Sepulang sekolah Agra dan Duo cecunguk tidak langsung pulang kerumahnya tetapi singgah ke cafe untuk nongkrong seperti biasa.
"Woi... Jadi ke cafe, gak?" tanya Agra pada duo cecunguk yang sedang memakai helmnya.
"Ho'oh Melati Cafe ajalah yang deket." sahut Alif yang sudah siap diatas motornya.
"Oke!" jawab Agra dan Deon.
Mereka pun melajukan motornya ke cafe Melati.
Sesampainya disana mereka memilih duduk dipojokan. Tak lama kemudian Deon melihat seorang perempuan naik ke atas panggung cafe dengan membawa gitar. Deon memicingkan matanya karena merasa pernah melihat perempuan tersebut. Disini hanya Deon yang memperhatikannya sedangkan Alif sibuk dengan gamne-nya. Agra sibuk dengan ponselnya entah apa yang ia lakukan.
Beberapa detik kemudian Deon sadar bahwa cewek itu adalah gadis yang melawan Agra dikantin tadi.
"Eh, Bro! Itu bukannya cewek yang tadi ngelawan lo di kantin?" tanya Deon pada Agra.
Agra yang penasaran pun beralih menatap Deon.
"Mana?" tanya Agra mengangkat satu alisnya.
"Tuh!" tunjuk Deon kepanggung dengan dagunya.
Agra pun melihat kearah panggung. Dan benar saja bahwa yang ada disana adalah cewek beasiswa itu a.k.a Aurora. Agra yang melihat itu langsung tersenyum miring dan berkata...
"Oh... Jadi dia penyanyi cafe?" ucap Agra dengan senyum sinis.
Alif hanya melihat tanpa berkomentar karena menurutnya ini bukan urusannya.
Aurora pun mulai bernyanyi Never Be Alone~Shawn Mendes. Mereka bertiga tercengang mendengar suara dari Aurora yang begitu lembut mengalun ditelinga mereka. Namun Agra cepat mengubah ekspresi nya menjadi biasa saja.
"Wih... Gila suaranya lembut bener, euy!" takjub Deon dengan ekspresi berlebihan.
"Lebay lo, ah!" seru Alif pada Deon karena ekspresi nya yang dilebih-lebihkan.
"Tapi emang bener suaranya lembut, Suu!" ucap Deon.
"Ya gue juga tau. Tapi tuh muka biasa aja kali!" balas Alif kesal.
"Benerkan Gra suaranya bagus?" tanya Deon pada Agra yang dari tadi hanya diam mendengarkan mereka.
"Gak, biasa aja." sargah Agra dengan muka datar. Padahal dalam hati ia juga memuji suara Aurora. Namun sifatnya saja yang terlalu gengsi.
Kedua temannya hanya memutar bola matanya jengah karena kegengsian Agra
Melihat Aurora yang ingin turun kepanggung. Agra pun memanggil pelayan cafe dengan kode tangan. Salah satu pelayan disana menghampiri meja Agra dan teman-temannya.
"Mau pesan apa, Mas?" tanya pelayan sopan.
"Gue pesen juice jeruk tiga," jawab Agra datar. Karena dari tadi pelayan tersebut menatapnya tanpa berkedip.
"Makanannya?" tanya pelayan itu lagi dengan sopan.
"Gak usah!" jawab Agra datar.
Baru saja Deon ingin protes karena tidak memesan makanan langsung mengurungkan niatnya karena dipelototi oleh Agra. Deon hanya mendengus kesal karena tidak dipesankan makanan padahal ia lapar.
"Baik... Saya permisi." pamit pelayan itu dengan sopan.
Baru saja ingin memutar balik badannya suara Agra pun mengintrupsi.
"Tunggu!" cegah Agra pada pelayan itu.
"Iya ada lagi?" tanya pelayan itu.
"Gue mau yang nganterin pesanan gue itu, cewek yang tadi nyanyi diatas panggung itu." ucap Agra pada pelayan itu dan menunjuk panggung yang tadi Aurora gunakan.
"Maaf, Mas... Tapi ini bukan tugasnya," jawab pelayan itu.
"Gue gak mau tau. Kalo dia gak mau siap-siap aja lo sama dia kehilangan pekerjaan lo ini!" sarkas Agra dengan tatapan tajam.
"I--Iya permisi," jawab pelayan itu takut karena ditatap tajam oleh Agra.
Pelayan itu pun pergi. Deon dan Alif heran dengan sikap sahabat kesayangannya ini.
"Lo kok ngotot banget pengen dianterin sama tuh cewek?" tanya Alif heran karena tidak biasanya Agra seperti ini.
"Gue pengen aja ngeliat dia kesiksa," jawab Agra santai sambil memainkan ponselnya.
Alif hanya geleng-gelang melihat kelakuan Agra yang menurutnya tidak biasa. Sementar Deon sangat penasaran dengan cewek beasiswa itu.
"Gra namanya siapa sih tuh cewek?" tanya Deon penasaran.
"Aurora," jawab Agra tanpa memalingkan wajahnya dari ponsenya.
"Hah?" beo Deon yang kurang paham maksud Agra.
"Ck. Namanya Aurora. Aurora Mauren," jawab Agra yang kini menatap Deon lalu kembali fokus ke ponselnya. Begitupun dengan Alif yang sibuk bermain game namun tetap mendengar ucapan Deon dan Agra. Deon hanya manggut-manggut lalu fokus juga pada ponselnya.
Masih asik dengan ponsel masing-masing. Tak lama kemudian terdengar suara perempuan.
"Permisi ini pesanannya... Selamat menikmati," ucap perempuan itu.
Mereka mendengarnya tetapi tetap fokus pada ponselnya, kecuali Agra yang sudah tau siapa cewek ini tetapi dia pura-pura fokus memainkan ponselnya, dan menunggu cewek ini akan pergi.
Aurora yang merasa diabaikan hanya mengangkat bahunya acuh lalu beranjak pergi.
Agra yang merasa bahwa cewek ini akan berbalik pergi. Lantas membuka suara.
"Cewek beasiswa!" panggil Agra. Duo cecunguk yang mendengar itupun mendongakkan wajahnya dan melihat cewek yang dipanggil Agra.
Agra dapat melihat mata gadis itu terbelalak namun detik berikutnya kembali normal.
"Oh... Jadi lo kerja disini?" tanya Agra meremehkan.
Agra berdiri dari tempatnya kemudian menghampiri Aurora. Sedangkan duo kunyuk hanya menikmati minumannya sambil menonton Agra dan Aurora.
"Mau apa lo?" tanya Aurora datar.
Kini Agra telah ada didekatnya.
"Mau gue?" Agra mengetuk-etuk dagunya seperti orang berfikir. Aurora hanya memutar bola matanya malas.
"Kalo urusan lo sama gue gak penting mending duduk sono nikmatin minuman lo. Buang-buang waktu tau gak!" sentak Aurora.
Aurora ingin beranjak pergi namun suara Agra memberhentikan langkahnya.
"Sekali lo melangkah gue jamin lo gak akan kerja disini lagi!" ancam Agra.
"Mau lo apa sih, hah?!" cewek itu setengah membentak kepadanya membuat Agra terkekeh dalam hati. Mereka kini telah menjadi pusat perhatian pengunjung cafe. Sedangkan duo kunyuk bukannya melerai malahan merekam kejadian ini. Sahabat sejati memang.
"Gue cuma mau bilang. Sekali lo ikut campur dengan urusan gue. Gue gak akan ngebebasin lo!" ucap Agra disertai senyum miring.
"Lo pikir gue takut sama ancaman lo. Anak manja kek lo gak pantas buat ditakutin. Karena apa? Lo cuma berlindung dibalik kekuasaan keluarga lo. Asal lo tau roda itu berputar. Gak selamanya lo selalu diatas. Kali ini lo cuma beruntung aja berada diposisi atas. Suatu saat nanti lo bakal tau gimana rasanya ada dibawah!" ucap Aurora dengan mendorong bahu Agra menggunakan telunjuknya.
"Dan sayangnya gue gak akan pernah ada dibawah!" ucap Agra sinis.
"Kita liat aja nanti... Anak manja!" ucap Aurora dengan senyum sinis lalu pergi dari sana.
Mendengar itu Agra sedikit tidak suka.
"Gitu yah?" Agra memasang wajah sok polosnya. Detik berikutnya...
Byuurrr!
Agar dapat melihat rahang gadis itu mengeras pertanda sedang menahan amarah. Tatapan mata coklat itu menatap nyalang padanya seolah siap menerkamnya hidup-hidup.
"Jadi gini kelakuan anak orang kaya?" desis Aurora dengan menekan kata 'orang kaya'.
Agra hanya mengangkat bahunya acuh. Tatapannya ia alihkan saat mata coklat itu berkaca-kaca. Tanpa sengaja Agra melihat setetes cairan bening yang keluar dari mata coklat cewek itu. Entah apa yang membuat Agra merasa sedikit tidak enak akan hal itu. Dia pun bingung, biasanya mau cewek yang dia bully menangis tersedu-sedu tak akan pernah ia peduli. Lalu ini?
Agra melihat tangan gadis itu bergerak mengambil gelas juice yang tadi ia gunakan untuk menyiram cewek ini. Agra mulai waspasa, menerka-nerka apa yang akan cewek itu lakukan padanya. Mungkinkah membalas aksinya tadi?
Namun, detik berikutnya Agra merasa tak percaya akan apa tindakan cewek itu. Cewek itu hanya mengambil gelas tersebut lalu mengucapkan kalimat formal yang entah kenapa Agra tidak suka.
"Silahkan duduk. Pihak cafe akan mengganti minuman Anda yang sia-sia. Saya permisi, Terima kasih!"
Setelah itu Aurora pergi meninggalkan Agra yang bergeming di tempatnya.
Dia kira Aurora akan marah lalu berteriak di wajahnya atau mungkin menamparnya. Kejadian itu di luar ekspektasi Agra. Agra mendengus keras lalu duduk di tempatnya kembali. Ia sedikit malas dengan respon Aurora yang tidak berlebihan. Yang Agra harapkan adalah cewek itu marah lalu berteriak di hadapannya.
Agra hanya menyukai ekspresi gadis itu saat marah. Matanya melotot dan wajahnya sedikit memerah hingga begitu menggemaskan. Tak lupa pula suara dinginnya yang membuat Agra menyukai nada itu.
Terdengar menantang, pikirnya.
***
Sepulang dari cafe, Agra, Alif dan Deon kini mengunjungi apartemen Agra yang menjadi basecamp pertama mereka. Ketiganya asik dengan beberapa cemilan dan juga siaran televisi. Tampak beberapa anak cowok lainnya yang tak lain adalah anak Wolfer tertidur di sofa, bahkan ada yang dengan santainya tertidur di lantai yang dingin.
"Parah lucu juga mukanya Aurora kalo lagi kesel. Rasanya pen ngarungin trus bawa pulang!" cerocos Deon.
Tak!
"Aw... Kepala gue salah apa nyet pake lo jitak segala?!" sewot Deon karena tak terima kepalanya di jitak oleh Alif.
"Lagian lo kira Aurora anak kucing pake di karungin segala?" Tanya Alif sewot.
"Hehehe... Canda boskuu," Jawab Deon dengan cengiran tak berdosanya.
Sedangkan Alif hanya memutar bola matanya jengah. Kini Alif beralih fokus kepala Agra yang dari tadi hanya diam dan senyam-senyum tidak jelas. Sedangkan Deon lebih memilih fokus pada makanannya.
"Woi!" Seru Alif sambil menendang kaki Agra pelan.
"Ngagetin lo nyet!" Sewot Agra.
"Lagian ngapain lo senyam-senyum kayak orang baru gajian?" tanya Alif heran. Alif memang selalu memperhatikan kelakuan Agra akhir-akhir ini. Dan menurut hasil pengamatan Alif akhir-akhir ini Agra sering senyam-senyum layaknya orang yang baru gajian.
"Emang salah kalo gue senyum?" balas Agra balik.
"Ga salah sih. Tapi kalo lo senyum sambil bengong gitu, jadinya nyeremin tau gak?" balas Alif santai.
Agra menaikkan satu alisnya lalu berkata.
"Emang gue bengong?" tanya Agra heran.
"Gak kok lo tadi cuma semedi doang sambil senyum!" Kini bukan Alif yang menjawab melainkan jawaban absurd dari Deon yang jengah melihat mereka berdua.
"Emang ada orang semedi sambil senyum?" Tanya Agra dengan wajah super polosnya yang minta di tendang oleh Alif.
"Bukan temen gue Lif!" ucap Deon geleng-geleng kepala sambil mengangkat dua tangannya.
"Anak hilang nih kayaknya," timpal Alif santai sambil meminum jusnya.
"Lah? Salah gue dimana?" tanya Agra lagi
"Seraah lo Bambaaang!!" Ucap Alif dan Deon berbarengan karena otak Agra yang terlalu pintar sehingga jadi seperti ini. Sedangkan Agra hanya mengangkat bahunya acuh dan kembali meminum jusnya.
"Gak jelas lo berdua!"
"Apalagi elo!" pekik Deon dan Alif bersamaan lagi.
"Lo kok ikutin gue nyet?!" sungut Deon pada Alif.
"Siapa yang ngikutin lo?!"
"Lo, lah! Ya kali kecebong!"
"Najis bat gue ikutin lo!"
"Terus ngap---"
"Diam lo berdua!" Alif dan Deon serentak diam lalu saling mendelik tidak suka.
"Lo berdua kayak anak kecil tau gak?! Berantem mulu kerjaan lo!"
"Alif noh yang duluan!" merasa tak terima Alif pun angkat suara.
"Lah? Kenapa jadi gua? Lo aja noh yang suka besar-besarin masalah!"
"Enak aja lo kalo ngomong! Ngaca dulu sana!"
"Mau ngapin gue ngaca? Orang ketampanan gue gak diragukan lagi kok!"
Deon bertingkah seperti orang yang ingin muntah saat itu.
"Gantengan juga sapi tetangga gue!"
"Lo samain gue sama sapi?!"
"Lo sendiri yang ngom--"
"DIAAM!!" suara bentakan Agra begitu nyaring hingga beberapa anak Wolfer terbangun dari tidurnya. Bahkan Kevin yang tidur di sofa jatuh ke lantai akibat suara bentakan Agra.
Alif dan Deon kembali diam lalu menatap Agra yang kini berdiri dengan wajah marah.
"Lo berdua bisa gak sih gak usah berantem terus? Enek tau gak dengernya!" Alif dan Deon menggeleng polos membuat Agra membuang nafas kasar lalu pergi dari hadapan kedua bocah itu.
"Bocah!" cibir Agra.
🖤
🖤
🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
*
kejammm
2020-09-22
0
JiMine
si Agra pemilik cafenya apa gimana? masa pelayanya di ancam gitu doang langsung nurut?
2020-06-23
1