Ritual Cinta
Kanigara, biasa dipanggil Kani.
Wanita itu melangkah penuh percaya diri menuju ke sebuah restoran di salah satu hotel berbintang lima. Ia memasuki lift yang akan mengantarnya ke restoran tersebut.
Kemarahan meluap-luap ia tahan dengan tangan terkepal.
Kemarahannya dipicu oleh kegagalan menikah pada detik-detik terakhir, sungguh mencoreng nama baiknya dan juga nama baik keluarganya.
Awalnya Kani tak tahu alasan mengapa ia sampai gagal menikah. Namun setelah mendesak calon suaminya, akhirnya Kani menjadi tahu.
Ada seseorang yang menjadi dalang di belakang semua itu.
Kani sungguh tak menduga bahwa sang dalang jahat itu ternyata adalah teman sekelasnya sewaktu Kani masih duduk di bangku SMA.
Dalang jahat yang sudah menebarkan fitnah, mencoreng nama baik Kani.
Kani tentu saja ingin menjambak kepala sang dalang jahat, hanya saja perbuatan brutal itu sama sekali tidak elegan. Bisa-bisa Kani berakhir di penjara atas penganiayaan yang ia lakukan.
Oleh sebab itu, Kani mengatur pertemuannya dengan sang dalang jahat.
Ia harus bersikap dewasa dengan membicarakan masalah ini baik-baik.
Kani segera duduk di kursi pada meja yang sudah dipesannya sambil menunggu kedatangan sang dalang jahat.
Banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Kani pada sang dalang jahat.
Salah satunya dengan menanyakan mengapa sang dalang jahat sampai menyebarkan rumor buruk tentangnya?
Rumor jahat yang saking jahatnya sampai-sampai membuat calon suami Kani memutuskan pembatalan pernikahan mereka.
Dasar beruang kutub itu! Awas saja jika dia tidak datang! Kani membatin gusar sembari menunggu kedatangan sang dalang jahat.
Kani mencari-cari sosok sang dalang jahat di antara para tamu. Kani menyebut sang dalang jahat sebagai beruang kutub karena penampilan orang itu benar-benar seperti beruang kutub.
Tubuh besar dengan perut buncit, berkulit putih pucat, mata hitamnya yang sipit, itu semua merupakan gambaran sosok sang dalang jahat yang dipanggil beruang kutub.
Kani mengambil gawai cerdasnya dalam tas, menekan tombol panggil pada sang dalang yang sudah terlambat tiga puluh menit dari waktu yang dijanjikan.
Tidak ada jawaban dan itu membuat Kani benar-benar kesal.
Tiba-tiba seorang pria menarik kursi lalu duduk di hadapan Kani.
Kani terpaku pada sosok pria berparas sangat tampan. Rambut hitamnya tertata rapi. Pria itu mengenakan pakaian gelap, begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat.
Kani segera tersadar saat matanya bertemu dengan tatapan tajam pria itu.
"Mohon maaf, tapi kursi ini sudah dipesan," ucap Kani.
Pria itu melipat kedua tangannya di depan dada lalu bersandar pada sandaran kursi.
"Ya, aku tahu," jawab pria itu dengan nada arogan.
Kani terkesiap mendengar jawaban pria itu. Sungguh pria asing yang begitu arogan.
"Kau... Ican si beruang kutub?" tanya Kani.
Pria itu menatap tajam pada Kani, ekspresinya jelas menunjukkan bahwa ia tidak suka dipanggil dengan sebutan itu.
"Wah! Serius kau sungguh si beruang kutub?" Kani terperangah.
Lima belas tahun tak bertemu, pria yang tadinya begitu gembul macam beruang kutub, tiba-tiba menjelma bak seorang peragawan yang luar biasa elok.
Pelayan datang menghampiri mereka, mengantarkan buku menu.
Selera makan Kani sungguh tidak ada, ia hanya memesan air mineral karena merasa mual dengan kemarahannya. Kemarahan meluap-luap dalam dirinya dan sebisa mungkin harus ditahan.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan? Katakan secara singkat karena aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu," ucap pria itu.
Pria yang dulu dijuluki Ican si beruang kutub itu kini menjelma menjadi sosok luar biasa rupawan namun begitu arogan. Entah mengapa itu makin menyebalkan.
"Baiklah, aku akan langsung ke intinya saja. Mengapa kau menyebarkan rumor buruk tentangku?" Tanya Kani.
"Rumor buruk?" alis tebal dan rapi milik pria itu terangkat sebelah.
"Ya, rumor bahwa aku adalah wanita nakal yang gemar bermain bersama para pria," jawab Kani diplomatis.
Pria itu menarik senyum miring yang terlihat jelas mengejek.
"Atas dasar apa kau menuduhku seperti itu? Memangnya kau punya bukti?" tantang pria itu.
Kani menarik napasnya, kesabarannya kini sudah setipis tisu dibagi dua lalu tersiram air mendidih.
"Mario mengatakannya padaku," jawab Kani.
Pria itu menatap tajam Kani. Kani terpaksa menyebut nama Mario, pria yang dijodohkan oleh orang tuanya. Pria yang membatalkan rencana pernikahan mereka ketika undangan yang sudah dicetak siap untuk disebar.
"Jujur saja, aku kecewa dengan sikap Mario yang lebih percaya pada omonganmu daripada aku yang akan menjadi istrinya," ucap Kani.
"Yang menjadi masalahku bukan sikap Mario, tapi apa alasanmu sampai menyebarkan rumor buruk tentangku seperti itu?" tanya Kani.
Pelayan datang mengantarkan pesanan, terlihat pelayan itu cepat-cepat meletakkan air mineral dan gelas untuk Kani, serta secangkir kopi untuk pria arogan di depan Kani.
Atmosfer di antara keduanya benar-benar menegangkan.
Pria arogan itu meraih cangkir kopi dan menyeruput sedikit.
"Aku hanya berbagi informasi yang kutahu pada Mario," jawab pria itu.
"Haha!" Kani tertawa sinis. "Bagaimana bisa rumor buruk yang belum tentu benar itu dikatakan sebagai informasi?" tanya Kani.
"Bukankah kau dulu memang gemar berkumpul dengan para pria? Aku masih ingat kau bahkan mendapat julukan sebagai piala bergilir di sekolah.”
"Bahkan sampai berlanjut hingga ke zaman kuliah di mana kau nampaknya benar-benar masih melanjutkan posisimu sebagai piala bergilir."
Apa?! Piala bergilir?! Siapa yang piala bergilir? Aku bahkan sama sekali tidak pernah berkencan dengan pria mana pun! Bagaimana aku bisa dianggap piala bergilir hanya gara-gara berkumpul bersama para pria?! Batin Kani meronta-ronta.
"Heh! Beruang kutub!" sergah Kani.
Pria itu tertegun mendengar suara Kani yang meninggi.
"Pantas saja Mario langsung membatalkan rencana pernikahan kami, karena pria itu sudah mendengar bahwa calon istrinya adalah seorang wanita murahan!"
Kani menghela napas berat, sepertinya percuma saja ia meluapkan kemarahannya pada pria itu.
Pernikahannya dengan Mario sudah batal dan hubungan keluarga mereka sudah rusak. Rasanya percuma saja ia marah-marah kepada si penyebar rumor buruk, yang ada hanya buang-buang waktu dan emosi saja.
"Pelayan!" pria itu mengangkat tangan, memanggil pelayan.
"Tolong tagihannya," kata pria itu.
"Tolong tagihannya dipisah," Kani menyela dengan cepat.
"Ya, aku juga tidak berniat untuk memberimu traktiran meski hanya sebotol air," kata pria itu dingin.
Dasar beruang kutub sialan! Geram Kani melotot tajam.
...*****...
Kani mengumpat dalam hati, ia segera naik ke lantai teratas hotel. Area atap hotel biasa digunakan sebagai area untuk merokok.
Kani mengeluarkan sekotak rokok yang baru saja dibeli. Kani merokok di saat pikirannya benar-benar kalut.
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, Kani meminjam uang dari orang tuanya sebagai modal untuk memulai bisnis.
Ketika bisnisnya tidak berjalan lancar, Kani mencoba melakukan negosiasi kepada orang tuanya. Kani harus menerima perjodohan dengan Mario agar utang tersebut bisa dianggap lunas.
Namun tiba-tiba saja Mario membatalkan rencana pernikahan mereka lantaran terpengaruh oleh rumor buruk yang disebarkan oleh Ican si beruang kutub itu.
"Sial! Dia punya masalah apa denganku?" geram Kani sambil mengembuskan asap rokoknya.
"Rasanya aku ingin menjambak rambut si beruang kutub sialan itu sampai botak!" geram Kani.
Tiba-tiba Kani mendengar pembicaraan, ada orang yang datang ke atap.
Dalam kondisi pencahayaan temaram, Kani melihat dua sosok pria. Salah satu dari pria itu adalah Ican, si beruang kutub.
Secara naluri, Kani langsung bersembunyi di balik tembok. Ia menajamkan telinganya untuk mencuri dengar pembicaraan dua pria itu.
"Kris, aku benar-benar menyukaimu! Aku sungguh serius dengan perasaanku! Kau pun pasti juga merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan selama ini!"
Hah?!!!
Kani terperangah, ia bahkan sampai menjulurkan kepalanya dari balik tembok untuk memastikan bahwa telinganya tidak salah mendengar.
Pria tampan dan arogan alias Ican si beruang kutub adalah seorang penyuka sesama jenis?!
Kani mengambil gawai cerdasnya, segera ia mengaktifkan kamera untuk memotret momen itu.
Ckrek...
Kani terperangah, cahaya flash dari kamera keluar secara otomatis dikarenakan pencahayaan yang minim.
"Siapa di situ?!"
Kani mengendap-endap, ia segera pergi begitu terdengar langkah kaki menuju ke tempat persembunyiannya.
Hmm, kau menyebarkan rumor aku adalah piala bergilir, sedangkan kau adalah seorang gay! Batin Kani bersorak.
...*****...
Jangan lupa tinggalkan dukungan untuk author ya. Sampai jumpa di episode selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Agus Tina
Bagus .... cerita yang beda
2025-01-11
0