Bab 2 : Sepatah Rindu

"Woy kambing! " Bentak seorang perempuan dengan menggebrak meja.

membuat seseorang yang tengah tertidur dikursi panjang dibawah nya terkejut dan jatuh ke lantai.

"Anj! " Umpat nya.

" Busett dah lo! gue lagi enak-enak nya tidur malah lo ganggu. gue kaget nyet! " omel Nathan padanya. sementara yang di Omeli hanya terkekeh.

"Selow dong mas! Lagian suruh sapa lu tidur diperpus, bolos ya lo? " Tanya nya penuh selidik.

"Pertanyaan bego yang gak harus gue jawab" ketus nya lalu duduk dikursi nya kembali.

"Zyra! cowok lo sensi amat sih? Lo kasih racun apaan nih bocah sampe gila gini? " Ucap nya menatap Azzyra yang sedari sibuk sendiri dengan handphone miliknya itu.

"Sianida" Jawab nya singkat tanpa menoleh sedikit pun.

"Ck! singkat amat sih jawab nya"

"Heh Milo! ngapain sih lo kesini? ikutan bolos ya lo? "

Mila tersenyum penuh arti pada Nathan.  Melihat nya pun Nathan mendengus kasar.

         Baru setengah jam ia tertidur sudah ada yang mengganggu.  Jika saja Mila bukan temannya sudah Nathan bully habis-habisan. Nathan dan Mila itu satu paket,  Nathan itu jelmaan ciptaan tuhan yang absurd dan tengil nya luarbiasa versi cowok.  Dan Mila itu versi cewek nya.

Meski Mila tidak setengil Nathan, tapi Mila itu si troublemaker biang nya masalah disekolah suka bully siswa-siswi yang semena-mena sama adik kelas ataupun orang lemah.

        Mila sudah sangat sering dihukum bahkan diskors, bukannya kapok ataupun sedih Mila malah senang jika mendapat hukuman apalagi skorsing.  Ia jadi bisa jalan-jalan dan kelayapan gak jelas.

"Heh Milo! cabut sana lo ah,  ganggu ketenangan orang aja! " Usir Nathan dengan menggerakkan tangan nya menyuruh Mila untuk pergi.

"Suka-suka gue dong! emang ini sekolah milik bapak moyang lo apa? sekolah ini milik pemerintah kali"

     Mila duduk disamping Azzyra. Mengabaikan Nathan yang sedari tadi menggerutu dan mengusir nya.

       Setelah beberapa saat, tak terdengar lagi suara gerutuan dari Nathan untuk Mila. Semuanya mendadak hening, Nathan yang lebih memilih diam dan Mila yang diam-diam memperhatikan Azzyra. Sorot matanya menatap intens ke arah Azzyra. Nathan melihatnya, ada sorot kesedihan dan penyesalan dari matanya.

       Sadar dengan kondisi, Nathan beranjak dari duduk nya. Berpura-pura mengelilingi rak buku yang berjejer. Memberi ruang untuk Azzyra dan Mila.

"Zyra,, " Ucap Mila lirih.

"hmm" jawab Azzyra singkat dengan sebuah deheman.

"emm,,  nanti pulang kerumah yah? "

      Tiba-tiba saja jemari lentik Azzyra langsung berhenti bergerak setelah Mila mengucapkan permintaan nya pada Azzyra. Sesaat Azzyra diam tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Mila, sebelum ia menghela nafas panjang.

"Gue ada urusan" Singkat nya yang kembali memainkan handphone nya.

"Zyra,, please pulang yah? Mamah sama papa kangen sama lo" bujuk Mila.

"Telat"

"Ra,  please sekali ini aja lo pulang. Gue selalu nungguin lo pulang.Apa lo tau Ra? Setiap hari nya gue selalu berharap lo pulang kerumah, tinggal lagi dirumah bareng mama sama Papa." Mila kembali membujuk Azzyra .

"Azzyra, kita ini saudara Ra! Kita ini seperti orang asing yang secara beruntung jadi sahabat. Gue gak berharap lebih sama lo, gue cuman mau lo pulang dan kita kembali kayak dulu lagi" Lanjut nya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kita terluka Mil, " Ucap Azzyra dingin dan langsung meninggalkan Mila.

      Mila memandang sendu punggung Azzyra yang perlahan menjauh. Ada perasaan tak suka ketika Azzyra berbicara dingin padanya.

"Lah,  Ara mana? " Tanya Nathan yang baru tiba.

"Cabut" Jawab Mila dengan malas.

"Gue ditinggal lagi, aish Bener-bener yah cewek gue" Kesal Nathan.

"Heh kambing! Sejak kapan Zyra jadi pacar lo? Halu lo jangan ketinggian bego" cibir Mila.

"Bilang aja lo sirik! Yang jomblo mah ngenes sama suka sirik"

"Seenggak nya gue gak Halu kayak lo! " Balas Mila dengan menatap sengit.

"Dasar jomblo Ngenes! " Caci Nathan pada Mila.

"Jomblo halu! "Balasnya.

       Mila dan Nathan saling beradu tatapan. Tatapan tajam dari keduannya membuat aura permusuhan diantara keduanya semakin terlihat. Nathan mendengus kasar.

"Dah ah gue mau cabut" Ucap Nathan memutuskan kontak matanya dan beranjak pergi meninggalkan Mila seorang diri.

"Ck! Cowok kebanyakan micin" Cibir Mila yang sudah tak bisa didengar oleh Nathan.

       Mila menatap punggung Nathan yang perlahan menjauh dan perlahan hilang dibalik pintu.

Kini ia kembali sendiri, hanya ditemani keheningan diperpustakaan luas tersebut.

      Mila menghembuskan nafasnya pelan. Tangan perlahan menyentuh dadanya sendiri. Masih bisa ia rasakan, debaran itu masih ada dan masih sangat terasa.

Matanya terpejam, menikmati kesunyian seorang diri. Berusaha menetralkan kembali debaran didada nya. Berharap semuanya tak terjadi, berharap semuanya hanya khayalan.

"Ra,,, " lirih nya.

"Boleh gue egois untuk saat ini? Please,,,,,, " Lanjut nya dengan suara yang perlahan memelan.

🍁🍁🍁

Azzyra menghembuskan nafasnya gusar. Sore ini hujan turun dengan sangat deras. Perkiraan nya tadi pagi melenceng jauh, ia kira hari ini tidak akan ada hujan yang mengguyur kota Jakarta.

        Sekolah memang masih ramai, akibat hujan yang masih deras. Sebagian dari mereka lebih memilih meneduh dikoridor sekolah sambil menunggu hujan reda. Meskipun ada beberapa dari mereka yang nekat menerobos hujan.

"Zyra!! " Teriak Laras memanggil nama Azzyra.

         Azzyra menoleh kebelakang. Terlihat Laras dan Mila yang berjalan berdampingan dari arah koridor kelasnya. Keduanya masih menggunakan seragam lengkap, namun seragam nya sudah terhalang dengan jaket yang dipakai keduanya.

"Gue kira lo udah pulang duluan Ra, " Ucap Laras sesaat ketika sudah berada disamping Azzyra.

"Hujan" Jawab Azzyra singkat seperti biasanya.

Laras mendengus,  "Ya kali aja lo nerobos hujan gitu Ra, "

"Lo gak bawa jaket Ra? " Tanya Mila yang baru membuka suaranya.

Azzyra menggeleng sebagai jawaban.

"Nathan! "

    Tanpa Azzyra duga, Mila berjalan ke arah Nathan yang tengah duduk didepan kelas bersama teman nya.

Azzyra dan Laras hanya memperhatikan dari tempat nya. Tanpa berniat mencegah Mila.

"Apaan? " Jawab Nathan dengan malas saat Mila tengah berdiri dihadapan nya.

"Pinjem jaket lo sinih! "

"Buat apaan? Lo kan pake jaket Mil," Nathan mengernyitkan dahi nya.

"Minjem tapi kayak malak lo mah" Celetuk Budi.

"Suka-suka gue dong! ,udah ish mana jaket nya? Kasihan Zyra kedinginan gak pake jaket! "

"Bilang kek kalo jaket nya buat Ara!," Nathan melepas jaket yang tengah ia pakai dan langsung memberikan nya pada Mila.

"thanks" Ucap Mila singkat yang langsung pergi dan kembali menghampiri Azzyra dan Laras.

"Than, main basket kuy! " Ajak Satya yang sudah berdiri menatap ketiga temannya.

"Lagi hujan" Jawab David menanggapi ajakan Satya.

"Hooh lagi hujan, gimana kalo dedek emesh ini cakit? Kan nanti gak ada yang bisa malak kalian lagi" Ucap Budi yang mulai berbicara tidak jelas. Alay!

"Hujan kan cuman air bukan batu! Jadi gak akan bikin mati," Ucap Satya yang kekeh dengan ajakan nya itu.

"Hujan itu air yah? Gue kira minyak" Jawab Nathan ambigu.

     Budi, Satya dan David hanya diam. Tidak ingin menimpali ucapan Nathan yang kelewat pintar itu.

"Ayok! " Ajak Nathan yang sudah berdiri dan melepas tas nya.

"Kemana? " Tanya ketiga nya secara bersamaan.

"Main basket lah! "

       Satya tersenyum dengan lebar. Tanpa menunggu banyak waktu Nathan dan Satya sudah berlari ketengah lapangan, menerobos hujan yang mulai membasaha tubuh mereka. Melihat temannya sudah berlari, Budi dengan antusias ikut menyusul keduanya. Sementara David ia hanya berjalan santai untuk bergabung.

        Kini tubuh keempat nya sudah basah kuyup dibawah guyuran air hujan yang deras. Bermain basket dibawah hujan memang hal yang biasa mereka lakukan. Bisa dibilang kegiatan favorit ,mungkin.

        Sementara dari arah lain banyak pasang mata yang menyaksikan aksi kelompok somplak itu. Salah satu nya adalah Azzyra. Matanya tak lepas memperhatikan Nathan yang bermain seperti anak kecil. Tubuhnya kini sudah terbalut jaket tebal berwarna navy milik Nathan. Awalnya Azzyra menolak, namun dengan sedikit paksaan dari Mila membuat nya harus memakai jaket tersebut.

"Kayak anak-anak banget sih tuh geng somplak. Main basket sambil hujan-hujanan, kalo sakit kan mereka juga yang susah," Ucap Laras yang juga ikut memperhatikan keempat pemuda yang tengah berlarian mengejar bola.

"Namanya juga somplak, ya pasti isinya orang-orang somplak yang kelakuannya minus, La" jawab Mila.

"Kesambet geledek gak yah? " Tanya Laras yang mendapatkan jitakan halus dikepalanya. "Awh!! Milo ih sakit tau! "

"apa?! Lo mau doa'in biar mereka death gitu? "sang pelaku penjitakkan yang tak lain ialah Mila.

"Siapa tau aja kan Mil! takdir siapa yang tau" Ucap Laras yang kesal dengan mengelus kepalanya yang terkena jitakan dari Mila.

"Kadang otak lo perlu dicuci deh La biar cerdas"

"Gue udah pinter dari orok! Lo nya aja yang gak nyadar" cibir Laras.

"yayayaya" jawab Mila dengan malas.

       Setelah percakapan kecil itu terjadi, keduanya kembali diam. Memperhatikan kembali ketengah lapangan. Tepat saat Nathan mencetak angka suara riuh terdengar dari arah koridor. Siapa lagi jika bukan siswi-siswi yang tengah berteriak heboh.

        Ingin rasanya Azzyra pergi dari tempat seramai ini. Namun, karena hujan yang menahan nya ia sulit untuk pergi. Azzyra tak suka keramaian.

🍁🍁🍁

  "Jalan pak" Ucap Azzyra setelah mendudukan tubuh nya dikursi penumpang dibelakang pengemudi.

      Taksi yang ia tumpangi pun melesat meninggalkan area sekolah nya. Hari sudah mulai gelap, meskipun hujan telah reda dan hanya meninggalkan rintikkan kecil yang masih terasa.

        Untunglah masih ada taksi yang lewat didepan gerbang sekolahnya. Karna biasanya jika sudah mulai malam taksi disekitar sekolahnya sudah jarang ada yang lewat.

          Azzyra menatap kearah luar jendela. Memperhatikan jalanan yang tengah ia lewati. Jalan yang masih basah, pepohonan yang basah dan awan yang masih menghitam. Azzyra menghela nafas, lama ia terdiam sebelum ia mengeluarkan benda pipih kecil dari saku seragamnya.

        Azzyra mengklik salah satu nomor yang tertera dilayar handphone dan langsung ia dekatkan ke indra pendengaran nya.

Beberapa saat ia menunggu seseorang mengangkat telpon dari nya.

'Hallo, Ada apa sayang?'

     Suara seorang wanita paruh baya terdengar dari arah sebrang sana.

"Kia lagi dijalan mau pulang, Oma mau nitip apa? " Tanya Azzyra pada wanita yang ia panggil Oma itu.

'Oma lagi gak mau apa-apa, lagi pula ini sudah mau malam. Kamu cepat pulang saja yah, ' Ucap nya dengan penuh kelembutan.

"Iyah Oma. Yasudah aku tutup"

'Hati-hati sayang'

       Itu adalah suara terakhir sebelum sambungan nya terputus. Azzyra mematikan handphone nya lalu memasukkan nya kembali kedalam saku nya.

Ia menatap kembali kearah jendela luar. Perlahan cahaya nya mulai menggelap, sebentar lagi malam akan tiba.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!