Devan mengirim pesan terus sampai besoknya, dia minta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi. Dan aku memaafkannya begitu saja. Yah memang aku ini gampang banget memaafkan dia soalnya. Kata teman-temanku, aku bodoh.
Prinsip ku selama aku nggak dikhianati, biarin aja lah.
"Al,kamu mau ikut ke markas Dfiveband lagi nggak weekend ini? " ajak Lala duduk didekat ku,ketika hendak mulai kelas.
Padahal sekarang tuh masih hari selasa, dia sudah memikirkan jumat malam.
"Nggak,soalnya sabtu Devan birthday. Rencananya sih gue mau bikin surprise ke dia. " jawabku, menghadap ke depan kelas.
"Mau lo kasih diri lo ya? " godanya memajukan wajah ke depan wajah ku.
"Ihhh enggak akan! " aku mendorong keningnya agar menjauh dariku.
"Kalau iya pasti seneng banget tuh pak Ketu sang*an. " bisiknya agar tidak ada yang mendengarkan ocehannya.
"Jaga mulut lo Lala. " sedikit ku dorong lengannya.
"Hehh iya, ampun nyonya Devano..." Lala tertawa kencang, sambil memukul badanku pelan.
Tapi seketika diam saat Marvin gebetannya masuk ke dalam kelas. Dia bersama dengan Raiden ternyata.
Mereka berdua nyengir ke arah kami, dan melewati kami.
"Tumben lo masuk kelas? " Lala bertanya pada Raiden. Dia berpakaian normal, kemeja hitam dan celana panjang tapi cincin-cincin diwajahnya tidak di lepas.
Memang selama ini, hampir setahun lebih aku kuliah disini tidak pernah melihat Raiden masuk kelas ini. Kalau Marvin pernah karena dia sering hadir. Atau mungkin aku tidak begitu memperhatikan kali ya.
"Yaa sekali-kali boleh lah, gue juga ikut kelas ini njr." balas Raiden duduk dibelakang Lala.
Kemudian kelas berlangsung dengan baik tanpa kendala.
"Alana boleh pinjam buku catatannya?" Suara Raiden membuat ku menoleh kebelakang ketika aku memasukkan buku kedalam tasku.
Dia menggigit ring bibirnya, terlihat brngsek menurut ku. Tapi kalau cewek lain mungkin itu seksi.
Lala berdiri menghadap Raiden sambil berkacak pinggang. "Udah gue bilang jangan Alana, dia punya pacar."
Raiden tertawa nyaring. "Cuma mau minjam buku aja nggak boleh c*k... ah lo nggak asik makanya Marvin nggak mau pacaran sama lo."
Memang benar menurut ku, Lala sepertinya berlebihan. Aku mengeluarkan bukuku lagi lalu memberikannya pada Raiden. Mungkin memang dia membutuhkan, karena tidak pernah masuk kelas.
"Thanks Alana cantik. " dia tersenyum menggoda, dan aku mengangguk sebentar.
Kemudian berdiri,lalu berjalan merangkul Marvin yang sudah berjalan ke depan. Tapi laki-laki berkacamata itu menghindari tangan Raiden. Marvin tidak setuju dengan perkiraan Raiden kayanya. Karena Marvin langsung menatap Lala dengan menggeleng.
"Jangan dengerin bacotan Rai. " ucap pria dingin itu. Lala langsung salah tingkah sendiri.
Aku menarik nafas, lalu mengajak Lala untuk keluar ruangan ini juga.
"Lo harus hati-hati sama Rai. " pesan Lala membuat ku sedikit bingung maksudnya.
"Iya iya gue tahu kok dia cowok ter red flag di kampus ini. Gue tahu lo kenal deket sama dia dan tahu gimana dia." jawab ku mengerti. Penasaran juga seakrab apa Lala mengenalnya, sampai aku tidak boleh kenal apa lagi dekat dengan Raiden.
"Ya cuma sebatas suka nongkrong bareng aja. Dia si buaya, yang suka bermain-main dengan perempuan. Tapi tidak pernah dipacari sama sekali. Cuma di nikmati saja kalau bosen ditinggalkan. " Cerita Lala tentang Raiden yang brngsenk banget menurut ku.
"Nggak dipacari sama sekali? " agak heran.
"Yah,hanya HTS an atau apalah gitu pokoknya cuma di jadikan mainan sama dia. "
Aku cuma nyimak dengan mata melotot setelah mendengarnya.
"Tapi kalau lo gue kasih tahu yang satu ini bakalan heran," ucapan Lala berikutnya bikin aku penasaran.
"Dia itu mahasiswa double degree yang jarang orang sanggup. Selain di fakultas ekonomi disini dia juga mahasiswa fakultas kesenian dengan jurusan seni musik di kampus sebelah. Hebat nggak sih? " berlanjut dengan memuji Raiden. Aku ternganga mendengarnya, kagum juga.
Pantesan aja suaranya bagus dan dia juga bisa bermain alat musik.
"Kok bisa ambil dua jurusan sekaligus di dua kampus ya." Aku heran, karena aku yang satu jurusan saja pusing banget apalagi dua.
"Musik adalah hobi nya yang dia tekuni kalau untuk gelar sarjana ekonomi memang sudah tuntutan dari orang tuanya yang wajib ia harus dapatkan. Makanya dia bersedia mengambil dua jurusan sekaligus. Rai sebenarnya pintar kok, sejak SMA juga gitu pintar selalu dapat rangking lima besar katanya. Ada temen gue yang satu SMA sama dia cerita gitu. " jawab Lala panjang lebar, membuat ku mengucap huruf O saja.
***
Hari ini aku sedang makan siang dengan Devan, memaksanya sebenarnya karena dia kalau nggak begini mengabaikan makan siangnya. Lagian dia harus mau, kalau tidak aku bakalan marah lagi sama dia.
"Pakaian ku nanti sore aku ambil ya Devan?" aku ingat meninggalkan pakaian ku di rumahnya waktu itu.
"Tapi aku masih ada kegiatan sampai malam, gimana dong? " kata Devan menyebutkan kegiatannya yang sibuk itu.
"Nggak masalah nanti aku ambil sendiri saja." kalau nunggu jadwal kosongnya mungkin pas akhir pekan saja.
"Lagian biarin aja baby, siapa tahu kapan-kapan kamu nginep. "
"No, never will. " aku mempertegas. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.
Dia menekuk wajahnya, kecewa akan ucapanku. Sebenarnya aku merasa bersalah juga harus ngomong gitu. Tapi kan aku belum siap melakukan itu.
"Sabtu kamu ada acara apa?"
"Sampai minggu depan aku sibuk, bahkan hari minggu ada kegiatan juga. Paling pulang pas tidur doang, paginya sudah ada jadwal lagi. " Jawabnya memberi tahuku berapa sibuknya dia lagi.
"Itu tidak mempengaruhi jadwal kuliah dan nugas emang? " aku jadi khawatir kuliahnya keteteran.
"Enggak lah, aku sudah punya management waktu. Semua terjadwal, makanya kita bisa ketemunya ya tengah malam. Dengan kata lain, kamu nginep sesekali di rumah ku. Biar kita bisa menghabiskan waktu berdua. " jawaban Devan awalnya aku lega tapi lama kelamaan ucapannya bikin aku melotot. Karena ujung-ujungnya ya kesitu lagi.
Entahlah dia normal apa terlalu normal.
Aku memilih makan saja daripada memikirkan otak Devan yang mesum itu. Tapi ketika makan aku melihat ada Raiden sedang berjalan dengan seorang wanita berbeda lagi. Ohhh kenapa sih akhir-akhir ini sering melihat dia dengan wanita berbeda terus.
Tidak sengaja mata kami bertemu, dia tersenyum menunjukkan lesung pipinya. Aku baru sadar ternyata dia memiliki lesung pipi yang manis. Ahh sadar Alana dia cuma si brnsek tidak jelas.
Raiden malah mendekat ke arah meja kami setelah meninggalkan ceweknya di depan boot penjual minuman. Duh mau ngapain sih tu anak.
"Sorry Alana, buku lo belum selesai gue salin." Ucapnya nggak penting banget, ngapain juga ngasih tahu. Kalau belum selesai ya udah, ngapain mesti bilang juga.
Devan mendongak, dia terkejut ada orang yang berbicara dengan ku. Matanya melotot menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Raiden.
"Iya, nggak apa-apa kok. " aku tersenyum canggung.
"Nanti gue kembalikan secepatnya kok tenang aja. " Dia ngapain sih mesti ngajakin aku ngomong terus gitu. Benar-benar rese kurang kerjaan.
Devan sudah menyala, pasti cemburu nih laki-laki.
"Iya Rai, tidak masalah santai aja. " Aku ingin dia segera pergi dari sini.
Lalu perempuan yang kesini dengan Raiden tadi mendekat,ia memegang minumannya. "Aku udah selesai beli minum, ayo Rai kita pergi. " Aku berterimakasih kasih sekali sama mbak ini, sudah bikin Raiden pergi.
Diapun pergi merengkuh pundak perempuan itu. Tapi anehnya sebelum pergi, matanya dan mata Devan bertemu dengan ditambahi bibirnya menyeringai. Seperti bertemu musuh bebuyutan.
"Raiden? serius kamu kenal dia? " tanya Devan melotot, dengan nada bicara marah tapi ditahan.
"Dia temannya Lala, memang kamu juga kenal? " aku jadi takut sendiri kalau ternyata mereka kenal.
Devan tidak langsung menjawab, dia berpikir dulu. Sepertinya laki-laki ini kenal Raiden tapi tidak berteman atau kenal dengan momen buruk. Dia mengatur emosinya, sampai mereda. Yah, kalau dilihat dari pergaulan mereka sih kemungkinan kecil kenalnya. Soalnya yang satu aktivis elit kampus yang satu anak band.
"Dia terkenal fuckboy, suka mempermainkan cewek. Jadi bagaimana aku tidak khawatir kalau kamu kenal sama dia. Dia king of brngsek di kampus ini. Memanfaatkan ketampanannya dan kepopulerannya untuk mempermainkan cewek. Aku harap kamu tidak berurusan dengan dia baby,aku nggak suka. Dia cuma parasit yang akan merugikan tempat dia singgah. " Ucapan Devan panjang banget. Dia menganggap Raiden adalah parasit?aku jadi tidak mengerti apa yang ia maksud.
Melihat dari reaksinya,mereka sepertinya kenal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments