Nomer Devan aku blokir,dia tidak bisa menghubungi ku sekarang. Karena setelah malam itu paginya dia menelpon dan mengirim pesan. Tentu saja sesuai dugaan ku semalam, kabar tentang keadaan Devan tersebar. Tapi dikabarkan kalau dia habis kecelakaan. Tentu saja kalau ada yang tahu fakta sebenarnya kemungkinan dia bisa terkena kasus bahkan bisa dipecat. Karena image presiden EM harus baik terus.
Dan aku tidak melihat keberadaan Nora, dia tidak pulang juga dua hari ini. Sekarang ada kelas juga dia tidak hadir. Ah bodo, kenapa juga aku pikirin.
"Kenapa kalian nggak bangunin aku to? " Sela duduk di kursi kosong dekat Lala langsung mengomel ketika tahu kami berdua tiba di kelas terlebih dahulu.
Sela memoles wajahnya, dia sepertinya memang terburu-buru kesini makanya belum sempat make up.
Kami memang tidak membangunkan Sela karena dia jarang masuk kelas pagi. Percuma juga kalau dibangunin tapi tidak mau bangun dan akhirnya membuang waktu ku saja.
"Tumben lo. " Sikut Lala, membuat eyeliner Sela melebar.
"Ihhhh Lala... kan jadi panjang sebelah,terus pie iki. " rengek Sela menarik bibirnya maju.
Gerombolan anak Dfiveband datang minus Raka dan Hagi karena mereka berdua anak teknik. Lala dan Sela langsung bersikap anggun tidak heboh seperti tadi. Karena laki-laki yang mereka sukai datang.
Lala salah tingkah sendiri dilirik oleh Marvin, kalau Sela langsung tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Dimas.
Tumben, hari ini kelas ini banyak yang hadir.
Semoga memang pertanda baik setelah kemarin adalah hari buruk bagi ku. Setelah ini akan memulai lembaran baruku.
Aku lihat wajah Raiden sudah mulai sembuh, tinggal pelipisnya saja di tutup plaster kecil. Ya memang di bagian itu waktu itu berdarah soalnya. Aku jadi merasa tidak enak, gara-gara menolong ku orang ini terluka.
"Ini buku lo, thanks ya. " Raiden meletakkan buku di meja depanku. Ini buku catatan ku yang ia pinjam beberapa hari yang lalu. Kemudian dia duduk di sebrang kursi ku.
"Sama-sama Rai."
Entah perasaan ku saja atau aku yang salah, Raiden terus memperhatikan ku. Aku melihat dari ekor mataku, dia melihat ke arahku terus. Duh, aku benci akan hal seperti ini.
Untungnya kelas dimulai dengan cepat setelah itu jadi aku tidak perlu memperdulikan dia.
Namun ketika aku membuka buku catatan ku, aku terkejut dibuatnya. Catatan ku ada gambar-gambar nyeleneh. Tidak ada tersangka yang lain selain Raiden. Dia membuat gambar grafiti di sela-sela halaman demi halaman yang kosong dalam bukuku.
"Ohhh f*ck! " aku melototi dia yang malah melontarkan senyuman. Sekarang kenapa aku jadi gampang ngumpat gini sih.
*
Selesai kelas aku memanggilnya,untuk melabraknya karena telah membuat bukuku menjadi kotor.
"Rai? "
"Ada apa Alana? " walaupun ia sudah menolong ku tapi masih terdengar menyebalkan.
"Ayo pergi Al,please. Jangan deket sama ni orang. Oke? " Lala menarik ku untuk keluar kelas.
"Lah yang manggil gue kan Alana. " protes Raiden.
"Jangan deketin Alana, dia bukan cewek sembarangan yang bisa lo rayu. Oke lo udah nolongin dia tapi tidak untuk berada di dekatnya!. " Teriak Lala mempertegas sambil melotot ke arah Raiden.
Raiden melongo, mengangkat bahunya. "Lo pikir gue ini semacam penyakit gitu? "
"Yes, lo itu virus mematikan! " imbuh Lala tak memperdulikan tatapan orang yang masih ada di kelas. Lalu menarik ku keluar dari kelas.
Aku pikir Lala berlebihan, bukankah ini sangat menghina Raiden.
"Lala sepertinya lo tadi berlebihan deh. " Aku menegurnya ketika kami sudah keluar dari kelas dan berjalan ke lorong belum jelas tujuannya.
Lala melepaskan tangannya yang sedari tadi ia tautkan pada lenganku.
"Jangan dekat dengan yang namanya Raiden, dia itu cowok terbrngsek yang ada di kampus ini dan sepertinya ada di bumi ini juga. " katanya.
Lala salah paham, tujuan gue tadi kan selain menegurnya karena buku ya karena belum berterimakasih dengan benar atas bantuannya waktu itu.
"Gue nggak dekat sama dia Lala. Lagian gue juga belum berterimakasih dengan benar setelah dia nolong gue malam itu. "
"Sudah nggak usah! " teriak nya.
Aku sampai membungkam mulutnya takut dikira aneh. "Aduh Lala ini, kan kesannya gue nggak tahu terimakasih. Apalagi wajahnya sampai terluka gara-gara gue waktu itu. Kan nggak enak. "
Lala berhenti berjalan, dia duduk dipagar pembatas.
"Terus lo mau balas dengan apa? "
"Mungkin traktir dia makan misalnya. " aku mengikutinya duduk di beton itu.
"Terus habis itu kalian berteman? " Sengit Lala sambil melipat tangannya.
"Kenapa tidak? lo juga berteman dengan dia. "
"Dia tidak berteman dengan cewek cantik dengan pertemanan biasa. " dia memberitahu ku akan hal yang sedikit rumit maksudnya.
"Maksud lo? "
"Kan gue udah pernah bilang, Rai itu suka berteman tapi mesra dengan cewek cantik. Tapi tidak dipacari, hanya sebagai teman saling mengenakkan. Lo paham maksud gue?" Lala menjelaskan maksudnya. Yang aku pahami Raiden tidak pernah memacari semua wanita yang dekat dengannya. Padahal terlihat seperti orang pacaran.
Aku jadi berpikir mungkin saja Lala salah satu korbannya. Kan mereka sudah lama kenal.
"Jadi lo pernah begitu dengan dia? "
Lala melongo malahan. "Gue tegaskan, cewek cantik Alana... Cewek yang menurut dia itu cantik. Gue tidak termasuk dalam katagori tipenya. "
Ternyata tidak pernah padahal dia cantik.
"Lo juga cantik. "
"Dimata dia tidak, dimata Marvin iya. Sedangkan elo, adalah tipenya. Apalagi sekarang lo single. Siap-siap aja digebet sama dia tapi cuma digebet doang dihisap nikmatnya terus ditinggalkan. Begitu terus siklus hidupnya. " ucapnya terdengar mengerikan.
"Emang dia zombie ya menghisap. " aku jadi malah membayangkan hantu fantasi itu.
"Yahh semacam itulah. " Lala mengibaskan rambutnya.
"Tau ah, lo berlebihan pokoknya. " aku meninggalkan dia untuk bersiap kelas berikutnya.
*
Besoknya, aku hendak membeli sarapan karena malas masak. Kelas hari ini agak siang jadi masih ada waktu banyak untuk bermalas-malasan.
Ketika menutup pintu kamarku, aku melihat ada Nora dari luar. Aku melototi dia, masih belum tahu mau aku apakan anak ini.
Tapi dia melewati ku begitu saja tanpa ada rasa bersalah sedikitpun terhadap ku. Dan juga tidak ada rasa malu juga.
"Heh, ular! kalau lo mau minta pacar gue waktu itu bakalan gue kasih kok. Nggak usah main belakang! " Teriak ku agar dia mendengar.
Nora berbalik menatapku.
"Dih siapa juga yang main belakang. Dia sendiri yang mau sama aku tuh. " dia malah sinis tanpa rasa malu.
Entah kenapa aku tidak terima dia dengan santainya tidak tahu malu malah ngomong seperti itu. Aku menarik rambutnya yang panjang bergelombang itu.
"Aaaaaa lepasin Alana! " Teriak Nora dengan merintih kesakitan.
Karena suara Nora begitu keras, hingga membuat penghuni kos satu persatu keluar. Apalagi ini masih pagi, jadi kebanyakan mereka belum pergi.
"Cewek Gila! Lepasin! " Nora berusaha menjambak rambut ku. Dia berhasil karena aku memang ada didekatnya.
"Lo yang gila! Brensek! "
"Alana! lepas! "
"Alana? Nora? lapo ngono yo? " Teriak mbak Dina seorang penghuni kos yang merupakan karyawan bank dekat sini. (Kenapa ya?)
Kalau Lala dan Sela cuma menonton, kalau bisa mereka pasti akan bersorak bertepuk tangan mendukung ku.
"Ada apa sih kalian? sama teman sendiri ribut pagi-pagi! " Teriak mbak Farah, dia merupakan mahasiswi tingkat akhir tapi nggak lulus-lulus karena sambil kerja di restoran viral dan ramai jadi tidak ada waktu.
Aku tidak akan melepaskan cengkraman ku pada Nora, aku ingin dia botak sekalian. Aku juga nggak masalah kalau rambut ku harus hilang juga. Rasa sakit ini tidak seberapa dengan rasa sakit ketika aku dikhianati.
Lala maju, dia berusaha menjauhkan tangan Nora agar menjauh dari rambut ku. Terimakasih Lala, berkat dia rambut ku aman. Karena Nora kalah, dia sekarang terduduk dibawah kakiku.
"Minta maaf atau lo gue botakin! " Lala menginterupsi dengan galaknya.
Aku mengatur nafasku yang tersengal.
"Aku ora salah, kowe sing salah Al! " Nora mendongak tidak mengakui kesalahannya tapi dengan bahasa jawa. Tapi aku ngerti maksudnya, yang tidak mengakui kesalahannya tapi malah menyalahkan aku.
"Gila lo! "
"Aku suka Devan lebih dahulu, kowe malah nggak peka sampe jadian sama dia. Kowe sing salah disik! " Teriak Nora di kalimat akhir dengan bahasa campur aduk.
"Jadi meg masalah cowok? hah dasar kalian arek-arek freak! " Mbak Dina membanting pintu kamar nya lalu masuk.
"Dih buang-buang waktu!" mbak Farah melewati kami, dia mau berangkat bekerja. "Habisin aja si Nora j***ng itu! " sebelum turun tangga mbak Farah memberi dukungan padaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments