"Maaf. Saya duluan, " pamit Zahra sebelum melanjutkan langkahnya.
"Hati-hati jangan sampai nabrak lagi," ujar Farhan tersenyum ramah.
Zahra tersenyum kikuk. "Baik banget sih nih kakak kelas," batin Zahra.
Zahra mengangguk dan meninggalkan Farhan, Zahra tersenyum tipis melangkah ke arah kantin. Senyum yang jelas-jelas fake, karena mana mungkin Zahra tersenyum sedangkan cibiran-cibiran siswi-siswi tak ada henti-hentinya.
"Nih sekolah luas banget yah. Mau ke kantin aja jauh banget," ngeluh Zahra berdiri di ambang pintu kantin.
####
3 pemuda most wanted sekolah juga menyaksikan adegan tabrakan tanpa sengaja itu. Daniel, Deon dan Verrel juga berniat ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kelaparan. Tapi, tiba-tiba langkah mereka terhenti saat melihat Zahra dan Farhan bercakap-cakap dengan ramahnya.
"Rel, Zahra nabrak si Farhan," ujar Deon.
"Trus? Apa peduli gue!" sahut Verrel cuek.
"Tenang aja kali, Farhan nggak bakalan marah ke cewek Imut kayak Zahra," seru Daniel dengan senyum menyebalkan membuat Deon dan Verrel bergidik ngeri.
Verrel menghela nafas berat dan kembali memfokuskan penglihatannya ke arah Farhan dan Zahra.
Deon, Daniel dan Verrel tidak dapat mendengar apa yang Farhan dan Zahra ucapkan. Verrel hanya bersikap bodo amat tapi belum mengalihkan pandangannya.
Deon dan Daniel terkekeh saat melihat sahabatnya itu tengah fokus menatap dua orang yang tidak jauh di depannya.
"Lanjut kantin kuyy," ajak Daniel, setelah melihat Zahra kembali melanjutkan langkahnya.
"Kuy," imbuh Dion.
"Rel, udah nggak usah di liatin gitu," timpal Daniel saling melempar pandang dengan Deon.
Verrel mendelik. "Bacot!!" hardiknya.
Deon dan Daniel meringis mendengar umpatan Verrel. Niat mereka untuk menggoda Verrel hilang seketika.
Ketiga pemuda itu melangkah dengan santai menuju kantin, dengan kedua tangan yang mereka masukkan ke dalam saku celana.
Tentu dengan penampilan yang bad, kaki baju berada di luar dengan kancing baju yang tidak terpasang, memperlihatkan kaos putih yang di pakai pemuda itu.
####
#KANTIN
Zahra memasuki kantin dengan keadaan yang sedikit menunduk. Pandangannya menyusuri kantin yang nampak ramai, tempat duduk di kantin ini nyaris penuh.
Penghuni kantin yang melihat kedatangan Zahra pun menoleh, memandang Zahra dengan tatapan aneh dan sinis. Zahra tak menghiraukan tatapan itu, ia berusaha fokus ke tujuan awalnya.
kriuukk ... kriuuk ...
"Bunyi apaan tuhh, hahaha," tawa Daniel yang mendengar bunyi perut Zahra.
Daniel dan Deon tertawa terbahak-bahak semakin menjadikannya tontonan di kantin ini. Semua penghuni kantin menghentikan aksi makannya dan memilih memandang ke arah ambang pintu.
"Kriuuk ... kriuuk ... cacing dah pada demo," imbuh deon menirukan suara perut Zahra di sela-sela tawanya.
"Deon, Daniel diam!" titah Zahra.
Zahra merasa malu dengan keadaannya sekarang. Merasa di abaikan oleh Deon dan Daniel, Zahra mengerucutkan bibirnya dengan muka merah padam menahan malu. Membuat Verrel yang melihatnya mengangkat sudut bibirnya.
Zahra mendongak menatap Verrel terang-terangan. "Suruh temen kamu diam," kesal Zahra.
"HAH? enak aja," tolak Verrel mentah-mentah.
Zahra mencebik, kembali melirik ke arah Verrel. Entah di sengaja atau tidak Verrel juga melirik kearahnya dan lagi-lagi kelereng beda warna itu saling bertubrukan.
"EKKHEM ..." Daniel berdehem. "Udah tatap-tatapannya?" lanjutnya, yang di balas tatapan tajam oleh Verrel.
Verrel kembali menetralkan wajahnya. Sedangkan Zahra menunduk dengan muka merah padam, gadis itu benar-benar malu.
"Rel, yuuk," ajak Deon.
Verrel, Deon dan Daniel melangkah ke arah meja yang masih kosong terletak di ujung sebelah kanan.
"Ih perut bunyi malu-maluin aja," cicit Zahra merasa malu dengan bunyi perutnya.
Walaupun pelan Verrel masih dapat mendengarnya, karena langkahnya belum terlalu jauh. Berbeda dengan Deon dan Daniel yang sudah memesan makanan.
Keadaan kantin sekarang telah kembali Normal. Semua penghuni kantin sudah kembali menyantap makanannya masing-masing. Membuat Zahra yang masih berdiri di ambang pintu kantin bernafas lega.
"Ada apasih sama sekolah ini? Semua penghuninya nyebelin banget, lebih parah dari sekolah dulu," cicit Zahra frustasi.
Hari pertama sekolah Zahra sudah mendapatkan kesan yang buruk.
Bagaimana dengan hari selanjutnya?
####
Verrel melangkah ke meja paling ujung sebelah kanan, meja itu adalah meja favoritnya dengan kedua sahabatnya.
Tidak ada ada satupun penghuni sekolah ini yang berani menempati meja itu, walaupun dalam keadaan kosong sekalipun. Verrel tidak pernah melarang mereka mau duduk di sana ataupun tidak. Tapi merekalah yang benar-benar menjauhkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan Verrel, Deon dan Daniel.
Sama seperti para siswi-siswi yang hanya dapat memendam perasaannya, tak berani mengutarakan walaupun Verrel sudah tepat berada di depannya.
Verrel langsung bersandar di tembok, dengan kaki yang di naikkan ke bangku menambah kesan badboynya, sambil menunggu Deon dan Daniel yang memesan makanan.
Sesekali pandangannya jatuh pada Zahra, murid baru yang jadi viral dalam sehari. Verrel sesekali mengangkat sudut bibirnya membentuk senyum tipis tanpa ada yang menyadari, karena kebingungan Zahra celingak-celinguk tanpa arah di kantin yang luas ini.
Zahra memutuskan untuk ke menu terlebih dahulu. Guna memastikan uangnya cukup atau tidak untuk membeli makanan. Tapi Zahra berharap cukup, karena ia sekarang merasa sangat lapar, apalagi dengan kejadian tadi pagi yang membuatnya harus terus berlari.
Deon dan Daniel berjalan menghampiri Verrel sambil membawa nampan berisi makanannya masing-masing.
Daniel menatap heran kearah Verrel, tapi setelah itu menyunggingkan senyum misteriusnya melihat Verrel yang sedang tersenyum bahkan tak terlihat seperti senyum saking irit nya.
"Ngapain lo senyum-senyum? Kesambent??" seru Deon yang baru saja tiba.
"Kayak nggak pernah aja sih lu Yon," sahut Daniel sok bijak.
"Tumben nih anak bijak," gumam Verrel dalam hati.
"Verrel kan lagi folinlof, hehehe," tambah Daniel dengan kekehan di akhir kalimatnya.
"Habis loh Niel," cicit Deon sambil menunduk dan menyantap makanannya
"AHAHAHA ..." Daniel tertawa melihat ekspresi Verrel yang tiba-tiba berubah. Membuat seisi kantin memandangnya bingung, kecuali para fans Daniel yang mengabdikan moment Daniel dengan memotretnya lewat ponsel.
Daniel tersadar kalu Deon tidak membantunya untuk membuat Verrel kesal pun menghentikan tawanya. Dan menoleh ke arah Deon dengan kening berkerut, sedangkan yang di tatap hanya fokus memakan makanannya dengan khidmat.
Setelah itu, beralih menatap Verrel yang dengan santainya memakan makanan pesanan Daniel. Daniel melongo dan menggeram kesal karena Verrel memakan makanan yang di pesannya. "Kampret lo Rel, mesen sendiri napa," protes Daniel sambil menarik mangkuk bakso yang tinggal setengah itu.
Verrel tetap keukeh menghabiskan semangkuk bakso itu, dengan tangan kanan yang menyendok dan tangan kiri melingkar ke sekeliling mangkok bakso itu. Membuat Daniel kehabisan cara untuk menyelamatkan makanannya.
Daniel menghela nafas berat dan bangkit dari duduknya untuk memesan makanan kembali. Saat ingin memesan makanan Daniel tak sengaja menatap ke arah menu dan mendapati Zahra disana yang masih setia membaca menu berulang-ulang. Daniel mengangkat bahunya acuh dan kembali ke tujuan awalnya.
Daniel kembali dengan semangkuk bakso di tangannya dan segera duduk di tempat awalnya. "Ehh Rel, lo nggak kasian apa sama si murid baru itu?" celutuk Daniel sambil mengaduk-aduk bakso di depannya.
"Nggak," sahut Verrel cuek.
"Mending lo samperin deh kasian tuh bocah masih mandang menu dari tadi," tutur Daniel tanpa menoleh ke arah Verrel.
Verrel mengalihkan pandangannya ke arah menu dan benar saja gadis itu masih berada di sana. Padahal kantin sebentar lagi sepi karena jam istirahat akan segera berakhir.
Verrel bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Zahra. Melihat Verrel bangkit Daniel dan Deon mendongakkan kepalanya.
"Ehh katanya nggak tapi masih di samperin juga," beo Deon.
"Temen lo tuh," sahut Daniel malas.
"Temen lo juga kali," balas Deon tak mau kalah.
####
"Mie instan 7 ribu, di warung dekat rumah Zahra cuman 3 ribu. Minuman botol Aqua 5 ribu, di warung dekat rumah Zahra juga 3 ribu. Bakso 20 ribu mahal banget bang padahal bakso mang maman langganan Zahra cuman 15 ribu itu juga udah pake telur," ngoceh Zahra dengan wajah kesalnya dan napas beratnya.
Hal itulah yang dilakukan Zahra berulang-ulang kali, pikirannya sibuk membandingkan makanan di sekolah ini dengan makanan-makanan di warung yang biasa di belinya.
Zahra sibuk mempertimbangkan apa yang akan di belinya, hingga tidak menyadari sesosok pemuda yang sudah berdiri di belakangnya.
"Ya jelas bedalah, untuk apa lo bandingin makanan di skolah ini dengan makanan pinggir jalan yang selalu lo makan," ujar Verrel membatin.
"Uang Zahra cuman 20 ribu, kalo beli mie 7 ribu tambah air 5 ribu jadi 12 ribu berarti sisa uang Zahra 8 ribu. Zahra pulang naik angkot ongkos 5 ribu berarti uang Zahra sisa 3 ribu," ngoceh Zahra dengan kepolosannya.
Zahra masih menimbang-nimbang apa yang akan di belinya. Zahra tidak mau bersikap boros dan menyusahkan Raihan terus menerus.
Verrel diam tak bergeming mendengar ocehan Zahra. Verrel tidak percaya masih ada seorang gadis seperti Zahra di jaman yang super elit ini. Bahkan jika boleh Verrel katakan Zahra adalah satu-satunya gadis yang berbeda di antara 1000 gadis yang terlihat sama.
Zahra tidak tahu kalau Verrel berada di belakangnya sedari tadi, dan mendengar semua ocehannya yang lebih mengarah ke curhat
"Fix! Minum aja deh 5 ribu," tutur Zahra yakin.
"Nggak makan?" seru Verrel setelah menstabilkan mimik wajahnya.
Verrel merasa sedikit kasihan dengan gadis di depannya, mungkin terlihat sedikit baik tidak jadi masalah untuknya.
Zahra terpelonjak kaget dan langsung menoleh ke arah Verrel dengan kening berkerut. "Kamu sejak kapan ada di sini?" tanya Zahra.
"Gue traktir tenang aja," kilah Verrel dengan nada angkuhnya. Bukannya menjawab pertanyaan gadis di depannya malah mengalihkan pembicaraan. Verrel merasa tak ingin membuang waktunya lebih lama, ia ingin segera sedikit membantu Zahra dan meninggalkan tempat ini.
"Aku bisa kok beli makanan sendiri, lagian aku ... ehm diet," elak Zahra berbohong.
Tercetak jelas di wajahnya bahwa Zahra berbohong.
"Hagh? Diet? tubuh lo tuh kecil. Diet sehari bisa abis. Gue traktir tenang aja, gue ulang taun makanya gue nraktir semua teman kelas termasuk lo," ejek Verrel berbohong dengan nada angkuh yang mampu membuat Zahra berengggut kesal.
"Jadi?" tanya Verrel memastikan.
"Bener??" sahut Zahra, mendongakkan kepalanya agar dapat menatap lurus pemuda di depannya. "Tapi kok kayak ...," lanjutnya, saat melihat adanya kebohongan di mata Verrel.
"Kalo nggak mau ya udah," potong Verrel cepat dan langsung berbalik memunggungi Zahra.
"Udah di baikin juga malah ngelunjak, aneh!" gerutu Verrel membatin.
Verrel mulai melangkah.
Satuu ...
dua ...
ti ...
"Tunggu!"
Verrel tersenyum miring di kala hitungannya yang ketiga belum terucap sempurna dan gadis itu memanggilnya kembali.
Verrel memutar tubuhnya kembali. "Hm?" dehem Verrel dengan sebelah alis yang terangkat.
"Aku mau pesan bakso 1 dan batagor 1, dan air 5. Tapi, airnya kamu suruh simpan dulu ama mbak-mbak kantinnya pulang sekolah entar aku ambil. Bisakan?" celutuk Zahra dengan polosnya.
Verrel Membulatkan matanya, mendengar permintaan Zahra. Verrel merasa menyesal telah berbaik hati membantu Zahra. Dengan seenak jidat Zahra menyuruh Verrel untuk melakukan keinginannya, jelas Verrel akan menolak. Siapa Zahra yang berani memperlakukannya seperti itu.
"Lo berani nyuruh-nyuruh gue?" hardik Verrel dingin.
Zahra bergidik ngeri mendengar nada bicara Verrel yang angkuh berubah dingin.
"E-nggak kok a--ku ngg-ak nyuruh ka--mu" cicit Zahra gugup.
"Lo mau pesan makanan kan? Pesan sendiri, tugas gue cuman bayar," ketus Verrel.
"Nih orang kok ngeri banget yah, Zahra kamu sih cerewet banget," gumam Zahra membatin.
"Iya, aku mau pesan sendiri kok lagian juga yang nyuruh kamu siapa?" elak Zahra dengan berani.
"Ya udah," pasrah Verrel.
Zahra mendongak. "Ya udah apa?"
Verrel menunduk melihat gadis yang setinggi dengan dadanya. "Ya udah lo mesen sendiri," geram Verrel, apalagi melihat tampang polos Zahra membuat Verrel tak ingin lama-lama berada dekat dengan gadis itu.
"Iya maksud aku juga gitu, tapi aku kan nggak tau stand penjual bakso itu dimana, terus aku juga nggak tau kan stand penjual batagor itu dimana, aku kan murid baru gimana sih," gerutu Zahra berbelit-belit.
Verrel mendelik. "Intinya?" geram Verrel to the point.
"Bantuin aku buat mesen, kan sekalian kamu yang bayarin kan!" pekik Zahra.
''Gue nggak salah dengar?" beo Verrel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Nacita
polosnya kebangetan, jgn gtu2 amat dong ra ntar lu tmbh d bully 😔
2022-01-26
0
Rizky
hanya 2 yang bisa perintah Varrel...mamanya dan Zahra😁😁😂😂
2021-09-14
0
Susi Lawati
😂😂😂😂😂
2021-07-27
0