"Jadi, estimasi biaya perawatan ac bulan ini untuk unit nomor 01 dan 02, penggantian spare part kampas rem dan aki untuk unit 04 dan 06, info dari mekanik untuk unit lain cukup pengecekan kaki-kaki dan penggantian oli seperti biasa," Teguh memaparkan laporannya.
"Oke, tolong dibantu ya, Mas Teguh," sahut Kani.
"Baik Mba, terus Mba..."
Ucapan Teguh terhenti, sedari tadi rasanya ia merinding karena pria yang sedang duduk di pojokan ruang kerja itu terus menatap tajam ke arahnya.
Teguh tahu ia menginterupsi pembicaraan antara bosnya dan pria itu. Namun ia merasa punya kewajiban atas pekerjaannya.
"Ehem, Mba Kani, tamu Mba itu, apa dia calon sopir?" tanya Teguh.
"Bukan, Mas, biarkan saja dia di situ, toh katanya dia akan menunggu sampai pekerjaanku selesai," kata Kani.
"Sampai besok pun pekerjaan Mba Kani mana mungkin selesai," ceplos Teguh.
"Apa?!"
Kris menyahut, lalu menggeser kursinya yang tadinya di sudut ruangan kembali ke depan meja kerja Kani.
"Mohon maaf dengan sangat, aku datang kemari bukan untuk menjadi pengawas kerja kalian. Jadi tolong kerja sama yang baik," kata Kris.
"Oh, maaf, Pak, maaf," kata Teguh pada Kris.
"Mas Teguh, jangan melihat dia seperti itu, nanti dia naksir kau," ceplos Kani.
"Hah?" Teguh terperangah.
Kris memasang ekspresi masam pada Kani. Teguh cepat-cepat keluar dari ruang kerja Kani untuk kembali ke loket.
Pria itu jelas bertanya-tanya apa hubungan bosnya dengan pria asing itu.
"Ehem!" Kris berdeham. "Aku akan langsung pada intinya saja. Aku mau kau menghapus dan meminta maaf padaku atas rumor buruk yang sudah kau sebarkan.”
Nada bicara pria itu terdengar sangat memerintah.
Kani yang duduk di kursinya ikut melipat kedua tangan di depan dada, membalas tatapan penuh intimidasi dari pria itu.
"Asal kau tahu, aku bukanlah penyuka sesama jenis!" Kris menekan kata-katanya.
Kani melemparkan ekspresi mencemooh.
Memangnya kau pikir aku buta dan tuli? Jelas-jelas pria itu mengungkapkan cinta padamu, tak bisa hidup tanpamu! Batin Kani.
"Yah, kalau semua penjahat itu mengaku, penjara pastilah penuh," sahut Kani.
Kris mengulas senyum, padahal dalam hati ia menahan rasa kesal dan jengkelnya pada Kani. Ia sadar bahwa ia tidak boleh terbawa emosi agar masalah ini cepat selesai.
Ingat itikad baik! Itikad baik! Kris membatin.
"Baiklah, terserah kau mau percaya atau tidak, yang pasti rumor yang kau sebarkan tentang orientasi seksualku itu tidaklah benar."
"Harusnya kau berterima kasih karena aku tidak langsung meminta pengacaraku untuk melayangkan tuntutan atas pencemaran nama baik yang telah kau lakukan terhadapku," lanjut Kris.
Kani mendelik gusar melihat sikap pria itu. Bukannya menunjukkan itikad baik seperti yang diucapkan, namun pria itu justru menunjukkan sikap arogan yang berlebihan.
Apakah pria itu sungguh adalah Ican si beruang kutub?
Waktu lima belas tahun rupanya sudah mengubah manusia berpenampilan lucu dan menggemaskan itu menjadi manusia setengah iblis.
"Begitukah menurutmu?" tanya Kani.
"Bukankah harusnya kau yang meminta maaf padaku? Gara-gara rumor buruk tentangku yang kau sebarkan, akhirnya calon suamiku membatalkan pernikahan kami," lanjut Kani.
"Oh, wah! Apa sekarang kau menyalahkanku atas batalnya pernikahanmu?" tanya Kris.
"Yang memutuskan untuk tidak menikah denganmu itu adalah Mario! Sungguh salah alamat jika kau menyalahkanku!" Kris membela diri.
"Ya, aku tahu, yang akan menikah denganku itu Mario! Tapi gara-gara rumor yang kau sampaikan padanya, dan ia akhirnya menganggap bahwa calon istrinya ini begitu murahan! Itu semua karena rumor buruk tak berdasar yang kau sampaikan!" cecar Kani.
Tok.. Tok..!
Teguh muncul begitu membuka pintu ruang kerja Kani.
Pria itu membawa dua gelas plastik berisi es kelapa muda serta sepiring gorengan. Gara-gara mendengar betapa sengitnya perdebatan di ruang kerja Kani, pria itu pun berinisiatif.
Untung saja ruko tempat kerjanya bersebelahan dengan warung penjual gorengan.
"Permisi, Mba Kani, silahkan minum dulu esnya, biar adem," kata Teguh.
"Terima kasih, Mas Teguh," kata Kani dengan ramah saat mengambil segelas es.
Kris terperangah karena melihat sikap Kani yang begitu ramah pada Teguh.
"Mari, Pak, diminum dulu esnya, biar segar," ucap Teguh pada Kris.
Kris tak bergeming dengan tawaran Teguh, ia masih mengawasi Kani yang meminum es kelapa muda tanpa menawari Kris.
"Ya ampun, Mas Teguh, kenapa sampai repot-repot menyiapkan minum untuk tamu? Nanti tamunya tidak mau pergi," kata Kani seraya tertawa.
Wah! Sarkas sekali wanita ini! Geram Kris.
"Pak Teguh, terima kasih, tapi, bisakah saya minta yang tanpa es?" tanya Kris.
"Yaelah, ini orang malah melunjak," ceplos Kani.
"Baik, saya akan pesankan es kelapa muda tanpa es," kata Teguh sambil berpamitan.
Atmosfer menegangkan masih tercipta antara Kani dan Kris.
Namun Kani menyikapinya dengan santai, ia bahkan masih tetap bisa makan singkong goreng yang dicocol dengan sambal.
"Mas Teguh memang pria yang sangat pengertian. Makan gorengan memang paling enak sambil minum es kelapa muda. Tidak seperti laki-laki pelit yang datang hanya membawa diri," ceplos Kani.
"Apa? Pelit?" Kris tercengang.
"Aku bisa saja membeli gorengan sewarung-warungnya! Tapi kita bahkan tidak seakrab itu untuk duduk dan makan gorengan bersama!" ketus Kris.
"Lagipula, makan gorengan bukanlah levelku!" lanjutnya.
Kani mendelik gusar sambil menikmati gorengannya. Ia bahkan menjilati jarinya yang terkena sambal.
"Ehem!"
Kris berdeham usai memaksa kembali otaknya agar fokus. Sesaat pikiran Kris berkelana karena melihat Kani menjilati jarinya.
"Aku sungguh masih berbaik hati untuk memintamu berdamai tanpa membawa masalah ini ke jalur hukum," ujar Kris.
"Baiklah, aku sungguh senang dengan kemurahan hatimu. Tapi ada satu hal yang membuatku penasaran," ucap Kani.
"Apa?" tanya Kris.
"Di antara kau dan pria itu, siapa yang berperan sebagai betina?"
Apa?! Kris tercengang.
"Aku mewakili pertanyaan dari teman-teman yang penasaran. Kau memang terlihat sangat maskulin, namun tidak menutup kemungkinan kau sangat feminin di tempat tidur. Toh penampilan luar bisa menipu," ceplos Kani.
Kris mengambil segelas es kelapa yang masih tersegel. Ia membuka segelnya dengan cepat.
Mau apa kau? Mau menyiramku? Batin Kani segera mengambil sikap defensif.
Byurr...
Kani terperangah melihat Kris yang justru mengguyurkan es kelapa di kepalanya sendiri.
Bahkan pria itu berlagak seperti bintang iklan sirup andalan berbuka puasa yang diguyur kesegaran.
"Sampai jumpa di pengadilan," Kris berpamitan.
"Hei! Kenapa kau malah membuat ruang kerjaku jadi becek?!" seru Kani.
"Lho, Pak, mau ke mana? Ini es kelapa tanpa es yang Anda minta," kata Teguh saat berpapasan dengan Kris di depan ruang kerja Kani.
Kris tidak menyahut dan memilih mengabaikan Teguh. Ia segera memakai kacamata hitamnya lagi.
Sepertinya wanita itu memang tidak bisa diajak bicara baik-baik!
Baiklah! Akan kutuntut kau seberat-beratnya dan kujebloskan kau ke dalam penjara! Batin Kris dengan kemarahan yang bergemuruh dalam dadanya.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments