SILVANA
Silvana gadis cantik dan ceria yang tinggal di panti asuhan sejak bayi, ia tidak tahu sebenarnya orangtuanya masih hidup atau sebaliknya. ibu panti hanya menemukannya di depan pintu dengan sepucuk surat yang tertulis "Tolong rawat dia dan beri nama Silvana". ibu panti yang bernama Martha itu memang sudah merawat Silvana hingga dewasa tapi Martha merawatnya dengan kekerasan dan bahkan Silvana diberi makan hanya satu kali dalam sehari.
Silvana tumbuh tanpa kasih sayang orangtua dan ibu panti yang ia harapkan menjadi orangtua penggantinya itu justru malah menorehkan luka pada dirinya, setiap hari Silvana harus membersihkan seluruh panti seorang diri, mencuci baju seluruh penghuni panti dan memasak itu semua Silvana lakukan dengan ikhlas, tapi tidak pernah sekalipun ia mendapat ucapan terimakasih atau bahkan mendapat perlakuan baik, itu semua tidak pernah Silvana dapatkan. Martha selalu menyalahkan Silvana tentang semua hal yang bahkan bukan kesalahan Silvana. tapi, ada satu orang yang baik kepada Silvana, yaitu bu Ayu. bu Ayu juga seorang pengurus panti tapi berbeda dengan Martha, bu Ayu selalu menjadi pembela disaat Silvana di saat Martha menyiksanya.
"Silvana, jangan menangis lagi ya" Ayu berusaha menenangkan Silvana yang sedang menangis karena perlakuan Martha.
"Aku tidak menangis" Silvana mengusap air matanya.
Sudah 25 tahun Silvana mendapat perlakuan jahat dari Martha, bahkan hampir setiap hari ia menangis.
"Aku tau kamu sudah terbiasa dengan perlakuan Martha tapi rasanya tetap sama, kamu pasti sakit hati dan berujung menangis"
"Aku hanya lelah, bu. aku tidak ingin menangis lagi, tapi air mata ini mengalir sendiri" Silvana mengusap kasar pipinya, ia merasa kesal karena selalu menangis.
"Ibu tau Silvana, sini peluk ibu" Ayu memeluk Silvana, hanya Ayu yang mau menemani dan mengajak Silvana bicara, yang lain tidak berani dekat dengan Silvana karena takut akan dibenci juga oleh Martha.
Sebenarnya bukan tanpa sebab Martha membenci Silvana, alasannya adalah karena sejak Silvana kecil sangat banyak orang yang ingin mengadopsinya, karena sejak Silvana kecil ia sudah cantik, kulitnya putih, rambutnya hitam dan panjang, hidungnya mancung, bibirnya mungil merah muda, dan bola matanya berwarna hazel. ia benar-benar gadis kecil yang sangat cantik, tapi Silvana selalu menolak jika ada yang ingin mengadopsi dirinya. Silvana sudah pernah di adopsi oleh pasangan suami istri yang kaya raya dan Martha mendapat banyak uang dari pasangan tersebut, tapi Silvana tidak mau di adopsi lalu Martha terus memaksa dan memukulinya. akhirnya dengan berat hati Silvana menyetujui dan pergi bersama pasangan suami istri tersebut. selama di tempat tinggal barunya, Silvana terus menerus menangis ingin kembali ke panti, padahal disana Silvana tidak kekurangan apapun, bahkan kasih sayang yang diberikan untuknya pun sangat tulus. pasangan suami istri tersebut sangat menyayangi Silvana, tapi Silvana tetap ingin kembali ke panti.
Setiap hari Silvana kecil selalu menangis dan meminta kembali ke panti pada orangtuanya angkatnya. orangtua angkatnya selalu mencoba membujuk Silvana dengan mainan-mainan yang bagus dan banyak. tetapi tetap saja Silvana ingin kembali ke panti asuhan.
Sampai pada akhirnya orangtua angkatnya hilang kesabaran dan mengembalikan Silvana ke panti asuhan, tak lupa mereka juga meminta kembali uang yang di berikan kepada Martha sebagai alat tukar Silvana. hal itulah yang membuat Martha membenci Silvana, karena sampai saat ini Silvana tidak ingin meninggalkan panti ini, padahal Martha sering menyiksanya agar Silvana tidak betah di panti ini. tapi usaha Martha sia-sia, Silvana terus bertahan sampai sekarang walaupun hari-harinya di isi oleh penderitaan dan tangisan.
Silvana sendiri punya alasan kenapa ia ingin tetap berada di panti asuhan ini, bahkan dengan semua perlakuan buruk Martha ia tetap bertahan. alasannya adalah ia menunggu orangtua kandungnya datang, ia punya keyakinan bahwa orangtua kandungnya masih hidup dan akan menjemputnya ke panti asuhan ini. ia berpikir, jika ia pergi nanti orangtua kandungnya mencarinya? maka dari itu ia akan tetap menunggu orangtua kandungnya walaupun Martha selalu berkata bahwa penantiannya sia-sia, Martha selalu berkata bahwa orangtua kandungnya sudah meninggal dunia, itu semua Martha lakukan agar Silvana pergi dari panti. tapi apapun yang Martha katakan, tidak sekalipun membuat pertahanan Silvana goyah, ia ingin terus menunggu orangtuanya walaupun setiap hari mendapat siksaan.
"Silvana, kamu berhak bahagia" ucap Ayu.
"Maksud ibu apa bicara seperti itu?" tanya Silvana.
"Carilah kebahagiaanku sendiri, nak. pergilah dari sini dan pergi dari semua penderitaan yang kamu rasakan" jawab Ayu bersusah payah menahan air mata.
"Apa ibu mengusirku?" Silvana menoleh.
"Bukan seperti itu, ibu menyayangi Silvana seperti anak ibu sendiri. ibu hanya ingin Silvana bahagia, mau sampai kapan kamu bertahan dengan segala penderitaan yang Martha berikan? ibu takut, nak"
"Takut apa bu?"
"Ibu takut Martha bertindak lebih jauh lagi, karena ibu tau kalau Martha adalah orang yang kejam jika sudah benci pada seseorang" Ayu menatap Silvana.
"Tapi aku bisa bertahan sampai saat ini, bu. aku sudah sangat terbiasa dengan perlakuan bu Martha padaku. aku tidak akan pergi kemana pun, aku akan tetap menunggu orangtuaku datang"
"Jangan keras kepala, Silvana. pergilah selagi masih bisa, dan carilah kebahagiaanmu, nak. kamu berhak bahagia"
"Aku tidak akan pergi, bu. aku akan tetap disini bersama ibu dan aku bisa bertahan sebentar lagi. aku yakin, orangtuaku akan datang secepatnya" Silvana memeluk Ayu.
"Silvana, hiks hiks hiks" Ayu menangisi keputusan Silvana, ia hanya takut jika keputusan yang Silvana ambil adalah keputusan yang salah.
"Jangan menangis, bu. selama masih ada ibu yang melindungi aku, tidak akan terjadi apa-apa padaku"
"Ibu selalu berdoa agar kamu segera mendapat kebahagiaan yang tiada tara, dan segera terlepas dari segala penderitaan"
"Iya bu, terimakasih sudah hadir dan mau melindungi aku"
Silvana melanjutkan pekerjaannya membersihkan panti dan Ayu pun melakukan hal yang sama.
"SILVANAAAA" Martha berteriak.
"Ada apa, bu?"
"Kenapa belum masak, hah? sudah siang belum ada apa-apa di meja!" Martha menjambak rambut Silvana.
"Akhh... a-aku bingung harus memasak apa bu, karena bahan-bahan persediaan sudah habis"
"Kenapa malah diam saja? cepat sana pergi ke pasar!" Martha melepaskan rambut Silvana dengan kasar.
"Tapi aku tidak punya uang, bu"
"Tidak berguna, sejak kecil sampai sekarang kamu memang tidak berguna, Silvana!"
"Aku sudah berusaha agar aku berguna, bu"
"Sia-sia aku membesarkanmu!"
Silvana hanya diam saja, sudah biasa ia mendapatkan makian dan kata-kata kasar dari Martha.
"Cepat pergi ke pasar dan beli apapun yang bisa dimasak!"
"Aku tidak punya uang, bu. dengan apa aku membelinya"
"Jual saja ginjalmu, buat hidupmu sedikit berguna!"
Silvana terkejut dengan ucapan Martha barusan, baru kali ini Martha menyuruhnya dengan hal yang gila.
"Kenapa masih diam? cepat, pergi ke pasar!"
Dengan bingung, Silvana melangkahkan kakinya menuju pasar, walaupun ia tidak tahu harus membeli bahan masakan dengan apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments