"Selamat pagi," sapa riang Liam membuat Dee kaget ketika ia mengunci pintu rumahnya, gadis berpakaian kantor itu pun berbalik menatap ke arah suara yang sudah menjadi santapan hariannya.
Liam berdiri sambil bersandar di mobilnya, pria itu terlihat lebih rapi dibandingkan biasanya. Kemeja berwarna terakota dipadukan celana bahan berwarna hitam bermodel slim, dan tetap dengan boot membungkus kakinya.
"Pagi. Mau kemana sepagi ini, kak?" Tanya Dee berdiri di carpot sambil menggenggam kunci mobilnya.
"Ada meeting dengan team, biasa bahas film baru,"
"Sepagi ini?" Tanya Dee heran melirik jam tangannya masih menunjukkan pukul 7 pagi, untuk ke kantor dia hanya membutuhkan 20 menit termasuk jika lalu lintas jalanan agak padat.
"Yah belum sih." Kata Liam mendekat "Aku sekalian ingin mengantarmu ke kantor" lanjutnya menarik tangan Dee.
"Tapi kak ?" sahut Dee membeo penuh kebingungan akan sifat tak lazim Liam.
"Nanti kakak jemput kalau pulang kantor, jam berapa? 5 sore?" Ujar Liam membukakan pintu mobilnya, dan Dee patuh duduk dengan manis walau hatinya penuh tanda tanya, kemudian mengelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran aneh yang hanya akan menambah beban pikiran.
"Sudah sarapan?"
"Gak sempat bikin. Aku skip dulu ini hari," sahut Dee pelan.
"Pekerja kantoran seperti kamu itu harus sarapan dek. Jangan dibiasakan,"
"Iya, Kak" kata Dee mengiyakan "Sepertinya kita belum tukaran nomer ponsel, gimana nanti kalau kakak ingin menghubungiku?"
Liam melirik Dee sebentar, kemudian kembali menatap jalanan di depannya.
Bodoh ! Rutuk Liam dalam hati, sudah sebulan mereka bertetangga, berkali-kali makan bersama namun ia lupa meminta nomer telepon Dee.
"Masukkan nomermu di ponselku, Dek" kata Liam mengulurkan telepon genggamnya ke arah Dee.
Dengan cekatan Dee memasukkan nomernya dan tak lupa melakukan panggilan agar ia pun bisa menyimpan nomer Liam.
Tak lama kemudian mobil Liam berhenti di depan bakery and coffee shop yang cukup terkenal dan mempunyai banyak cabang di ibukota.
"Americano, cappucino, expresso?" Tanya Liam menunggu jawaban, tangannya masih di kemudi mobil, apa pun yang dilakukan Liam seolah-olah pria itu sedang pemotretan.
"Cappucino. l"
"Wait."
Liam turun dari mobil dan berjalan dengan cepat memasuki bakery yang berlogo warna hijau daun tersebut. Pengunjung bakery tidak ramai untuk waktu yang pagi, umumnya siang akan dipadati para penikmat makanan bergandum. Dee bahkan belum pernah mencoba kopi maupun kue dari bakery itu, namun ia mengetahui dari cerita berkembang bahwa tempat itu sangat layak untuk dicoba.
"Cappucino buatmu." kata Liam mengulurkan gelas plastik bertutup coklat ke arah Dee "Dan roti buat sarapan, aku tidak tahu kamu suka jenis roti apa, jadi aku ambil saja semua macamnya." lanjutnya sembari menaruh kotak besar berwarna hijau diatas pangkuan gadis yang tertawa kecil melihat perbuatan sutradara ternama itu
10 menit kemudian Mobil BMW M5 Liam berhenti di depan gedung kantor Dee, sebuah bangunan berlantai 5 dengan kaca-kaca jendela berwarna biru terpantul oleh cahaya matahari.
"Terima kasih tumpangannya kak." Kata Dee sudah menyampirkan tasnya di bahu, kedua tangannya terisi gelas cappucino dan sekotak roti
"Biasanya harus salaman kalau diantar oleh saudara atau keluarga." Gumam Liam dengan datar
"Oh maaf." Sahut Dee menaruh kembali bungkusan rotinya di pangkuan lalu menjulurkan tangan kanannya
"Hmm.. No." ucap Liam menggelengkan kepalanya "Aku bukan orang Indo, so do it with western style." kata Liam mendekatkan pipinya.
"Kak." sahut Dee dengan suara tercekat.
"Lakukan cepat, tenang. Di luar takkan melihat." hasut Liam tersenyum iblis.
Dee menutup mata sejenak dan menarik napas dengan dalam, berbagai perasaan berkecamuk di dalam dadanya, namun dia tetap mendaratkan kecupan ringan di pipi Liam.
Ini hanya sekadar salam normal di luar negeri, apalagi seorang ternama seperti Liam.
Sebuah senyuman lebar menghiasi wajah Liam, ia lalu mengacak pelan rambut Dee.
"Happy working dek, sampai ketemu nanti sore."
Dee mengangguk hanya membalas sebuah senyuman kikuk dengan wajah merah merona.
...
Tangan Dee masih gemetar saat menaruh kotak roti di atas meja tak bertuan, tempat biasanya mereka menyimpan makanan untuk dibagi, ia memilih dua roti dengan asal, menurutnya semua enak jika di minum dengan segelas kopi.
"Dee, kamu yang bawa ini roti? makasih ya." seru Wahyu begitu masuk dan mengambil jatahnya "Sayangnya tidak dapat kopi" lanjutnya melihat Dee menyeruput cappucinonya.
"Itu namanya dikasih hati minta jantung," sahut Pak Zulfikar mendengar perkataan Wahyu.
Dee hanya tertawa kecil.
"Jadi gimana?" Tanya Wahyu mendekat ke kursi Dee, mulutnya sedang mengunyah roti coklat.
"Apanya?" Tanya balik Dee.
"Ricchi! Apa ada perkembangan baru dengan hubungan kalian?"
"Aku sudah bilang tidak ada hubungan di antara kami," jelas Dee ngotot, kenyataannya ia tidak mempunyai hubungan istimewa dengan Ricchi.
"Ehem." Suara dehaman dari Angga yang kedatangannya tidak disadari oleh Dee dan Wahyu, pria itu masuk ke ruangan bersama dengan Reza.
Wahyu pun kembali ke mejanya, dan semua orang menyibukkan diri dengan pekerjaan masing-masing.
Dee kaget dengan tepukan halus di lengannya, Angga memberikannya selembar sticky note berwarna kuning.
"Bagaimana dengan besok? Jalan?"
Dia kemudian menuliskan balasan di bawahnya
Maaf mas... Mungkin lain kali
Tak ada balasan lagi dari Angga, mungkin pria itu kecewa. Sudah ada seorang Liam yang posesif, yang tidak bisa di tebak namun seksi, telah mengklaim akhir pekannya.
Hingga jam kantor berakhir tidak ada pesan masuk ke ponsel Dee dari Liam, ia pun enggan memulai bertanya kepada pria itu
Mungkin Liam lupa, atau masih meeting. Batin Dee melangkahkan kakinya menuju lift.
"Jangan lupa penerbangan kalian hari senin, jam 6 pagi semua sudah di bandara" kata Pak Zulfikar, kembali mengingatkan untuk ketiga kalinya dalam hari itu.
"Iya pak." Sahut Reza.
Dee memilih diam sambil memikirkan dengan apa ia akan pulang ke rumah.
"Hei, Dekk. " Suara memanggilnya ketika Dee keluar dari lift, ada Wahyu, Angga, Reza dan Pak Zulfikar bersamanya dari ruang kecil itu.
Liam sedang berdiri di meja customer service menebar senyuman mautnya dibalas mata membulat maksimal oleh Dee.
Dengan berderap Dee mendekat ke arah Liam.
"Kak, kenapa bisa sampai masuk ke lobby?"
"Aku kan menjemput, tadi sekalian bertanya mlMbak Lilis, ya kan, Mbak?"
Mbak Lilis yang telah lama menjadi bagian CS mengangguk dengan kemayu menatap ke arah Liam.
"Kak, mari kita pulang," ucap Dee berbisik dan bergerak menuju pintu otomatis kantornya, Liam pun mengejar mensejajarkan langkah mereka.
Para pria yang teman team Dee menatap dengan syok, apalagi Wahyu si biang gosip yang sempat mengambil foto Dee dengan Liam langsung mengirimkannya ke grup
"Apa yang baru aku lihat, teman paling cantikku baru saja di jemput oleh Liam Farubun, seorang sutradara terkenal bela-belain ke kantor kita cyinnnn."
...
Liam tertawa jahat dalam hati sambil memandangi Dee yang membuka bungkusan nasi ayam goreng lalapan yang mereka beli di depan perumahan.
Entah yang mana namanya si Angga tadi di situ, tapi kamu tidak bisa seenaknya mengambil kesukaanku, batin Liam menaikkan bibirnya sebelah, penuh kemenangan.
"Mau disuap lagi?" Tanya Dee melihat Liam belum menyentuh makanan di depannya.
Liam mengangguk dengan cepat
"Pakai tangan tapi."
"Mau."
"Aku seperti mengurus seorang anak." Sungut Dee yang membuat Liam tersenyum lebar
"Anak besar dari mama bernama Belviyah Dawn Ragala."
Dee terhenti saat Liam menyebut nama lengkapnya
"Namamu cantik dek, kenapa di panggil Dee. hmm.. Mulai sekarang aku mau panggil 'Dawn'."
Dee terdiam, namun tetap menyuapi Liam dan dirinya secara bergantian
"Masih marah aku jemput dari lobby?"
Dee menggeleng.
"Aku hanya kaget kak. Aku pikir kakak tidak jemput." sahut Dee berbohong, syukur 2 minggu ke depan ia dinas ke Kalimantan, gosip merebak pastinya telah mereda saat ia kembali masuk kantor.
"Jadi yang mana namanya Angga di situ?"
"Hah?"
"Yang polo shirt biru?"
"Bukan. Itu Wahyu, yang kaos polo putih Mas Angga." ungkap jujur Dee.
Tampan dan dingin... Batin Liam
"Habis ini kita pemotretan. " ucap Liam tiba-tiba.
"Tapi, aku kucel kak."
"Mandi dulu, tapi tidak usah dandan. Punya tank top hitam? Pakai bra tanpa tali. Itu saja."
Dee menatap lurus ke arah Liam
"Tenang. Aku kakakmu tidak akan berbuat macam-macam. Mengerti?"
Dee mengangguk mengiyakan. Pria yang sangat manipulatif.
...
Belviyah Dawn Ragala pasrah saat Liam menyuruhnya menutup mata di kamar rias, tunggu! Dee belum pernah menjelaskan.
Jadi, pada selasar dari ruang tamu Liam terdapat sebuah pintu berwarna hitam dan ketika pria itu membukanya ternyata di dalamnya adalah sebuah studio foto dengan background putih, di sebelah kiri ada pintu kayu berwarna coklat merupakan ruang rias dengan 2 meja bercermin yang dilengkapi alat makeup dari A hingga Z dengan merk terkenal. Dee bahkan tidak mempunyai sepertiga dari jumlah makeup seperti itu di rumahnya.
Dengan lihai Liam mengusap berbagai macam dari poundation dan sebagainya di wajah Dee. Pria itu mengaku kalau pengetahuan berdandan didapatkannya selama berkarier menjadi seorang supermodel.
"Kulitmu bagus dek. Pakai perawatan apa?" Tanya Liam sambil menegaskan warna eyeshadow di kelopak mata Dee.
"Standar kak, bukan yang ribet" jawab Dee kemudian menyebutkan klinik langganannya.
"Kalau wajahmu tidak bermasalah dengan makeup, nanti kamu bisa ambil di lantai atas kamar sebelah tangga, di situ banyak jenis perawatan dari sponsor, yang di meja ini pun dari sponsor semua"
"Mauuu.!" Seru Dee riang.
"Ambil yang kamu mau, kakak juga bingung mau di kasih siapa. Di kantor kakak semua dapat bagian."
"Enak yah kak, bisa dapat gratis," gumam Dee menikmati sentuhan lembut Liam pada wajahnya.
"Inilah asyiknya bekerja di dunia hiburan." sahut Liam dengan tawa renyahnya.
30 menit kemudian Dee terpana menatap wajahnya di cermin, seperti bukan dirinya. Wajah yang terlihat tajam dengan mata spooky, bibirnya merah menyala.
"Sekarang apparelnya." Ucap Liam menarik tangan Dee ke kamar sebelah kanan, pria itu kembali memilah-milah baju yang bergantungan dengan berbagai model dan merk kenamaan.
"Pakai ini." kata Liam menyerahkan dress berkancing berwarna kuning neon "Di situ saja gantinya, anggap aku tidak ada. Sepatu ukuran 38, kan?" lanjutnya mencari sepatu yang cocok di bagian sepatu yang berjejer di dekat dinding
Dengan buru-buru Dee memakai dress tersebut sebelum Liam berbalik menatapnya, walau ia sadar dengan membuka semua pakaian yang melekat di tubuhnya pun tidak akan membuat pria itu tertarik.
Selama dua jam Dee mengikuti keinginan Liam, mulai dari 7 kali berganti pakaian hingga semua pose semua di atur oleh sang fotografer yang begitu bersemangat memotretnya. Sebenarnya Dee bingung maksud dan tujuan foto-foto itu. Di pajang di rumahnya? Mungkin di kamar, setelah melihat hasil-hasil jepretan Liam yang benar-benar wah. Sungguh bukan Dee, bukan memuji tapi dirinya seperti seorang model. Model yang sering ia lihat di majalah-majalah fashion ternama.
"Ini yang terakhir." Kata Liam menyerahkan sebuah gaun satin berwarna biru kepada Dee "Tapi fotonya di tempat tidur kamar depan, kakak siapin dulu pencahayaannya, jika kamu sudah selesai langsung ke sana saja yah?"
Hatinya galau ingin menolak, namun tangannya bergerak mengganti baju, mengabaikan nalarnya.
Bahkan gaun ini pas di tubuhnya, batin mematut dirinya di depan cermin.
"Kamu hanya perlu berbaring seolah-olah tidur, tangan kanan di depan." perintah Liam sambil mempraktekkan posisi yang dimaksudnya.
Dengan patuh Dee mengikuti arahan Liam, membenamkan kepalanya pada bantal empuk dan tempat tidur yang nyaman.
Ketika semua kekalutannya hilang, berganti rasa kantuk yang begitu besar menyerang.
"Tahan!" Kata Liam yang terakhir di dengar Dee itupun berupa gema yang kemudian sayup-sayup menghilang.
"Dawn, sudah kelar dek." Kata Liam memandangi Dee sudah 5 menit tidak membalas perkataannya.
Apakah dia tidur? Gumam Liam, bergerak ke samping kanan tempat tidur mencondongkan kepalanya.
Liam menahan tawanya lalu menarik selimut menutupi tubuh Dee, ia lalu mematikan semua pencahayaan foto dengan menyisakan lampu di atas meja nakas.
###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
yaa..ahh..
cium bantal langsung dah...
zz...zzz..zz...
2021-05-23
0
lila^_^
duuhh matanya sadiss 😎
2020-05-17
1
FinaHendro
ya ampun nih cowww gerrr
2019-12-15
1