"Mau ikut aku Al? Ke pestanya anak em bersama Devan. Pasti dia seneng banget ada kamu di sana. " Ajak Nora setelah mengambil beberapa cup es lemon tea dari salah satu stan minuman di kantin.
Aku melihat Lala, untuk meminta izinnya tanpa ngomong. Soalnya kan sedari tadi aku sama dia,masa aku tinggal. Walaupun ada Sela juga sih, tapi kan nggak enak.
"Ikut aja Al, sepertinya asik tuh pesta sama anak-anak em. " Lala langsung tahu maksud ku. Dia emang temanku yang paling bisa mengerti sejauh ini.
"Mending ikut party kita, kek nya mereka nggak asik. " Dimas memberikan pilihan yang tidak perlu aku tanggapi karena jelas aku tidak mau.
Sebenarnya aku ingin sekali ikut ngumpul dengan teman-teman Devan, tapi tidak pernah diajak. Dia tidak pernah memperkenalkan aku dengan teman-temannya. Mungkin aku bisa ikut Nora kali ini dan mencoba berbaur dengan mereka.
*
Aku dan Nora tiba disebuah rumah yang tidak jauh dari kampus kami,kita hanya berjalan kaki lewat pintu belakang. Dan ini menjadi tempat pesta mereka? aku agak heran karena tidak seperti pesta pada umumnya hanya pada ngumpul gitu.
Terdapat beberapa mahasiswa yang kebanyakan kakak tingkat yang memang merupakan aktivis kampus ini.
Tak lupa aku memeriksa penampilan,masih rapi dengan kemeja dan celana jeans ku. Bibir ini mengukir senyum terbaikku, agar terlihat cantik, kalau aku diperkenalkan oleh Devan tidak akan malu-maluin.
Nora meletakkan beberapa cup minuman dingin itu di meja, beberapa orang akan mengambilnya sendiri nanti.
Devan melihat ku, dia tersenyum senang.
"Hai, surprise " Aku memeluknya sambil memberikan senyuman.
"Beneran terkejut aku baby,ada kamu disini. " ucapnya setelah melepas pelukan kami. Dia menyambut ku senang ternyata.
"Kok kamu bisa ikut kesini? " tanyanya lagi dengan menyelipkan anak rambut ku ke telinga.
"Tadi nggak sengaja ketemu Nora di Kantin terus diajak, nggak masalah kan? " jelas ku.
"Ya enggak lah baby,aku malah seneng." syukurlah.
Belum lama kami bicara, Devan lalu dipanggil temannya. Dia lalu bergabung dengan mereka meninggalkan aku.
Aku mengikutinya, karena ternyata mereka memulai acara dengan memotong kue tart. Oke, jadi ini beneran pesta ya soalnya ada kue nya juga.
Devan terlihat sangat senang dengan teman-temannya, tanpa memperdulikan aku ada disini.
Seperti dicubit, tapi itu sesaat karena Devan lalu menghampiri ku memberikan piring berisikan kue.
"Aku barusan habis makan, tidak terimakasih." Aku menolaknya.
Wajah Devan terlihat kecewa, tapikan emang aku barusan makan. Dan perutku juga sudah tidak bisa menampung lagi kue itu.
"Ayolah sayang, nggak usah diet hari ini. Aku suka yang berisi kok. " Bisiknya untuk memaksaku. Padahal aku nggak pernah diet selama ini, cuma jaga pola makan.
"Siapa ini Devan? " Salah satu dari mereka bertanya, penasaran dengan keberadaan ku.
"Emm, ini Alana pacarku. " Devan dengan bangga memperkenalkan aku pada mereka.
Aku jadi malu setelah hampir semua orang melihat ku ketika mendengar ucapan Devan yang keras. Sebenarnya aku cukup senang, dia tidak malu memperkenalkan aku dengan teman-temannya. Aku pikir dia malu, karena aku tidak pernah diajakin ngumpul sama mereka.
Beberapa saat kemudian, aku mulai bosan dengan obrolan yang mereka bicarakan. Mereka membicarakan para pejabat, isu politik hingga para dosen di kampus kami. Bahkan presiden,anggota dewan dan beberapa mentri juga dibahas.
Selama ini aku tidak pernah mau tahu dan tidak tertarik dengan hal itu.
Jadi, aku sekarang bersyukur karena tidak pernah diajak ngumpul sama Devan. Ternyata memang kita tidak satu pemikiran. Mungkin Devan tahu aku tidak menyukainya makanya tidak mengajakku.
Sepertinya lebih baik aku pulang saja, sekarang juga sudah malam. Aku sudah capek mendengar mereka yang menurut ku sok paling tahu tentang sistem pemerintahan.
"Devan,aku balik aja ya. "
"Oke, nanti malam aku telpon. " Devan langsung setuju. Tanpa bertanya bagaimana aku pulang nya.
Dia mungkin ingin lebih leluasa berbaur dengan teman-temannya. Hingga tidak mengantarkan aku keluar rumah itu.
Aku keluar sendiri, setelah dua jam berada didalam sana. Aku memilih berjalan saja, karena rumah ini tidak jauh dari kostan ku. Nanti tinggal nyebrang jalan terus melewati satu perumahan saja udah nyampe.
*
Saat berjalan menyelusuri jalan perumahan aku bertemu dengan Lala dengan seorang perempuan yang menggunakan pakaian seksi. Roknya pendek setengah paha dan baju crop tanpa lengan. Apa dia nggak kedinginan? Karena kota ini udaranya dingin, jarang yang menggunakan pakaian mini seperti itu kalau malam.
"Alana? " Teriak Lala memanggil ku.
"Kok di sini La? " Tanyaku.
"Habis dari minimarket, ini beli jajanan " Lala memperlihatkan kresek berisi aneka snack ditangannya.
Aku melihat ke perempuan asing itu.
"Umm, ini Katy anak kesenian. Dan Katy, ini Alana teman satu kosan gue. " Lala memperkenalkan aku dengan Katy.
"Hai Alana,lo cantik banget." Ucapnya senang dengan memuji diriku walaupun logatnya medok tapi nggak apa-apa deh. Dan ia memiliki tindik di lidahnya ternyata.
"Mau ikut dengan kami? keknya pesta si Devan membosankan,lo udah balik jam segini." Lala menunjuk dengan dagunya ke sebuah bangunan.
Sebuah rumah besar, tapi dari depan nampak sebuah garansi saja. Tapi kan katanya dia mau ngumpul di markas Dfiveband.
Apa mungkin ini tempatnya? Aku memang tidak pernah tahu soalnya. Padahal sering lewat juga daerah sini.
Daripada penasaran aku mengikuti Lala saja, lagian aku juga nggak tahu mau ngapain di akhir pekan ku ini.
Kami masuk ke dalam, ada beberapa motor dan satu mobil Jeep Rubicon warna hitam didalamnya. Lalu ada tangga di tepi menuju lantai dua. Lala melingkarkan tangannya ke tanganku mengajak untuk segera melangkah lagi.
Langkah kami menuju pintu yang langsung terdapat sebuah tangga turun.Unik juga rumah ini, ada ruang bawah tanahnya.
Begitu tiba, langsung ada musik bergema. Musik berisik yang seperti ada di club malam.
Jadi ini baru yang namanya pesta, oke sepertinya menyenangkan.
Aku melihat ada Sela yang sedang dipangku oleh Dimas diatas sofa, dia melambaikan tangan tersenyum senang ke arah ku.
Suasana di sini jauh berbeda dengan pestanya Devan tadi. Mereka sepertinya minum alkohol dan entahlah apa saja.
Lala menyuruhku duduk di sofa kosong,
"Duduk aja di kursi kosong,gue ambilkan minum dulu."
Mata ini mencari kursi kosong,lalu melihat Katy sedang meng*ngkangi seorang laki-laki di sofa panjang yang rebahan dengan menopang kepalanya pake tangan. Dan didekat sana ada sofa kosong, aku menuju kesana saja. Begitu tiba,aku bisa melihat wajah laki-laki itu ternyata Raiden. Jadi sepertinya Katy ini pacar Raiden ternyata.
Katy berusaha menciumi Raiden dengan agresif, dan laki-laki itu terlihat pasrah.
Tapi setelah tahu aku duduk didekatnya, dia seperti terkejut. Langsung duduk, membuat Katy hampir terjatuh.
"Dihh biasa aja dong, lihat Alana yang bening langsung melompat. " Rengek Katy protes, sambil membenarkan duduknya disamping Raiden.
Raiden hanya terkekeh, "Ada orang baru ternyata."
"Kebetulan tadi lewat depan, dan gue ajak deh. " Lala yang menjawab, memberikan aku satu botol air mineral.
Kemudian ada personil dfiveband lain, yang aku ketahui Raka, Marvin dan Hagi. Mereka semua ramah menyambut ku dengan asik. Walaupun mereka berpenampilan sama seperti Raiden, tapi terlihat beda sikapnya.
Aku diberi sebuh minuman oleh Raka, tapi terlihat asing bagiku.
"Alana nggak minum, jangan kasih minuman ke dia, c*k! " Lala mengambilnya dariku.
"Ohhh anak baik-baik nyasar ternyata. " Cibir Katy seolah itu adalah aib.
Raiden tertawa mendengarnya, tapi tawanya sepertinya mengejek. Aku tidak cocok ternyata ada disini dengan mereka.
Atau mungkin aku memang tidak cocok berada di pesta manapun. Lebih baik aku berdiam diri maraton drakor di kamar kosan aku sambil makan mie instan pakai cabe dan telur. Hemm jadi lapar kan, padahal habis makan.
Aku berdiri berniat untuk pulang saja.
"Arepe nangendi?" Tanya Hagi menarik tanganku sambil minum, dia sepertinya sudah mabok. (Mau kemana?)
Aku tidak suka dengan orang mabok, makanya aku ingin pergi saja. Ditambah lagi Lala sudah sibuk menari dengan Marvin meninggalkan aku. Kalau Sela, jangan ditanya dia cuma bermesraan dengan pacarnya tidak memperdulikan aku.
"Alana,koen kudu nyoba iki, sitik ae nggak popo iki sing paling rendah. Tenang ae..." Raka memberikan aku sebuah gelas lagi sambil ngomong bahasa Jawa yang intinya alkoholnya rendah gitu. Warna minuman kali ini berwarna seperti teh. Entah apa itu... (Alana, kamu harus nyoba ini, sedikit saja nggak papa ini yang paling rendah. Tenang saja...)
Aku duduk lagi menerima gelas itu. Aku menciumnya, ternyata ini bir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments