kalian nama?”
—“Memberi kami nama boleh saja betulkan adiku?”
—“Ehm aku nga masalah kok dengan itu.”
—“Baiklah kalo gitu berikan aku waktu sebentar untuk ku memikirkan nama buat kalian ya.”
—“Iya.”
—“Silahkan saja hikaru waktu kami berdua juga banyak kok.”
—“Baik kalo gitu aku permisi sebentar aku butuh duduk untuk bisa memikirkan nama yang bagus untuk kalian.”
—“Iya.”
—Setelah itu aku duduk diantara mereka berdua dan terdiam untuk sementara.
—hmmm.... nama apa yang bagus untuk mereka ya, yang satu memiliki muka sedingin es tapi hati yang hangat yang satu lagi memiliki muka ceria hmmm..... oh iya ku berikan nama itu saja ya kan memang mereka berdua sama dengan karakter anime yang kusuka.
—“Jadi gimana hikaru?”
—“Ya aku sudah ketemu nama yang cocok untuk kalian, untuk mu namamu adalah alpha alpha omega.”
—“Alpha omega?”
—“Ya alpha omega yang memiliki arti yaitu akhir dari segalanya dan adikmu akan bernama omega alpha yang memiliki arti awal dari segalanya karena kalian kakak beradik jadi nama itu akan saling melengkapi kalian.”
—“Nama yang indah, baik kami akan menerima nama darimu hikaru panggil diriku sekarang alpha ya.”
—“Ehm panggil aku omega juga hikaru.”
—“Iya, sudah pasti aku akan memanggil kalian itu jadi ayo kita main kejar-kejaran.”
—Dan saat itulah pertama kalinya dalam hidup ku, aku bermain dengan anak yang se usia ku semuanya kulakukan dengan mereka sampai langit pun hampir gelap.
—“Alpha omega kayaknya kita main sampai sini saja karena aku harus pulang kerumah ku jika tidak ibuku pasti akan khawatir.”
—“.....”
—Ehm kakak kenapa terdiam seperti ini?
—“Alpha?”
—“Aku....”
—“Kamu kenapa alpha?”
—“Aku tidak mau berpisah dengan mu hikaru hiks.”
—Kakak kenapa kamu jadi seperti ini.
—“Jika... jika kita berpisah kita tidak bisa bertemu lagi.”
—“Hah sudahlah jangan menangis seperti itu alpha kita pasti bakal ketemu lagi kok ya jadi tenang aja jangan menangis seperti ini kamu kan kakak yang kuat untuk adik mu alpha.”
—“Gak hiks, gak mau aku nga mau pisah sama kamu.”
—Secara mengagetkan alpha tiba-tiba memeluk ku seperti dia tidak mau berpisah dengan ku aduh jangan gitu dong alpha kalo kamu gini kan aku nya yang jadi nga tegaan ehmmmm apa harus kulakukan apa mereka berdua kuajak saja ya ke rumah ku? tapi apakah mereka berdua diterima oleh ibuku? rumah ku kecil dan juga tidak memiliki kamar yang banyak, kamar yang kugunakan saja harus berdua dengan ibuku ya kalau ayah ku sedang seperti ini sih biasanya aku yang menempati tempat ayah ku untuk tidur itupun tempat yang ayah ku pakai juga cuman bermodal bantal dan guling saja.
—“Yasudah jangan menangis ok aku akan bawa kalian berdua kerumah ku kalian juga nga ada tempat untuk berlindung kan.”
—“Kamu yakin hikaru?”
—“Iya ayo jalan omega rumah ku tidak jauh dari sini lagipula nampaknya alpha juga tidak mau berpisah dengan ku lihat pelukan nya saja erat sekali.”
—“O-ok maaf kalo kami berdua merepotkan ya hikaru, kakak udah berhenti menangis dan memeluk hikaru kayak gitu kita bakal kerumah hikaru jadi jangan kayak gini lagi ya.”
—“Ehm.”
—wah alpha ternyata bisa ingusan juga hehe, untung di kantong ku ada tisu.
—“Alpha kesini kan muka mu.”
—“Ehm.”
—setelah itu aku mengelap bekas air mata nya alpha dan juga ingus nya.
—“Nah kalo kamu nga nangis kan cantik gini muka mu dah ayo kerumah ku.”
—“Ehm.”
—{“Kakak pasti tadi pas kamu dipuji cantik oleh hikaru hati dan jantung mu cenat cenut kan.”}
—{“I-iya.”}
—{“Buuu aku iri dengan kakak bisa dipuji oleh hikaru seperti itu.”}
—Setelah itu kami bertiga berjalan menuju rumah ku ya sebenarnya jarak rumah ku dan panggung tidak jauh cuman membutuhkan waktu 5 menit untuk sampai kerumah ku dan semoga saja mereka berdua diterima oleh ibuku.
—“Hikaru rumah yang itukah?”
—“Bukan rumah ku bukan yang itu melainkan yang itu.”
—“Oh kakak lihat kita udah mau sampai dirumah nya hikaru.”
—“Ehm.”
—Heh jadi gini ya kakak kalo dah menemukan orang yang dia sayang uh sungguh merepotkan dan juga bikin aku iri kakak dengan enaknya bergandengan tangan dengan hikaru sementara aku mengikuti kalian dari samping huu bikin aku iriiii.
—Hehe bergandengan tangan dengan hikaru seperti ini ternyata lebih baik ketimbang bergandengan dengan adik ku sendiri.
—Mereka berdua kenapa? alpha daritadi cuman cengar-cengir kayak gini sementara omega dia terlihat seperti kucing yang ingin menerkam mangsanya.
—“Nah kita telah sampai oh iya kumohon tolong rahasia kan ya soal yang tadi aku bilang tentang ayahku, setidaknya jangan berbicara tentang ayahku didepan ibuku ya janji.”
—““Ehm kami berjanji.””
—“Baiklah kalau begitu biarkan aku masuk terlebih dahulu ya aku perlu izin ibuku dulu.”
—“Ehm.”
—Setelah itu aku masuk kedalam rumah ku dan langsung menghampiri ibuku.
—“Ibu aku pulang.”
—“Eh anak ibu udah pulang gimana main nya kamu ketemu teman baru kan?”
—“Iya tapi ibu aku ingin meminta izin mu.”
—“Izin ibu? Untuk apa?”
—“Ibu bolehkan teman ku untuk menginap disini selamanya?”
—“Eh maksudnya?”
—“Jadi gini bu.”
—setelah itu akupun menceritakan seluruh kejadian yang terjadi hari ini kepada ibu.
—“Jadi gitu bu boleh kan mereka menginap disini selamanya? kan itung-itung ibu jadi dapat anak perempuan dan juga ada yang membantu ibu dirumah ketika aku sedang tidak berada dirumah.”
—“Ya ibu sih tidak masalah tapi mereka nya mau tidak?”
—“Tentu saja mereka mau bu sebentar akan aku bawa masuk mereka berdua.”
—Setelah itu aku keluar dari dalam rumah dan menjemput mereka berdua untuk masuk dan bertemu ibu.
—“Se-selamat malam.”
—“Selamat malam.”
—“Tidak perlu pake malu-malu segala anggap aja rumah sendiri.”
—“Ehm.”
—“Oh jadi mereka yang kamu bilang hikaru?”
—“Iya mereka berdua cantik kan seperti yang kuceritakan sama ibu sebelumnya.”
—““Fhuee.”” >_<
—“Lah kalian berdua kenapa? kalian baik-baik saja kan kenapa muka kalian berdua memerah seperti itu?”
—~Ara ternyata anak ku bisa juga ya memuji perempuan seperti itu ya hehe memang seperti ayahnya tapi versi yang lebih baik.
—“Ibu mereka berdua tampaknya sakit padahal tadi pas sedang bermain bersama ku muka mereka tidak memerah seperti ini.”
—“Mereka bukan sakit hikaru tapi mereka malu dipuji cantik seperti itu oleh mu.”
—“Eh kenapa memang nya? kan memang kenyataan nya mereka berdua cantik kan apa salah nya omongan ku bu?”
—“Sudah hentikan jangan memuji mereka seperti itu lagi nanti bisa-bisa mereka pingsan karena pujian mu itu.”
—“Dengan hanya pujian bisa bikin orang pingsan? aku nga paham maksud dari perkataan ibu?”
—“Nanti jika kamu sudah besar juga kamu bakal tahu kok.”
—“Oh ok yasudah kalo gitu aku pergi ke depan dulu ya ibu karena aku ingin menonton tv.”
—“Iya gih sana.”
—“Baiklah kalo gitu aku titip mereka ke ibu ya.”
—“Iya.”
—Setelah itu aku meninggalkan mereka berdua dengan ibu dikamar daripada aku gabut dengerin mereka ngobrol ya kan mendingan aku nonton tv.
—“Nah karena sekarang hikaru telah pergi bagaimana jika kita mulai percakapan kita dengan kalian memanggil diriku dulu perkenalkan nama ku ruri dan aku adalah ibu dari hikaru salam kenal ya kalian berdua.”
—“E-ehm salam kenal j-juga.”
—“Lalu ka-kami harus memanggil mu—”
—“Panggil aku ibu saja sama seperti hikaru memanggil ku ok jangan gugup seperti itu.
—“Ba-baik ibu.”
—“Baik ibu dimengerti, kakak jangan gugup seperti dong didepan ibunya hikaru kan jadi malu tahu.”
—“Ma-maaf aku baru pertama kali masuk ke ru-rumah laki-laki.”
—Haha mereka berdua ini lucu sekali.
—“I-ibu.”
—“Iya betul begitu panggil aku seterusnya begitu ya kalian berdua.”
—“Ehm tentu saja ibu.”
—“Lalu siapa nama kalian?”
—“Nama ku alpha ibu dan dia adalah adikku bernama omega.”
—Hah hikaru kamu kenapa memberi mereka nama yang jelek seperti itu sih.
—“Ne kalian berdua bolehkah ibu memberi nama kalian lagi? karena nama dari hikaru jelek sekali.”
—“Tidak bu tidak perlu kami tidak perlu nama lain.”
—“He.. tapi kalo gitu aku susah ngapalin nama kalian boleh ya aku kasih nama ke kalian lagi.”
—“Tapi.”
—“gapapa nanti ibu yang akan menjelaskan nya kepada hikaru.”
—“Ba-baiklah sesuai keinginan ibu saja.”
—“Nah gitu dong kalo gitu kamu tadinya bernama alpha kan?“
—“Iya lalu kenapa bu?”
—“Bagaimana jika namamu berubah menjadi evelyn?”
—“Ya terserah pada ibu saja.”
—“Eh tapi kamu menyukai namanya tidak?”
—“Iya aku menyukai nya walaupun aku tidak sesuka ketika hikaru yang memberi nama.”
—Hikaru apa yang udah kamu lakuin ke anak ini sampe-sampe nama pemberian darimu dibilang lebih bagus huh ibu iri dengan kamu hikaru disukai oleh anak perempuan yang cantik seperti ini.
—“Yasudahlah ibu anggap kamu menyukai nya lalu untuk adikmu dari yang tadinya bernama omega bagaimana jika menjadi evangel?”
—“Evangel ya hmm nama yang tidak buruk juga ibu.”
—“Ehm karena sekarang urusan kalian dan aku sudah selesai gih samperin hikaru kedepan dia lagi nonton tv.”
—“Berarti kita berdua.”
—“Iya kalian ibu terima tinggal disini soal urusan pakaian kalian bisa pakai baju bekas ibu kecil dulu.”
—“Haa. terima kasih banyak ibu.”
—“Iya sama-sama kamu nga mau nyamperin kakak mu evangel?”
—“Eh samperin kakak ku? emang dia ke ma—”
—haa dia langsung menghilang begitu aja dasar kakak kau iniiii.
—“Maafkan kakak ku ibu karena tidak sopan langsung menghilang begitu aja.”
—“Haha santai aja kakak mu itu seperti dia memang sudah jatuh cinta ya dengan anak ku itu.”
—“Memang bu tapi bukan hanya kakak seorang saja yang jatuh cinta aku sendiri juga jatuh cinta dengan hikaru anak ibu itu sama seperti kakak, kalo gitu aku permisi terlebih dahulu.”
—“Iya silahkan.”
—Eh.... Haaaaa dasarrr hikaruuu apa yang kamu lakukan kepada dua anak perempuan ituuu sampe-sampe jatuh cinta ke kamu semua apa kamu mau mengikuti jejak ayahmu itu apa hahhhh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
kapikaaaa
aduhaii🗿
2025-02-25
1