Tristan

Pagi harinya Phillippa keluar rumah dengan membawa sekeranjang sayur-sayuran. Ia akan memberikan hasil panen ayahnya untuk keluarga Raven yang terletak di ujung jalan setapak sekaligus untuk melihat anak laki-laki keluarga Raven yang terakhir yang baru saja datang kemarin. Jalanan pagi itu masih sepi dan kabut pagi masih menutupi jalan dan rumah-rumah. Daun-daun basah oleh embun pagi.

Rumah keluarga Raven sudah mulai terlihat. Rumah batu bata merah berlantai dua itu di kelilingi oleh pohon hazel. Asap mengepul keluar dari cerobong asap yang sudah menghitam. Langit mulai berubah warna dari warna merah keemasan perlahan-lahan menjadi warna biru jernih. Phillippa mempercepat ayunan langkah kakinya dan ia tidak memperhatikan sebuah lubang kecil di depan pintu pagar rumah keluarga Raven. Ia pun terjatuh. Keranjang yang berisi sayuran berceceran kemana-mana. Sambil menahan sakit di kakinya, Phillippa berusaha memasukkan kembali sayuran yang terjatuh dan merutuki diri sendiri, karena tidak begitu berhati-hati tadi.

Tangan asing menyentuh jari-jarinya ketika Phillippa memungut tomat-tomatnya. Ia mendongkakkan kepalanya dan melihat seorang pemuda tampan sedang tersenyum kepadanya.''Kamu tidak apa-apa nona?''tanyanya.

Phillippa menggelengkan kepalanya dengan wajah merona dan masih menatap terpaku kepada pemuda tinggi tampan yang memiliki warna mata caramel di hadapannya, rambut pirang madunya tertiup angin. Ia menunggu reaksi pemuda tampan itu melihat kecacatan di wajahnya, tapi pria itu tidak mengatakan apa-apa mengenai hal itu. Pemuda itu menyunggingkan senyuman yang entah kenapa membuat hati Phillippa menjadi terasa hangat.

"Maafkan aku. Ini semua salahku,''ujar pemuda itu.''Seharusnya aku tadi langsung melaksanakan perintah ayahku untuk segera menutup lubang itu.''

Pemuda itu kemudian memperhatikan Phillippa lagi.''Sepertinya kakimu terluka.''

Phillippa menuliskan sesuatu disecarik kertas dan menunjukkannya kepada pemuda itu.

Kakiku baik-baik saja hanya terkilir sedikit.

Pemuda itu menatap Phillipa dengan dahi berkerut, lalu Phillippa menulis lagi dan memperlihatkannya kepada pemuda itu lagi.

Aku tidak bisa bicara.

"Jadi kamu bisu,''ujarnya. Phillippa menganggukkan kepalanya.

"Aku mengerti. Namaku Tristan Raven.''

Phillippa langsung menuliskan namanya.

"Jadi namamu Phillippa Bloomwood? Dan nama panggilanmu Philly."

Phillippa mengangguk.

"Senang bertemu denganmu Philly."

Tristan mengulurkan tangannya dan gadis itu menyambut uluran tangannya dengan ragu-ragu. Wajah Phillippa kembali merona, karena Tristan menatapnya dengan senyuman ramah. Tristan adalah pria pertama yang tidak merasa jijik dengan keadaannya. Kebanyakan pria di kota ini selalu memandang tidak suka kepadanya. Mereka selalu menghindarinya seolah-olah Phillippa adalah hama yang harus di jauhinya, sehingga sampai sekarang ia tidak pernah memiliki seorang kekasih, karena menurutnya mana ada pria yang waras mau menjadi kekasihnya. Kecacatan tubuhnya selalu membuatnya merasa tidak percaya diri. Ia memang tidak seperti gadis kebanyakan yang memiliki fisik sempurna. Pria itu adalah satu-satunya pria yang tidak langsung menjauh melihat kecacatan wajahnya seperti yang di lakukan oleh pria-pria lainnya.

"Apa sayuran itu untuk kami?''

Suara Tristan yang merdu bagaikan alunan melodi musik menyadarkannya dari keterpesonannya kepada pria itu. Tristan adalah pria tertampan yang pernah ia temui dan pria itu terlihat begitu sempurna di matanya. Phillippa menganggukan kepalanya, lalu menyerahkan keranjang itu kepada Tristan.

"Masuklah!''

Phillippa mengikuti Tristan dari belakang dan memperhatikan punggungnya yang kuat dan kekar. Putra terakhir keluarga Raven memang sangat tampan, jika Angelica melihatnya pasti ia akan langsung memeluknya dan berkata jadilah pacarku. Phillippa merasa geli jika membayangkan hal itu dan menahan tawanya. Mr dan Mrs Raven menyambut kedatangannya dengan ramah di dapur. Mereka sedang menyantap sarapan paginya dan menawari Phillippa untuk makan bersama. Marvella menarik kursi untuknya dan memberikan pancake besar dengan selai rapsberry merah di atasnya. Phillippa mencuri pandang ke arah Tristan yang sibuk memindahkan sayuran dari keranjang ke sebuah mangkuk kaca besar dan tidak lama kemudian ikut bergabung makan bersama mereka. Ia tersenyum kepada Phillippa membuat detak jantung gadis itu berdetak semakin cepat. Gadis itu cepat-cepat mengalihkan perhatiannya kepada pancakenya yang baru ia makan setengahnya dengan jantung berdebar-debar. Setelah menghabiskan pancakenya Phillippa berpamitan untuk pergi bekerja. Ia menuliskan sesuatu di kertas.

Aku harus pergi. Terima kasih pancakenya. Sangat lezat.

"Hati-Hati di jalan!"kata Mrs. Raven.

Phillippa menganggukkan kepalanya. Pagi ini ia berjalan kaki menuju tempat kerjanya. Di pertengahan jalan ia berhenti di toko alat-alat musik. Gadis itu begitu terkesima melihat sebuah piano putih yang dipajang di toko itu. Hal ini sudah menjadi kebiasaannya setiap hari saat ia akan pergi bekerja atau pun pulang bekerja. Phillippa begitu ingin memiliki piano itu setidaknya bisa bermain piano bagus itu walaupun hanya sekali. Ia tidak akan sanggup membelinya. Phillippa sudah lama tidak bermain piano. Ia begitu merindukan saat-saat ia masih bermain piano. Ia melihat jari-jari tangannya. Sejak dulu gadis itu bercita-cita ingin menjadi seorang pianis terkenal.

Pintu toko musik terbuka. Seorang pria paruh baya memakai kacamata muncul dari balik pintu. Pria itu tersenyum ramah kepadanya.

"Aku sering melihatmu memandang ke arah tokoku begitu lama. Apa kamu menyukai piano itu."

Phillippa mengangguk.

"Kamu bisa bermain piano?"

Phillippa kembali mengangguk.

"Siapa namamu?"

Gadis itu menulis di kertas dengan cepat.

Namaku Phillippa. Aku tidak bisa bicara.

Pria itu menangguk."Nama yang bagus. Namaku Peter Smith." Ayo masuk!"

Phillippa terdiam.

"Masuklah! Kamu bisa melihat-lihat di dalam."

Pria itu tersenyum, lalu Phillippa dengan rasa senang mengikutinya masuk. Sesampainya di dalam gadis itu semakin takjub melihat keindahan piano-piano yang dipajang di toko. Permukaannya berkilau tertimpa cahaya lampu. Phillippa langsung menyentuh piano-piano itu hati-hati tidak ingin memuat goresan dipermukaannya. Gerak-gerik Phillippa diperhatikan oleh sang Pemilik Toko.

"Kamu sangat menyukai piano?"

Phillippa mengangguk cepat.

"Kamu bisa bermain piano?"

Gadis itu mengangguk lagi.

"Bisakah kamu memainkan piano?"

Phillippa mengangguk dengan semangat.

"Mainkanlah!"

Phillippa terkejut dengan permintaan pemilik toko. Mata hijau emeraldnya berbinar-binar senang.

"Mainkan musik yang kamu bisa!"

Gadis itu memilih piano berwarna putih yang ia sukai, lalu duduk dikursinya. Jantungnya berdebar-debar tidak pernah sesemangat dan seantusias ini dalam hidupnya, karena rasa cintaya kepada piano kembali bangkit lagi. Phillippa menghembuskan napas panjang dan mengerakkan jari-jarinya sebelum menyentuh tuts piano. Ia pun mulai memainkan piano. Alunan musik klasik segera mengalir dari setiap tuts-tuts piano yang ia sentuh. Nada-nada yang yang dimainkannya menciptakan sebuah keharmonian melodi yang sangat indah. Musik yang dimainkan oleh Phillippa adalah Schubert piano sonata no.16. Mr. Smith yang mendengarkan permainan gadis itu membuatnya sangat terkesima. Tubuhnya menjadi kaku mendengar keindahan nada-nada yang dimainkan. Selama ia menjadi guru piano baru kali ini piano sonata no.12 dimainkan dengan sangat indah dan nada-nadanya lebih berwarna.

"BRAVO!" teriak Mr. Smith setelah Phillippa selesai bermain piano. Pria itu menghampiri Phillippa.

"Permainan pianomu sangat bagus. Kamu memiliki bakat."

Terima kasih kata Phillippa di secarik kertas. Wajahnya merona merah dan tersipu malu.

"Kamu boleh datang ke sini tiap hari untuk bermain piano."

Mata hijaunya berbinar senang. Ia cepat-cepat menulis lagi.

Benarkah, Mr. Smith?

Pria itu mengangguk dan tersenyum.

Terima kasih.

Gadis itu memeluk Mr. Smith dengan gembira. Ia terkejut melihat jam.

Maaf. Aku harus segera pergi. Ia menyerahkan kertasnya, lalu keluar toko menuju tempat kerjanya. [ ]

Terpopuler

Comments

ʝ⃟⃝5ℓ 𝐋α 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩

ʝ⃟⃝5ℓ 𝐋α 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩

ntar philly ketemu sma putrinya roland yg sekolah musik di jhosua itu

2023-08-16

0

Mersiana Njurumbatu

Mersiana Njurumbatu

phili anaknya geneiva y Thor

2020-05-04

1

Niiena Ismntoha Mamae Mirza

Niiena Ismntoha Mamae Mirza

Thor kasih visualnya donk khususnya philipa n Joshua

2020-01-25

1

lihat semua
Episodes
1 Genevieve
2 Perasaan bimbang
3 Gadis bermata hijau
4 Pria yang dibenci Joshua
5 Tristan
6 Ciuman pertama
7 Tulip merah
8 Gadis piano
9 keresahan hati Phillippa
10 Selamat tinggal, papa!
11 11. Pergi
12 12. Ujian
13 Wanita masa lalu Phillippa
14 Pembicaraan di malam hari
15 Cinta terlarang
16 Kemarahan Raina
17 Ancaman Nicole
18 Surat Genevieve
19 Gracelyn dan Tanith
20 Makan malam
21 Kebun binatang
22 Rumah sakit
23 Peninggalan berharga
24 Buku harian Jeanette
25 Permintaan maaf
26 Pengakuan Jeanette
27 Ksatira dalam setelan jas
28 Kehangatan sebuah pelukan
29 Penculikan
30 Kemarahan Nicole
31 Perasaan Joshua
32 Pernyataan cinta
33 Diambang kematian
34 Bertemu Nicole
35 Kamu membuat hatiku tersenyum
36 Hati Yang Terikat END
37 Season 2 (S2): Perjodohan
38 (S2): Kematian Irene
39 (S2): Pulau Santorini
40 (S2): Gadis kecil dan dongeng putri duyung
41 (S2): Kembalinya Nicole
42 (S2): Kana
43 (S2): Penculikan
44 (S2): Pertemuan tak terduga
45 (S2): Pertemuan keluarga
46 (S2): Billy dan Lucy
47 (S2): Billy dan Lucy 2
48 (S2): Kepergian Hera
49 (S2): Persiapan pernikahan
50 (S2): Pernikahan
51 (S2): Pernyataan cinta Theoden
52 (S2): Rumah dengan pohon wisteria ungu
53 (S2) : Rudolfo Grimaldi
54 (S2): Amnesia
55 (S2): Kencan
56 (S2): Ciuman Strawberry
57 (S2): Ciuman Strawberry 2
58 (S2): Amy
59 (S2): Langit malam
60 (S2): Mansion misterius
61 (S2): Mansion misterius 2
62 (S2): Hilangnya Theoden
63 (S2): Pertemuan tak terduga
64 (S2): Jatuh cinta
65 (S2): Epilog END
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Genevieve
2
Perasaan bimbang
3
Gadis bermata hijau
4
Pria yang dibenci Joshua
5
Tristan
6
Ciuman pertama
7
Tulip merah
8
Gadis piano
9
keresahan hati Phillippa
10
Selamat tinggal, papa!
11
11. Pergi
12
12. Ujian
13
Wanita masa lalu Phillippa
14
Pembicaraan di malam hari
15
Cinta terlarang
16
Kemarahan Raina
17
Ancaman Nicole
18
Surat Genevieve
19
Gracelyn dan Tanith
20
Makan malam
21
Kebun binatang
22
Rumah sakit
23
Peninggalan berharga
24
Buku harian Jeanette
25
Permintaan maaf
26
Pengakuan Jeanette
27
Ksatira dalam setelan jas
28
Kehangatan sebuah pelukan
29
Penculikan
30
Kemarahan Nicole
31
Perasaan Joshua
32
Pernyataan cinta
33
Diambang kematian
34
Bertemu Nicole
35
Kamu membuat hatiku tersenyum
36
Hati Yang Terikat END
37
Season 2 (S2): Perjodohan
38
(S2): Kematian Irene
39
(S2): Pulau Santorini
40
(S2): Gadis kecil dan dongeng putri duyung
41
(S2): Kembalinya Nicole
42
(S2): Kana
43
(S2): Penculikan
44
(S2): Pertemuan tak terduga
45
(S2): Pertemuan keluarga
46
(S2): Billy dan Lucy
47
(S2): Billy dan Lucy 2
48
(S2): Kepergian Hera
49
(S2): Persiapan pernikahan
50
(S2): Pernikahan
51
(S2): Pernyataan cinta Theoden
52
(S2): Rumah dengan pohon wisteria ungu
53
(S2) : Rudolfo Grimaldi
54
(S2): Amnesia
55
(S2): Kencan
56
(S2): Ciuman Strawberry
57
(S2): Ciuman Strawberry 2
58
(S2): Amy
59
(S2): Langit malam
60
(S2): Mansion misterius
61
(S2): Mansion misterius 2
62
(S2): Hilangnya Theoden
63
(S2): Pertemuan tak terduga
64
(S2): Jatuh cinta
65
(S2): Epilog END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!