Mobil Daniel berhenti tepat di depan pagar rumah bernuansa putih, rumahnya Vanka. Daniel turun dari mobil, berlari mengeliling depan mobilnya dan membuka pintu mobil untuk Vanka keluar.
"Thank you, Sayang" ucap Vanka tersenyum
Daniel menjawab dengan tersenyum manis.
"Oh iya, besok aku gak bisa jemput kamu deh kayaknya, aku malam ini bakal nginep di rumah sakit buat jagain nenek, jadi aku langsung ke sekolah aja. Gapapa kan Yank?" jelas Daniel
"Oh gitu ya. Iya gapapa kok, aku bisa minta antar supir atau naik taksi" sahut Vanka tersenyum
"Ya udah, aku pulang ya. Masuk gih" suruh Daniel mengusap rambut Vanka
"Enggak. Kamu dulu yang pulang, kalo udah gak keliatan lagi baru aku masuk" tolak Vanka mengeleng
"Ishh kamu yah" desis Daniel mencubit gemas hidung Vanka, lalu berjalan untuk masuk kedalam mobilnya
"Hati-hati sayang" ucap Vanka ketika mobil Daniel mulai bergerak jalan
Vanka tersenyum, ia terus memandang mobil Daniel sampai belok ke persimpangan. Vanka pun berbalik dan masuk kedalam pagar rumahnya.
Tak ada yang menyadari, sebuah mobil silver milik Nicky terparkir tak jauh dari mereka. Nicky tersenyum ketika ia berhasil mengetahui alamat Vanka.
Kamu milik saya, Vanka. Saya tak akan membiarkan kamu terlalu lama bersama orang lain. Pria itu tak baik untukmu. Dia pangeran dengan seribu topeng di wajahnya.
****
Ting...Nong...
suara bel rumah Vanka berbunyi. Vanka yang lagi asik chatingan dengan Daniel di ruang tamu, menoleh ke arah pintu.
siapa sih datang malam-malam gini
Bi Lilis, pembantunya keluarga Vanka berjalan menuju pintu. Vanka beralih menatap layar ponselnya yang dapat notif dari Daniel.
"Non Vanka! Ada paket nih, katanya buat Non Vanka" seru Bi Lilis
"Buat Vanka, Bi?" tanya Vanka bingung, ia tak merasa memesan sesuatu
Vanka memutuskan mendatangi Bi Lilis di depan pintu, tampak berbicara dengan orang di hadapannya.
"Paket apa Bi?" tanya Vanka yang sudah di samping Bi Lilis
"Ini Mbak, silahkan di tandatangani" ucap kurir itu menyerahkan secarik kertas dan pulpen
Dengan ragu, Vanka menandatangai kertas tersebut. Kurir itu menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang, yang di balut oleh kertas cokelat muda. Vanka melihat tulisan di atas kotak tersebut.
To : Nicky Ferdian Nanda
"Ck, cowok aneh itu lagi" decak Vanka. Vanka menghela napasnya dan berjalan malas menuju sofa yang tadi ia duduki
Vanka memandang sejenak kotak di tangannya, ia sedikit ragu dengan isinya. Jebakan kah? Boom kah? Cowok tak waras itu tak mungkin mengiriminya sesuatu yang membahayakan kan?
Vanka mengembuskan napasnya perlahan, ia merobek pelapis kotak itu dengan tangannya. Vanka sedikit menjauhkan kotak itu, ketika ingin membuka bagian penutup kotak. Vanka melempar penutup kotak kesamping, dan tampaklah isi dari kotak itu. Vanka yang tadi memasang ekspresi takut, kini berubah datar. Vanka meraih kotak itu mendekat. Ada sebuah dairy berwarna merah jambu.
Dairy siapa ini? Buat gue?
Vanka meraih Dairy itu, ia menatap tampilan buku itu secara keseluruhan. Vanka mulai membuka halaman awal dairy ditangannya. Vanka membuka matanya lebar, ketika ia melihat sebuah foto Nicky bersama seorang gadis cantik yang sama-sama menggunakan seragam sekolah. Vanka melihat di pojok atasnya, ada tertulis sebuh nama Vanya Septiana putri.
What? jadi ini dairy pacarnya Nicky? Kok malah di kirim ke gue sih.
Walau bingung, Vanka tetap membuka dairy halaman berikutnya. Di sana tertulis tulisan tangan Vanya.
5 September 2018
Tentang Nicky
Dia cowok yang paling gue sayang. Menurut gue dia sosok cowok yang tak ada duanya. Dia perhatian, penyayang, dan selalu mengutamakan gue daripada dirinya sendiri. Gue cinta banget sama dia. Dia gak pernah melirik cewek lain sedikitpun. Dia pangeran gue. Love you, Nicky.
Vanka sampai manggut-manggut sendiri membaca halaman pertama dairy itu. Vanka seolah mengetahui sisi lain dari Nicky.
"Ternyata tuh cowok sikapnya beda banget dari yang sekarang. Emang ceweknya kemana ya?" Vanka bergelut dengan pikirannya sendiri, sampai buku di tangannya terjatuh ke bawah.
"Eh," Vanka tersentak lalu segera meraih buku dairy itu. Buku dairy tersebut jatuh dengan terbuka halaman akhir. Vanka mengernyitkan keningnya. Ini lebih mendekatkan buku itu pada wajahnya. Pada halaman ini, tulisan agak berbeda.
Hari perpisahan
Waktu itu, gue dan Vanya berantem. Vanya mengira gue jalan sama cewek lain, padahal itu cuma keponakan gue. Vanya marah, dia berlari ke arah rooftop sekolah. Gue terus ngejar dia sampai tiba di rooftof. Dia ngelarang gue mendekat, katanya dia mau nangis sendirian. Rooftof emang tempat favorite gue dan Vanya saat jam istirahat. Saat itu, Vanya duduk di kursi panjang, tempat biasanya kami duduk untuk makan bersama. Gue coba menjelaskan pada Vanka, kalau dia salah paham. Tapi Vanya sudah terlanjur terbakar cemburu, dia melepas kalung pemberian gue. Ada inisial nama gue disana, itu tanda jadi hubungan kita berdua. Vanya berjalan menuju ujung rooftof, dia ingin melemparkan kalung itu kebawah. Gue berusaha mencegahnya, karena kalau kalung itu dibuang, hubungan gue artinya kandas. Gue coba tarik lengan Vanya agar menjauh dari ujung rooftof, tapi dia malah dorong gue sampai jatuh. Gue lihat Vanya hilang keseimbangan, dia terhunyung kebelakang setelah mendorong gue. Gue shock berat, ketika tubuhnya melayang jatuh ke bawah. Gue hancur. Gue gak bisa percaya dengan apa yang terjadi. Ingin gue melompat juga, menyusul kepergian Vanya, tapi teman-teman gue keburu menarik gue paksa. Gue di seret kebawah oleh Aldi dan Vino, mereka membawa gue pada kerumunan siswa yang menyaksikan Vanya yang tergeletak di lapangan. Gue lari, mencoba menembus kerumunan itu. Gue dapati Vanya tergeletak lemah dengan mata terbuka. Pak Darma, Kepala sekolah sibuk menghubungi orangtua Vanya, katanya Vanya kecelakaan dan meninggal dunia. Gue gak percaya semua omong kosong itu, gue langsung mengangkat tubuh Vanya dan membawanya kerumah sakit. Gue gak perduli dengan siapapun, bahkan ketika Dokter menyatakan Vanya meninggal, gue gak percaya. Sampai akhirnya gue menyaksikan pemakaman Vanya bersama kerabatnya. Vanya sudah pergi dalam kehidupan gue. Dia pergi dengan air mata yang jatuh di penghujung hubungan gue dengan dia. Gue penyebab semua ini. Gue berjanji dalam hidup gue, jikalau suatu saat nanti gue di pertemukan dengan sosok cewek yang di takdirkan buat gue, gue akan selalu menjaga dia dan gak akan pernah buat dia nangis atau ninggalin gue lagi.
Vanka menutup dairy itu. Cairan bening mengalir di ujung kedua matanya, curahan hati Nicky benar-benar membuatnya terharu. Vanka sedikit iba dengan pria itu, tapi ia tak ingin hubungan dengan Daniel berantakan karena Nicky.
Ternyata tuh cowok memendam perasaan sepahit ini sendirian. Dia pasti trauma banget mengingat kejadian itu. Tapi kenapa harus gue yang ia anggap Vanya, kekasihnya yang terlahir kembali. Apa karena nama gue hampir sama dengan Vanya? Itu bukan alasan yang tepat buat dia ganggu hidup gue. Gue sayang banget sama Daniel, tapi gue juga gak tega sama nih cowok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments