Arika baru selesai sisi pemotretan. Ia duduk di kursi yang sudah disiapkan, seraya melihat artikel-artikel dirinya.
"Semakin mantap banget kamu, Rik." Rekan kerja Arika duduk di samping wanita itu.
"Alhamdulilah." Arika hanya tersenyum manis.
Ia baru ingat tentang suaminya, ia pun membuka ponselnya, sudah banyak panggilan tak terjawab dan pesan dari Arian.
Arika pun langsung menelpon sang suami. Dan tak menunggu beberapa menit Arian langsung mengangkatnya.
"Mas sudah sampai?" tanya Arika.
"Ya sayang, sudah tiga jam yang lalu."
"Mas sudah makan?" tanya Arika lagi.
Arian berdehem seperti sedang sibuk. Arika pun mengalihkan ke panggilan video.
Namun, Arian menolaknya membuat Arika bingung.
"Kok di tolak, mas?" tanya Arika dengan kecewa.
"Bentar, sayang. Mas lagi sibuk."
Beberapa saat kemudian, Arian mengalihkan ke panggilan video.
Mereka pun saling menatap di layar ponsel. Arika tersenyum melihat suaminya.
"Mas di vila atau di hotel?"
"Vila sayang."
Arika manggut-manggut saja. Mereka mengobrol santai seraya menanyakan kabar satu sama lain.
"Jangan pulang larut malam, ya. Selesai kerja kamu harus langsung pulang ke rumah, kunci rumah jangan bukain pintu jika tidak ada yang menelpon kamu dulu oke?"
"Iya masku, sayang."
"Kalau begitu mas matiin, ya? Mas mau mandi gerah ini."
Arika mengangguk dan mengakhiri vid call mereka.
"Beruntung banget sih, Rik. Punya suami perhatian kek pak Arian."
Arika hanya tersenyum. Ia benar-benar beruntung memiliki Arian dalam hidupnya, yang sangat mencintainya.
"Hubungan kalian juga langgeng-langgeng banget. Enggak sering tuh kesorot bertengkar."
"Iya soalnya kalau kami bertengkar kami enggak bawa ke public, Erina."
"Iya juga, ya. Btw jangan kesinggung ya Rik. Kamu nunda punya anak ya?"
Arika menatap Erina lalu menggeleng. Kenapa semua orang mengatakan jika ia menunda kehamilannya.
"Aku tidak pernah ingin menunda kehamilan aku, Er. Aku dan mas Arian juga udah berusaha, tetapi mungkin Allah belum ngasih."
Erina menepuk bahu rekan kerjanya itu. Ia jadi nyesal bertanya seperti itu.
"Maafin aku ya, aku enggak bermaksud gimana-gimana Rik. Aku doain secepatnya dapat dedek baik yang lucu. Kalian baru dua tahun nikah. Semangat pejuang garis dua."
"Makasih."
Mereka berpelukan satu sama lain. Erina memberikan dukungan untuk temannya itu.
...----------------...
Hari terus berjalan, Arika dan Arian ldran sudah seminggu lebih.
Arika juga berada di london. Hal itu membuat mereka semakin berjarak, tetapi komunikasi diantara mereka tetap lancar walaupun dua hari ini Arian tidak pernah menghubunginya.
Arika melihat ponselnya enggak ada tanda-tanda suaminya akan membalas pesannya. Ia pun menghela napas dan menyimpan ponselnya.
Beberapa saat kemudian, ponselnya berbunyi membuat Arika buru-buru mengambilnya. Ia kira pesan dari sang suami ternyata pesan dari Erina.
(Foto)
"Rik, ini suami kamu bukan? Aku ketemu dia di bali tepatnya di pantai sepertinya bareng keluarga kamu. Aku enggak kenal satu perempuan yang suami kamu temani, lengket banget sama suami kamu atau dia adek ipar kamu?"
Arika memperhatikan dengan seksama foto yang dikirimkan temannya.
"Mungkin kamu salah lihat? Suami aku bukan ke bali, dia ke bandung. Terus keluarga kami enggak ikut."
Erin kembali mengirim satu foto, di mana foto dia ngezoom wajah suaminya.
"Tapi enggak mungkin kan, mas Arian di bali bersama oma, papa dan mama?" Batin Arika pikirannya kemana-mana apalagi saat melihat wanita yang merangkul suaminya, postur badannya familiar tapi ia tak tahu itu siapa.
"Iya Allah jauhkan pikiran burukku. Mungkin kebetulan saja keluarga ke bali dan mengajak mas Arian, dan sengaja mas Arian tidak mengabariku karena takut aku sedih sebab tak ikut."
"Tapi siapa wanita itu? Mas Arian tidak mempunyai adek, apa mungkin keluarga jauh? Tapi kenapa selengket itu ke mas Arian."
Arika mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Semakin dipikirkan, Arika semakin ovt sama pesan Erina.
Ia menggelengkan kepalanya, sebab ia sudah mulai berpikir yang enggak-enggak, sebelum mendengar penjelasan dari suaminya ia tidak ingin cepat salah paham dan menuduh yang tidak-tidak.
Pukul delapan malam, akhirnya sang suami aktif. Namun belum melihat pesannya dan menelponnya balik.
"Mas kamu kemana sih?" Arika mulai gelisah tak karuan, matanya mulai berkaca-kaca.
Sedangkan di posisi Arian yang berada di bali. Lelaki itu sedang mandi dan yang memegang ponselnya adalah Ema.
Ema tersenyum devil, merasa puas melihat spam chat dari Arika yang tidak di balas. Gimana tidak? Suami wanita itu aja bersamanya, menghabiskan waktu berdua di bali sebagai pengantin baru.
Saat Arian keluar dari kamar mandi. Ema langsung meletakkan ponsel lelaki itu kembali ke nakas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Ma Em
Arika kamu terlalu percaya sama Arian coba selidiki jgn diam saja jangan jadi bodoh Arika
2024-09-18
0
Ira Sulastri
Arika, kenapa ga minta orang yg kasih kabar kamu untuk menyelidiki dan mengirimkan video biar kamu lebih yakin
2024-09-18
0