"tiwi ...." panggilku memanggil pratiwi yang baru masuk dari pintu cafe.
"lu lagi apa nongnong?" tanya nya sekenanya. "tadi gue tanya ke satpam, katanya lu ga masuk dari dua hari kemarinnngambil off. Napa sih lu?" tanya nya heran.
"aku pulang wi, agak gak enak badan." bohongku. Tiba tiba Kang Ajid siap membawa makanan dan minuman pesanan.
Tiwi menatap heran, "eumhh kalian berdua toh, ya sudah lanjutkan. Okeh aku ke dalam dulu. Fan awas neng, jangan terbuai kata kata Kang Ajiiid.." sambil melangkah ke dalam cafe Pratiwi bercandain Kang Ajid. Kang Ajid hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum senyum.
"neng, percaya kan sama akang?"
"tergantung, ha ha ha ..." balasku terus menggodanya. Senyum manisnya, badannya yang tegap, rambut cepak khas prajuritnya..beuhh bikin hati ugal ugalan gini.
Pukul 21.00 WIB kami pulang ke kosan seperti biasa di antar pakai motor Yamaha Jupiter MX merah nya. Sekarang aku sudah mulai berani memeluknya dari belakang. "akang, sejak kapan mulai hapal Tiwi ?" tanyaku sepanjang perjalanan.
"sejak ingin kenal kamu. Dan pernah beberapa kali kesini untuk nongkrong waitress nya ya Pratiwi " jawabnya ringan. Aku hanya meng-ohh kan saja.
Sampai di depan kosan, "neng cepet buka akang udah kebelet pipis ..."
"i ii iya "... Kubuka kunci kamar dengan tergesa gesa. Kutanggalkan kerudungku dan cardiganku hanya memakai kaos oblong, dan celana training saja. Rambut ku di sanggulkan saja ke atas.
"Akang, balik ke mes ya"
"iya, hati hati pulangnya jangan keluyuran aja." candaku di depannya.
"gimana mau keluyuran, hati aku udah parkir di bagasi kamu." tandanya sambil mendekap tubuhku mengarahkan ke arah pintu yang tertutup. Degg
kembali dadaku berdegup kencang, entah ugal ugalan seperti apa ini.
Pagutan bibir manis Kang Ajid lagi lagi mendarat di bibirku, Tuhan .... Gimana ini.
Birahi kami mulai memanas, saling membalas pagutan bibir kami yang bertemu di puncaknya. Ter engah engah nafas kami berdua, tanpa terasa kami sudah berada di atas kasur busa empuk ukuran nomer 3. Kang Ajid nafasnya tersengal sengal hendak meraba area boba dan daerah sensitif ku. Kuhentikan tangannya dan mendorong badannya.
"maaf Kang ... Belum saatnya" kulangkahkan kaki hendak menuju pintu keluar.
"masih ga percaya aku, neng?" sedikit dia agak kesal.
"konsepnya bukan masalah percaya atau enggak Kang, soal harga diri Kang. Maaf sekali lagi." pintaku memohon.
Kang Ajid hanya menghela nafas panjang, "baiklah, maafkan Akang yang sudah gak tahan. Karena Akang berpikir akan pergi selama tiga tahun. Akang sayang Neng." kembali dia mendekat.
"kang, stopp!!! Hargai privasi neng, ada cita cita yang sedang neng perjuangkan. Begitupun akang. Mari kita sama sama menjaga semuanya mati kita sama sama berjuang untuk hasil yang indah. " kataku sambil meneteskan air mata.
"akang minta maaf sayang, akang pamit ya."
kututup kembali setelah Kang Ajid melaju dengan motor nya.
Hatiku menjerit, Benarkah?atau hanya sekedar ego keluarga saja. Rasanya seperti sesak, entah kenapa setelah kejadian itu aku mulai ragu dengannya, namun segera ku tepis semua perasaan itu dengan beristigfar.
Malam semakin larut, mata enggan terpejam. Langsung saja kulangkahkan kaki untuk mengambil air wudlu, melaksanakan shalat malam dua rakaat.
Kupanjatkan seluruh isi hati dihadapan rabb ku. Meminta yang terbaik untuk semuanya.
subhanallah walhamdulilah walaaillahaillahu wallahu akbar
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments