Kanigara, biasa dipanggil Kani.
Wanita itu melangkah penuh percaya diri menuju ke sebuah restoran di salah satu hotel berbintang lima. Ia memasuki lift yang akan mengantarnya ke restoran tersebut.
Kemarahan meluap-luap ia tahan dengan tangan terkepal.
Kemarahannya dipicu oleh kegagalan menikah pada detik-detik terakhir, sungguh mencoreng nama baiknya dan juga nama baik keluarganya.
Awalnya Kani tak tahu alasan mengapa ia sampai gagal menikah. Namun setelah mendesak calon suaminya, akhirnya Kani menjadi tahu.
Ada seseorang yang menjadi dalang di belakang semua itu.
Kani sungguh tak menduga bahwa sang dalang jahat itu ternyata adalah teman sekelasnya sewaktu Kani masih duduk di bangku SMA.
Dalang jahat yang sudah menebarkan fitnah, mencoreng nama baik Kani.
Kani tentu saja ingin menjambak kepala sang dalang jahat, hanya saja perbuatan brutal itu sama sekali tidak elegan. Bisa-bisa Kani berakhir di penjara atas penganiayaan yang ia lakukan.
Oleh sebab itu, Kani mengatur pertemuannya dengan sang dalang jahat.
Ia harus bersikap dewasa dengan membicarakan masalah ini baik-baik.
Kani segera duduk di kursi pada meja yang sudah dipesannya sambil menunggu kedatangan sang dalang jahat.
Banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Kani pada sang dalang jahat.
Salah satunya dengan menanyakan mengapa sang dalang jahat sampai menyebarkan rumor buruk tentangnya?
Rumor jahat yang saking jahatnya sampai-sampai membuat calon suami Kani memutuskan pembatalan pernikahan mereka.
Dasar beruang kutub itu! Awas saja jika dia tidak datang! Kani membatin gusar sembari menunggu kedatangan sang dalang jahat.
Kani mencari-cari sosok sang dalang jahat di antara para tamu. Kani menyebut sang dalang jahat sebagai beruang kutub karena penampilan orang itu benar-benar seperti beruang kutub.
Tubuh besar dengan perut buncit, berkulit putih pucat, mata hitamnya yang sipit, itu semua merupakan gambaran sosok sang dalang jahat yang dipanggil beruang kutub.
Kani mengambil gawai cerdasnya dalam tas, menekan tombol panggil pada sang dalang yang sudah terlambat tiga puluh menit dari waktu yang dijanjikan.
Tidak ada jawaban dan itu membuat Kani benar-benar kesal.
Tiba-tiba seorang pria menarik kursi lalu duduk di hadapan Kani.
Kani terpaku pada sosok pria berparas sangat tampan. Rambut hitamnya tertata rapi. Pria itu mengenakan pakaian gelap, begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat.
Kani segera tersadar saat matanya bertemu dengan tatapan tajam pria itu.
"Mohon maaf, tapi kursi ini sudah dipesan," ucap Kani.
Pria itu melipat kedua tangannya di depan dada lalu bersandar pada sandaran kursi.
"Ya, aku tahu," jawab pria itu dengan nada arogan.
Kani terkesiap mendengar jawaban pria itu. Sungguh pria asing yang begitu arogan.
"Kau... Ican si beruang kutub?" tanya Kani.
Pria itu menatap tajam pada Kani, ekspresinya jelas menunjukkan bahwa ia tidak suka dipanggil dengan sebutan itu.
"Wah! Serius kau sungguh si beruang kutub?" Kani terperangah.
Lima belas tahun tak bertemu, pria yang tadinya begitu gembul macam beruang kutub, tiba-tiba menjelma bak seorang peragawan yang luar biasa elok.
Pelayan datang menghampiri mereka, mengantarkan buku menu.
Selera makan Kani sungguh tidak ada, ia hanya memesan air mineral karena merasa mual dengan kemarahannya. Kemarahan meluap-luap dalam dirinya dan sebisa mungkin harus ditahan.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan? Katakan secara singkat karena aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu," ucap pria itu.
Pria yang dulu dijuluki Ican si beruang kutub itu kini menjelma menjadi sosok luar biasa rupawan namun begitu arogan. Entah mengapa itu makin menyebalkan.
"Baiklah, aku akan langsung ke intinya saja. Mengapa kau menyebarkan rumor buruk tentangku?" Tanya Kani.
"Rumor buruk?" alis tebal dan rapi milik pria itu terangkat sebelah.
"Ya, rumor bahwa aku adalah wanita nakal yang gemar bermain bersama para pria," jawab Kani diplomatis.
Pria itu menarik senyum miring yang terlihat jelas mengejek.
"Atas dasar apa kau menuduhku seperti itu? Memangnya kau punya bukti?" tantang pria itu.
Kani menarik napasnya, kesabarannya kini sudah setipis tisu dibagi dua lalu tersiram air mendidih.
"Mario mengatakannya padaku," jawab Kani.
Pria itu menatap tajam Kani. Kani terpaksa menyebut nama Mario, pria yang dijodohkan oleh orang tuanya. Pria yang membatalkan rencana pernikahan mereka ketika undangan yang sudah dicetak siap untuk disebar.
"Jujur saja, aku kecewa dengan sikap Mario yang lebih percaya pada omonganmu daripada aku yang akan menjadi istrinya," ucap Kani.
"Yang menjadi masalahku bukan sikap Mario, tapi apa alasanmu sampai menyebarkan rumor buruk tentangku seperti itu?" tanya Kani.
Pelayan datang mengantarkan pesanan, terlihat pelayan itu cepat-cepat meletakkan air mineral dan gelas untuk Kani, serta secangkir kopi untuk pria arogan di depan Kani.
Atmosfer di antara keduanya benar-benar menegangkan.
Pria arogan itu meraih cangkir kopi dan menyeruput sedikit.
"Aku hanya berbagi informasi yang kutahu pada Mario," jawab pria itu.
"Haha!" Kani tertawa sinis. "Bagaimana bisa rumor buruk yang belum tentu benar itu dikatakan sebagai informasi?" tanya Kani.
"Bukankah kau dulu memang gemar berkumpul dengan para pria? Aku masih ingat kau bahkan mendapat julukan sebagai piala bergilir di sekolah.”
"Bahkan sampai berlanjut hingga ke zaman kuliah di mana kau nampaknya benar-benar masih melanjutkan posisimu sebagai piala bergilir."
Apa?! Piala bergilir?! Siapa yang piala bergilir? Aku bahkan sama sekali tidak pernah berkencan dengan pria mana pun! Bagaimana aku bisa dianggap piala bergilir hanya gara-gara berkumpul bersama para pria?! Batin Kani meronta-ronta.
"Heh! Beruang kutub!" sergah Kani.
Pria itu tertegun mendengar suara Kani yang meninggi.
"Pantas saja Mario langsung membatalkan rencana pernikahan kami, karena pria itu sudah mendengar bahwa calon istrinya adalah seorang wanita murahan!"
Kani menghela napas berat, sepertinya percuma saja ia meluapkan kemarahannya pada pria itu.
Pernikahannya dengan Mario sudah batal dan hubungan keluarga mereka sudah rusak. Rasanya percuma saja ia marah-marah kepada si penyebar rumor buruk, yang ada hanya buang-buang waktu dan emosi saja.
"Pelayan!" pria itu mengangkat tangan, memanggil pelayan.
"Tolong tagihannya," kata pria itu.
"Tolong tagihannya dipisah," Kani menyela dengan cepat.
"Ya, aku juga tidak berniat untuk memberimu traktiran meski hanya sebotol air," kata pria itu dingin.
Dasar beruang kutub sialan! Geram Kani melotot tajam.
...*****...
Kani mengumpat dalam hati, ia segera naik ke lantai teratas hotel. Area atap hotel biasa digunakan sebagai area untuk merokok.
Kani mengeluarkan sekotak rokok yang baru saja dibeli. Kani merokok di saat pikirannya benar-benar kalut.
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, Kani meminjam uang dari orang tuanya sebagai modal untuk memulai bisnis.
Ketika bisnisnya tidak berjalan lancar, Kani mencoba melakukan negosiasi kepada orang tuanya. Kani harus menerima perjodohan dengan Mario agar utang tersebut bisa dianggap lunas.
Namun tiba-tiba saja Mario membatalkan rencana pernikahan mereka lantaran terpengaruh oleh rumor buruk yang disebarkan oleh Ican si beruang kutub itu.
"Sial! Dia punya masalah apa denganku?" geram Kani sambil mengembuskan asap rokoknya.
"Rasanya aku ingin menjambak rambut si beruang kutub sialan itu sampai botak!" geram Kani.
Tiba-tiba Kani mendengar pembicaraan, ada orang yang datang ke atap.
Dalam kondisi pencahayaan temaram, Kani melihat dua sosok pria. Salah satu dari pria itu adalah Ican, si beruang kutub.
Secara naluri, Kani langsung bersembunyi di balik tembok. Ia menajamkan telinganya untuk mencuri dengar pembicaraan dua pria itu.
"Kris, aku benar-benar menyukaimu! Aku sungguh serius dengan perasaanku! Kau pun pasti juga merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan selama ini!"
Hah?!!!
Kani terperangah, ia bahkan sampai menjulurkan kepalanya dari balik tembok untuk memastikan bahwa telinganya tidak salah mendengar.
Pria tampan dan arogan alias Ican si beruang kutub adalah seorang penyuka sesama jenis?!
Kani mengambil gawai cerdasnya, segera ia mengaktifkan kamera untuk memotret momen itu.
Ckrek...
Kani terperangah, cahaya flash dari kamera keluar secara otomatis dikarenakan pencahayaan yang minim.
"Siapa di situ?!"
Kani mengendap-endap, ia segera pergi begitu terdengar langkah kaki menuju ke tempat persembunyiannya.
Hmm, kau menyebarkan rumor aku adalah piala bergilir, sedangkan kau adalah seorang gay! Batin Kani bersorak.
...*****...
Jangan lupa tinggalkan dukungan untuk author ya. Sampai jumpa di episode selanjutnya.
Kris, pria itu mendorong pintu sebuah restoran barbeque. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh meja yang dipenuhi para pengunjung restoran.
"Kris!"
Seorang pria melambaikan tangan sambil memanggil namanya.
Pria itu adalah Mario, seniornya di kampus yang mengundangnya makan malam bersama para senior di kampusnya.
"Kenapa kau lama sekali, Kris?" Mario menyambut dengan senang.
"Maaf, tadi masih ada pekerjaan," jawab Kris.
"Oh wah, pekerjaan di akhir pekan? Kau sungguh budak corporate sejati," ucap Mario.
"Oh ya teman-teman, ini Kris, dia junior kita di kampus, tapi dia lulus bersama angkatan kita," Mario memperkenalkan Kris.
"Oh, berarti kau yang menjadi lulusan tercepat itu ya?" salah satu teman Mario bertanya.
"Tidak hanya tercepat, tapi juga terbaik," sahut Mario.
"Haha, apa gunanya jadi lulusan terbaik dan tercepat, kalau ujung-ujungnya jadi budak corporate juga," celetuk teman Mario yang lain.
Kris hanya mengulas senyum tipis yang hampir-hampir tidak terlihat.
"Hei, kami hanya bercanda, bercanda," teman Mario cepat-cepat memberi klarifikasi.
"Tidak masalah, toh kenyataannya memang begitu," sahut Kris enteng.
"Kris, ayo makan," ajak Mario.
Kris hanya tersenyum tipis, yang pasti ia sudah merasa kenyang melihat banyaknya daging yang dipanggang di atas kompor.
"Oh ya, ngomong-ngomong, ada acara ya? Sepertinya ini bukan ulang tahunmu, Mario," tanya Kris.
Mario tersenyum sumringah saat semua mata tertuju padanya.
"Ahaa, ya, sebenarnya, aku mengundang kalian hanya untuk kumpul-kumpul sebelum aku menikah," kata Mario.
"Kau akan menikah?" Robin, salah satu teman Mario berseru kaget.
"Wah! Selamat, Mario! Kapan kau akan menikah?"tanya Ben.
"Masih bulan depan, tapi aku mau merayakannya lebih cepat karena ke depannya aku pasti akan semakin sibuk dengan persiapan pernikahan," jawab Mario.
"Lalu, siapa wanita beruntung yang akan menikah denganmu? Dia pasti sangat cantik sampai-sampai bisa meluluhkan hatimu," komentar Ben.
"Hmm, sebenarnya aku dijodohkan, tapi tidak masalah, karena dia memang secantik itu," nada bangga masih terdengar pada jawaban Mario.
"Haha, pantas saja kau bisa menikah, rupanya kau dijodohkan," sahut Robin.
"Yah, kalau tidak dijodohkan bisa dapat jodoh dari mana? Setiap hari yang kita hadapi hanya program komputer," Mario tertawa renyah.
Kris tidak berkomentar, ia hanya diam mendengarkan. Mario memang terkenal sebagai senior yang ramai dan ceria, sungguh tidak sesuai dengan citra mahasiswa jurusan teknik informatika yang cenderung serius.
Kris dan Mario menjadi akrab karena mereka pernah satu kelompok dalam menggarap proyek mata kuliah. Meski sekarang mereka sudah tidak seakrab sewaktu masih kuliah karena kesibukan masing-masing, namun mereka masih tetap menjaga komunikasi.
"Oh ya, ngomong-ngomong, coba perlihatkan calon istrimu, apa benar-benar manusia?" tanya Robin antusias.
Mario masih tersenyum sumringah usai merogoh saku celananya, mengeluarkan gawai cerdas lalu menunjukkan foto seorang wanita yang akan menjadi calon istrinya.
"Woaah! Cantik sekali! Serius ini bukan efek kamera jahat?"
Mario tersenyum bangga melihat teman-temannya terpana pada calon istrinya.
"Aslinya bahkan lebih cantik, makanya aku terima saja dijodohkan, hehe," Mario terkekeh.
Mario kini menunjukkan foto itu pada Kris yang sedang meneguk air mineral dari botol.
"Bagaimana menurutmu, Kris?"
Mata Kris tertuju pada foto di layar pipih, menunjukkan seorang wanita yang tersenyum dengan senyuman Monalisa.
Wanita dalam foto itu benar-benar membuat Kris terkejut. Ingatan masa lalu berputar cepat dalam kepala Kris.
"Uhuk! Uhuk!" Kris terbatuk karena tersedak.
Mana mungkin Kris bisa melupakan wanita yang pernah menjadi masalah dalam hidupnya di masa lalu, yang benar-benar ingin dilupakan oleh Kris setelah menguburnya dalam-dalam.
Wanita itu bahkan membuat Kris menerima julukan sebagai beruang kutub.
Tidak! Tidak mungkin dia adalah wanita itu! Pasti hanya mirip saja! Batin Kris.
"Wah, Kris, kau terkejut karena calon istriku begitu cantik ya? Hehe," Mario terkekeh.
"Ehem, wajahnya terlihat seperti seseorang yang dulu pernah kukenal," ucap Kris.
"Pernah kau kenal? Mantan pacarmu ya?" seloroh Ben.
"Bukan," jawab Kris dengan cepat.
"Siswi di sekolahmu yang sangat populer?" tanya Robin.
"Hmm, ya, Kanigara saat itu memang populer di kalangan pria, bahkan sampai dijuluki piala bergilir," lanjut Kris.
Mario terdiam mendengar ucapan Kris. Mario merasa tidak menyebutkan nama calon istrinya, apakah Kris sungguh mengenal Kani?
"Yah, wajar saja disebut piala bergilir, dia secantik itu," sahut Robin.
"Haha, paling hanya mirip karena sama-sama cantik," Mario tertawa.
Kris menatap ke arah Mario, dalam hati, ia merasa kesal karena Mario akan menikah dengan wanita jahat itu.
Jika wanita jahat itu menikahi Mario, itu artinya wanita itu nantinya akan muncul kembali dalam hidup Kris.
Tak terbayangkan rasanya jika wanita itu mengenalinya lalu memanggilnya dengan julukan beruang kutub. Atau kemungkinan terburuk adalah menceritakan aib Kris di masa lalu.
Selama lima belas tahun lamanya Kris bersusah payah untuk membangun kembali citranya sebagai pria sempurna tanpa cela dengan mengubur dan menghilangkan jejaknya di masa lalu.
Namun orang dari masa lalunya justru akan datang dan kemungkinan besar akan membongkar masa lalu itu.
...*****...
"Kau sungguh mengenal Kani, Kris?"
Mario bertanya sambil membolak-balik daging di atas panggangan. Sementara Ben dan Robin pergi ke luar untuk merokok.
"Harusnya yang lebih tahu tentang dia adalah kau yang notabene adalah calon suaminya," jawab Kris.
"Sebenarnya, aku baru bertemu dengannya tiga bulan yang lalu, itu pun karena perjodohan," jawab Mario.
"Kau tidak memeriksa sosial medianya?" tanya Kris.
"Kani tidak punya, katanya dia begitu sibuk sampai tidak pernah main sosial media," jawab Mario.
"Yah, memang alasannya terdengar aneh, memangnya ada orang yang tidak main sosial media sama sekali, seakan memang menyembunyikan sesuatu," ucap Mario lagi.
"Lalu, aku tidak tahu siapa teman-temannya karena aku tidak benar-benar mengenalnya. Dan tiba-tiba saja kau bilang, kau mengenalnya," lanjut Mario.
"Hmm, maaf, Mario, aku tidak bermaksud untuk memberi penilaian buruk terhadap calon istrimu. Tetapi, kalau aku jadi kau, aku tidak bersedia dijodohkan, meski wanita itu secantik bidadari. Bagaimana jika bidadari itu ternyata bidadari dari neraka?"
"Haha, ada-ada saja kau ini, Kris," Mario terkekeh.
Ya, sebaiknya kau batalkan pernikahanmu itu, Mario. Aku sungguh tidak ingin melihat wanita itu lagi! Batin Kris sambil menyeringai.
...*****...
Awalnya Kris pikir, ia tidak akan berurusan dengan wanita itu lagi.
Namun alangkah kagetnya ia saat wanita itu muncul dan mencarinya di grup alumni sekolah.
Karena wanita itu terus memaksanya untuk bertemu dan bicara secara langsung, akhirnya Kris menemui wanita itu.
Hanya saja, pembicaraan mereka berakhir dengan buruk.
Wanita itu terlihat marah pada Kris, daripada Kris menjadi sasaran kemarahan wanita itu, lebih baik Kris segera mengakhiri pertemuan mereka.
Toh sudah tidak ada hal lain yang perlu mereka bicarakan.
Hanya saja lagi-lagi dugaan Kris meleset.
Kris terkejut tatkala membaca pesan yang masuk dalam grup alumni sekolah.
Foto Kris bersama seseorang diberi keterangan.
Hot gosip! Ican si beruang kutub ternyata adalah gay!
...*****...
Percuma punya wajah tampan, ternyata doyannya yang tampan juga!
Beruang kutub di kutub utara saja bisa membedakan mana jantan mana betina! Beruang kutub jadi-jadian itu malah sukanya sama pejantan! Hihh!
Wahh serius? Sungguh tak bisa diduga!
Di antara mereka berdua, siapa yang jadi betinanya ya??
"Haha!"
Kani tertawa jahat membaca semua komentar yang masuk dalam percakapan grup alumni sekolah.
Kani sengaja melakukannya karena ia tahu bahwa si beruang kutub itu juga bergabung dalam grup.
Tak mungkin pria itu tidak membaca ratusan komentar menanggapi unggahan yang dikirimkan oleh Kani.
"Cinta terlarang itu memang justru sangat menantang," Kani kembali memberi balasan komentar.
"Hahaha! Mampus kau! Beruang kutub sialan!" Kani tertawa lagi.
Sudah lebih dari seminggu percakapan tentang Ican si beruang kutub itu menjadi topik pembicaraan terhangat di grup alumni.
Selama si beruang kutub itu tidak memberi respon, semakin gencar gosip itu beredar.
Bahkan beberapa orang sampai ada yang mengunggah tangkapan layar dari akun sosial media milik si beruang kutub. Terlihat pertanyaan frontal yang mempertanyakan apakah benar pria itu adalah gay.
Kolom komentar pada unggahan terakhirnya sampai dikunci.
Itulah yang dipikirkan Kani saat melihat tangkapan layar yang menunjukkan akun sosial media pria itu.
Kani memang tidak memiliki akun karena ia tidak punya waktu untuk main sosial media yang jelas menyita banyak waktu.
Kani sudah lama menutup akunnya sebelum ia lulus dari kuliah. Itu pun terpaksa ia lakukan karena beberapa kali dilabrak oleh pacar teman kampusnya yang cemburu pada Kani.
Gara-gara si beruang kutub, Kani membuka kembali akunnya hanya untuk melihat akun sosial media pria itu.
Hanya ada sepuluh foto yang diunggah di laman tersebut. Foto-foto itu berupa pemandangan langit, laut, dan cangkir berisi kopi.
Satu foto berupa bayangan pria itu di tengah jalan mendapat jumlah suka sebanyak jumlah pengikutnya. Semua orang memberi komentar bahwa bayangan pria itu begitu tampan.
Si beruang kutub yang gembul itu sudah terkena pemanasan global, makanya jadi kurus begitu! Batin Kani.
"Mba Kani.”
Kani tersentak kaget saat mendengar seseorang memanggilnya.
Ia terlalu fokus memperhatikan akun sosial media sampai mengabaikan pekerjaannya.
"Mas Teguh, ada apa?"
Kani bertanya pada salah satu pegawai operasional yang bekerja di usaha travel dan rental mobil yang dikelola oleh Kani.
Usaha tersebut sudah dijalankan oleh Kani selama hampir sepuluh tahun dengan modal yang dipinjamnya dari sang ayah.
Meski saat ini bisnisnya sedang naik turun, namun selama sepuluh tahun ini, Kani bisa mengelola hampir selusin mobil.
Itu semua berkat kegigihan dan keuletan Kani serta salah satu pegawainya, yakni Teguh.
Teguh adalah salah satu pegawai yang sudah bekerja bersama Kani sejak Kani merintis usahanya itu. Pria itu menjadi tangan kanan Kani karena merupakan pegawai yang serba bisa. Selain andal dalam mengurus operasional di lapangan, pria itu juga jago dalam mengurus administrasi.
Dulunya Teguh adalah petugas kebersihan di perusahaan tempat Kani bekerja. Berkat dorongan dari Teguh, Kani memberanikan diri untuk memulai bisnisnya sendiri.
Awalnya bisnis Kani sangat ditentang oleh keluarga, namun Kani membuktikan bahwa ia pasti bisa sukses, meskipun saat ini ia berat untuk mengembalikan modal awal yang dipinjamnya dari sang ayah karena berharap sang ayah bersedia mendukung secara penuh.
"Ya, ayah akan anggap hutangmu lunas, kalau kau mau menikah dengan Mario".
Itulah janji sang ayah yang kini tak mungkin bisa direalisasikan mengingat Mario telah memutuskan untuk membatalkan pernikahan.
Huhh! Padahal Mario yang membatalkan pernikahan, tapi kenapa aku masih harus membayar utangku pada ayah, padahal kata ayah akan dianggap lunas! Keluh Kani.
"Mba Kani, unit nomor 9 sudah lewat tiga hari belum kembali dari mengantar penumpang ke Kota A, terakhir katanya sopirnya kehabisan bahan bakar sewaktu mau kembali, tapi ini sudah tiga hari belum ada kabar lagi," kata Teguh.
"Oh begitu, ada apa dengan Didin ya? Coba sebentar saya coba hubungi keluarga Didin," sahut Kani.
Selama menjalankan usaha travel, Kani tidak memiliki sopir tetap. Ia biasa merekrut pekerja lepas dari teman-teman yang dikenalnya. Pekerja lepas yang membutuhkan pekerjaan sampingan untuk sekadar mengisi waktu luang demi menghasilkan uang.
Ada juga orang-orang yang meminta bergabung keanggotaan sebagai mitra dengan membawa unit mereka sendiri.
Tak sia-sia Kani sering nongkrong dengan para pria sewaktu masih sekolah. Para pria biasanya memiliki rasa solidaritas pertemanan yang lebih kuat dan tentunya minim drama jika dibandingkan dengan para wanita. Makanya tak heran dulu Kani lebih suka berkumpul bersama para pria hingga tersebar rumor piala bergilir dari orang-orang yang iri pada popularitasnya.
"Oh, baik, baik, terima kasih infonya, kami di sini juga sedang mengupayakan untuk bisa menghubungi Didin. Nanti kalau ada info, akan kami kabari sesegera mungkin," ucap Kani sebelum menutup telepon,
Teguh menunggu sampai bosnya itu bicara padanya.
"Mas Teguh pernah ke daerah di sekitar Kota A?" tanya Kani.
"Belum pernah, Mba, tapi kenalan saya pernah ada yang pergi ke sana, katanya daerah sana memang terkenal angker-angker gimana begitu," jawab Teguh.
"Duh, Mas Teguh, yang paling angker itu, kalau unit nomor 9 belum juga kembali sampai minggu depan. Minggu depan ada penumpang yang akan charter langsung empat unit, sudah bayar uang muka pula," keluh Kani.
"Hmm, iya, Mba Kani, di depan ada tamu yang datang, katanya mau ketemu Mba, tapi belum janjian," kata Teguh.
"Terus?"
"Ya, saya bilang, harusnya janjian dulu, baru datang," jawab Teguh.
"Haha, terus?" tanya Kani seraya tertawa.
"Katanya, bagaimana mau janjian, Mba Kani tidak mau menjawab telepon, makanya beliau datang kemari," jawab Teguh.
Kani mendelik gusar.
"Katanya lagi, beliau tidak akan pergi sampai Mba Kani bisa ditemui," lanjut Teguh.
Sepertinya Kani tahu siapa tamu yang begitu ngotot untuk bertemu itu setelah Kani terus mengabaikan pesan dan juga panggilan teleponnya.
Kani memang sengaja melakukannya karena merasa jengkel dengan pria arogan itu. Ia merasa harus balas dendam karena pada awalnya Kani yang harus memohon agar mereka bertemu dan bicara baik-baik.
"Katakan padanya, aku masih sibuk," kata Kani.
"Tadi saya sudah bilang begitu, Mba," kata Teguh.
"Terus?" tanya Kani.
"Terus katanya, kalau Mba Kani tidak mau ketemu, nanti ketemu lagi di pengadilan," jawab Teguh.
"Hah? Apa?" Kani terperangah.
"Mba, apa beliau itu debt collector?" tanya Teguh.
Kani bersungut-sungut.
"Tapi, masa pria setampan itu debt collector? Apa aktor yang lagi pura-pura jadi debt collector?"
"Ya sudah, Mas, sampaikan padanya, tiga puluh menit lagi akan saya temui dia," sahut Kani.
Bisa-bisanya dia mengancamku seperti itu! Dasar beruang kutub gila!
...*****...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!