chapter 3. Silvana terus memohon

Silvana kembali menangis sembari memegangi kalung liontin pemberian orang tuanya, ia sangat ingin bertemu dengan orang tuanya walaupun hanya dalam mimpi. ia sangat ingin melihat wajah ayah dan ibunya, kadang Silvana tersenyum sendiri saat membayangkan pertemuan dirinya dan orang tuanya, pasti bahagia sekali. orang tuanya juga pasti sangat menyayangi dirinya, tidak seperti Martha yang terus menyiksa dan seringkali berkata-kata kasar padanya.

Semalam, Silvana tertidur dengan mata yang basah karena air mata. kalung liontin itu berada di atas dada Silvana, ia membayangkan bahwa kalung itu adalah ibunya yang sedang memeluk dirinya ketika tidur.

Benar saja Silvana mimpi bertemu dengan orang tuanya. di mimpi tersebut, orang tuanya terus memanggil dirinya dan menyuruhnya untuk segera keluar dari dalam rumah yang sudah rusak dan hampir rubuh, tapi Silvana tidak mendengarkannya dan malah balik memanggil ayah dan ibunya agar menghampiri dirinya.

-Dalam mimpi semalam-

"Silvana, kemarilah. jangan berada disana, rumah itu akan rubuh dan kamu bisa terluka, nak" ucap ibu Silvana dalam mimpi.

"Ayah, ibu, ayo kesini jemput aku. aku juga tidak ingin disini, ayo bu jemput aku. bawa aku pergi"

"Pergi, Silvana. jangan disana" ucap ayah Silvana dalam mimpi.

"Aku tidak akan pergi sebelum kalian menjemputku. ayah, ibu, kemarilah. aku sudah lama menunggu" pinta Silvana dalam mimpi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Tanpa menjawab, ayah dan ibu Silvana justru membalikkan badannya dan meninggalkan Silvana seorang diri yang terus berteriak memanggilnya.

"Ayah dan ibu mau kemana? kenapa tidak membawaku, dan kenapa tidak menjemputku disini" Silvana terus berteriak dalam mimpinya.

*****

Pagi harinya...

"Ayah....ibu...." teriaknya di pagi hari.

Byurrr......

Martha menyiram Silvana dengan segayung air dingin.

"Bermimpi tentang orangtuamu lagi, hah?" tanya Martha dengan nada tinggi.

Silvana pun langsung terbangun karena air yang Martha siramkan.

"Ayah, ibu" Silvana terbangun sembari menatap sekeliling seolah mencari keberadaan orang tuanya.

"Hahaha, ayah dan ibu? orang tuamu sudah mati, jika ingin bertemu, maka segeralah mati menyusul mereka"

"Orangtuaku masih hidup dan sebentar lagi akan menjemputku kesini!"

"Apa kamu masih bermimpi? bangunlah, kenyataan pahit sudah menunggumu!" Martha menjambak rambut Silvana.

"A-ahhss, sakit"

"Cepat bangun dan segera mandi, aku ada tugas untukmu!"

"Tugas apa? apa ibu menyuruhku pergi ke pasar lagi?"

"Kamu akan segera mengetahuinya, nanti. cepat lakukan perintahku!"

"Tolong jangan usir aku dari sini, aku sudah sangat membantumu dan menuruti semua perintahmu"

"Aku tidak akan mengusirmu sebelum aku mendapat keuntungan darimu. sejak bayi ku urus itu semua tidak gratis, Silvana"

"Tapi selama ini aku sudah membayarnya dengan tenagaku"

"Hahaha, kamu pikir itu semua cukup untuk membayar semuanya? tempat tinggal dan makanan yang selama ini kamu nikmati harus kamu bayar nanti. itu semua menjadi hutang yang besar!" Martha tertawa kemudian meninggalkan Silvana.

Silvana masih duduk di atas ranjangnya yang sempit dengan bajunya yang sudah basah kuyup. apalagi yang akan Martha lakukan padanya, apa selama ini ia belum puas menyiksanya? batin Silvana menjerit.

"Aku harus kuat, aku harus bertahan. bu Martha tidak akan bisa mengusirku dari sini"

Silvana langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, lalu setelahnya ia mengenakan pakaian yang sederhana. sejak kecil ia belum pernah membeli pakaian baru, semua pakaian yang ia punya adalah baju bekas yang orang sumbangkan. tapi karena Silvana cantik dan memiliki bentuk tubuh yang proporsional, apapun pakaian yang ia kenakan akan tetap terlihat bagus dan cantik. karena kecantikannya itu, ada penghuni panti yang seumuran dengannya memiliki rasa iri, namanya Mila yang sama jahatnya seperti Martha. walaupun ia juga hanya penghuni panti biasa seperti Silvana, tapi kelakuannya seperti pemilik panti. selalu menyuruh-nyuruh Silvana dan membantu Martha menyiksa Silvana.

"Mau kemana kamu?" Mila menghampiri Silvana yang sedang merias wajahnya dengan alat make up seadanya.

"Tidak, tapi bu Martha menyuruhku bersiap-siap"

"Cuci bajuku dulu"

"Tapi, aku sedang buru-buru. bu Martha akan marah jika aku terlambat"

"Makanya, lakukan dengan cepat. kamu ini bodoh sekali" Mila melempar baju kotor ke wajah Silvana.

"Kenapa kamu tidak mencucinya sendiri? kamu kan sedang tidak melakukan apapun, aku harus segera menemui bu Martha"

"Mulai bisa membangkang, ya? mau aku adukan ke bu Martha kalau kamu mengambil lipstiknya, hah?" Mila mengancam Silvana.

"Tapi aku tidak mengambilnya"

"Tentu saja, aku yang mengambilnya dan akan menuduh kamu di depan bu Martha seperti waktu itu"

Dulu Silvana pernah difitnah mengambil uang Martha padahal Mila yang mengambilnya, tapi Martha sama sekali tidak mempercayai Silvana dan malah mempercayai Mila. mungkin karena kebenciannya pada Silvana membuat apapun yang Silvana katakan tidak pernah di percaya oleh Martha.

"Kenapa kamu tega sekali? padahal selama ini, aku tidak pernah punya masalah apapun sama kamu, Mila"

"Banyak alasan untuk membencimu, bu Ayu adalah ibuku tapi dia lebih menyayangimu yang bukan siapa-siapanya. kamu hanya anak yatim piatu yang tidak berguna, kenapa kamu tidak pergi saja dari ini?"

"Aku tidak pernah meminta bu Ayu untuk lebih menyayangiku dari pada kamu, aku tidak ingin memiliki musuh. jadi, kumohon jangan seperti ini, Mila"

"Banyak bicara, cepat cuci saja bajuku. kalau tidak, kamu akan tahu akibatnya!" Mila langsung meninggalkan Silvana dan membanting pintu dengan sangat keras sampai Silvana menutup kedua telinganya.

Mau tak mau Silvana harus mencuci baju Mila dengan cepat, agar Martha tidak lama menunggunya. ia tak mau Martha memarahinya lagi dan berujung menyuruhnya untuk pergi.

Mila keluar dan bertemu dengan Martha.

"Apa kamu melihat Silvana? kenapa dia lama sekali, dari tadi aku menunggunya" tanya Martha.

"Oh, Silvana. tadi aku melihat dia sedang tiduran santai di kamarnya"

"Apa? tiduran? gadis itu benar-benar tidak berguna, kenapa tidak dari dulu aku melemparnya dari panti ini" ucap Martha dengan wajah memerah padam menahan ledakan amarah.

"Lempar saja dia sekarang, sepertinya dia sudah tidak menghargaimu, bu"

"Panggilkan dia sekarang!" perintah Martha.

"Baik, bu. aku akan memanggilnya" Mila tersenyum senang, ia tak sabar ingin melihat Silvana di lempar dari panti ini.

Mila melihat Silvana sedang mencuci bajunya di kamar mandi.

"Kamu dipanggil bu Martha" ucap Mila.

"Tapi kamu menyuruhku mencuci bajumu"

"Sudah jangan banyak bicara, bu Martha sangat marah"

"Tapi kamu tidak memfitnahku lagi, kan?" tanya Silvana merasa was-was.

Mila mengedikkan bahunya. "Lebih baik kamu temui dia sekarang" jawab Mila sembari tersenyum tipis penuh arti.

Dengan was-was dan gelisah, Silvana berjalan menghampiri Martha yang kini sedang berdiri dengan cambuk di tangan kanannya.

"Aku disini, bu"

Martha membalikkan tubuhnya dan menatap tajam pada Silvana.

"Tadi aku menyuruhmu apa? kenapa kamu malah bersantai di kamar, hah?" Martha melotot marah kemudian mencambuk Silvana dengan cambukan yang lumayan panjang.

Bukan kali ini saja Silvana di cambuk oleh Martha, ia selalu melakukannya pada Silvana jika Silvana melakukan kesalahan, walaupun kesalahan itu belum terbukti salahnya.

"Akhh, s-sakit. aku tidak bersantai, bu. t-tapi aku..."

"Gak usah banyak alasan, aku menjadi saksinya!" ucap Mila memotong perkataan Silvana.

"Tidak, Mila berbohong, bu. tadi Mila menyuruh.."

Satu cambukan lagi mendarat di tubuh Silvana sebelum Silvana menyelesaikan ucapannya.

"Silvana, kamu sudah bisa membangkang ternyata, ya. seharusnya sejak dulu aku melemparmu dari sini!"

"Ibu boleh menyiksaku sepuasmu atas kesalahan yang tidak aku lakukan, tapi jangan mengusirku dari sini. aku mohon, bu" ucap Silvana sembari membungkuk untuk melindungi tubuhnya dari cambukan Martha.

Terpopuler

Comments

X'tine

X'tine

bodoh memang Silvana nie... bikin kesel aja. .. 😡

2025-01-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!