Baikal berbicara kepada gagak peliharaannya, Bent.
Gagak di dunia lamaku suka sekali mengumpulkan benda benda berkilau. Bahkan ada yang bisa membawakan tuannya uang logam maupun kertas.
“Andai saja kamu bisa mengumpulkan uang, mungkin aku akan jadi tuan terkaya tanpa harus bekerja. Hahaha…” Baikal berkelakar.
Benda berkilau? Menjadi tuan terkaya? Bent berfikir keras hingga memiringkan kepalanya hampir ke segala arah.
Apa yang dimaksud tuan dengan benda berkilau?
Bagaimana caranya tuan menjadi yang terkaya?
Bent masih berfikir keras sementara Baikal merasakan senja tiba dengan hembusan angin yang dingin, kembali masuk ke dalam mansion.
Meninggalkan Bent yang masih memiliki tanda besar.
Bent pergi kemudian mendaratkan diri di sebuah ranting di pohon apel. Menyapa Helcourt dan mulai bicara untuk sebuah diskusi membahas masalah penting.
Helcourt bangun dari posisi malasnya dan mulai memperhatikan Bent Dengan seksama
“KWAKKKK…KAAAKKK….. KAAAKKK”
“KWAKKKK…KAAAKKK….. KAAAKKK”
“KKKKKRRRRRRRRRRRR………..”
“KKKKKRRRRRRRRRRRR………..”
“KWAKKKK…KAAAKKK….. KAAAKKK”
“KKKKKRRRRRRRRRRRR………..”
Baikal mengintip jendela. Heran kenapa dua orang itu berisik sekali?
Masih berada di Level 1 Dungeon Barbaras - Forbidden Cave.
Arterius Jonas terus melangkah ke arah yang lebih dalam. Setelah mengalahkan raja serigala dengan ukuran sangat besar kini dia berhadapan dengan beberapa ekor beruang yang terlihat ganas.
Mengabaikan beruang tersebut, Arterius Jonas merasa tertarik dengan beberapa koin perunggu dan beberapa item sampah yang dijatuhkan oleh serigala.
Bahkan boss serigala yang dia kalahkan dengan mudah tanpa menggunakan tenaga sama sekali. Boss yang mati menjatuhkan lebih banyak koin dan item sampah yang terlihat lebih baik.
Item item ini jika digunakan oleh pemula akan sangat membantu. Namun bagi Arterius Jonas dibandingkan dengan zirah legendaris yang dipakai, item drop ini hanyalah limbah belaka.
Arteries Jonas mengabaikan item drop, dia hanya menyimpan koin tembaga saja.
Beruang beruang yang sama lemahnya dengan boss serigala. Arterius Jonas terus melangkah ke depan. Meninggalkan di belakangnya beruang beruang yang telah jatuh tak bernyawa.
Hal sama masih berlaku, beruang beruang ini hamper sekuat dengan boss serigala. Meskipun begitu cukup hanya satu tamparan belaka sudah mencelakakan beruang beruang menjadi mayat.
Arterius Jonas menerka, Dungeon ini hanyalah permainan anak anak baginya.
Meskipun begitu dia pun tak mengambil langkah dan mundur. Adrenalinnya menyala, bagaimana bisa ketika pemain sudah melangkah kemudian menyerah. Titik finish selalu menjadi rasa penasaran yang harus dibuktikan dengan meraih pita.
Rasa kemenangan dan kepuasan mencapai titik akhir selalu menjadi kebanggaan tersendiri.
Arterius Jonas juga seorang manusia, hal seperti itu berlaku juga untuknya.
Selama berhari hari ke depan Arterius menghadapi berbagai macam binatang yang semakin ganas.
Di atas loteng mansion.
Baikal berusaha menemukan peralatan olahraga yang dia cari. Sebuah tali skipping dan beberapa barbell berat.
Saat menutup kembali peti, Baikal menemukan suatu hal yang membuat matanya berbinar cemerlang. Dan merasakan kerinduan yang terasa ditahan seperti selama berabad abad yang ditahan akhirnya terurai.
Baikal membuang tali lompat dan barbell dia mengalihkan kedua tangan kosongnya untuk meraih objek baru yang dia temukan.
MEONG…
Kucing hitam gembul dipeluk dan diciuminya. Bulunya lembut dan lapisan lemaknya terasa nyaman saat menyentuh kulit wajahnya.
“Nero…”
MEONGG… dia merespon manja.
Baikal turun ke bawah, berlari menunjukkan nero kepada Bent dan Helcourt. Bermaksud mengenalkan kepada keduanya.
Baikal bermain main dengan Bent dan Nero, sementara Helcourt terlihat terlalu absurb jika bermain manja dan mengguling-gulingkan diri. Helcourt memilih meringkuk untuk tidur.
Lelah bermain, Baikal pun merebahkan diri di atas rerumputan hijau, melihat awan yang lembut bergerak bersama angin. Berubah ubah bentuk, kadang menjadi perahu kadang menjadi gajah.
Baikal merasa sangat nyaman, matanya lelah. Dia tertidur.
“Ada seorang penantang memasuki dungeon Tuan.” Nero berkata pada Bent.
“Cakupan indramu luas, aku hanya bisa mendeteksi seluruh area level ini di mana Tuan tinggal.” Bent tampak tak terkejut dengan kemampuan Nero.
“Aku menguasai manipulasi ruang dan dimensi, dinding pemisah dimensi di dungeon ini sangat kuat dan berstruktur rumit. Demikian juga dengan sekat antar level, berlaku sama. Kurasa hanya aku satu satunya yang bisa meradar keseluruhan dungeon milik tuan ini.”
“Bagaimana dengan dunia luar?” Bent penasaran.
“Penglihatanku tak terbatas.” Nero mengungkapkan.
“Lantas, Apakah penantang ini kuat?” Bent sedikit waspada.
“Serahkan saja pada orang ini jika sampai di pintu masuk level Sembilan.” Nero menunjuk Helcourt yang tidur dengan ujung ekornya.
“Iya, dia selalu bicara tentang membelah orang menjadi dua dengan potongan begini dan begini.” Bent membuat postur bentuk vertical, horizontal dan diagonal dengan kedua sayapnya.
“Kalau begitu jika penantang sampai sini, biarkan Helcourt menanganinya.” Nero menyarankan.
“Itu sesuai dengan hobinya membelah dan membelah. Tak diragukan dia cocok untuk pekerjaan seperti itu.” Bent membuat isyarat mengacungkan jempol dengan sebuah sayapnya.
Nero menengok ke sungai jernih yang mengalir tak jauh dari pohon apel di mana mereka semua berteduh.
“Kurasa ikan ikan ini enak…” Nero mulai ngiler.
“Kamu harus mencoba kepiting, keong dan juga udang. Oiya ada juga lobster. Tak ada bandingannya. Semuanya istimewa.” Bent yang lebih dulu mencicipi tak ragu memberikan penilaiannya.
“Benarkah ?”
“Kamu akan ketagihan. Coba saja.” Bent tertawa.
Saat malam tiba, Baikal memeriksa gudang dan menemukan sepucuk shotgun. Mengambilnya dengan beberapa kotak peluru.
Baikal duduk di depan perapian, mengisi slot maksimal berisi lima peluru di dalamnya.
Cahaya api semakin mempercantik laras panjang di tangan Baikal, pelitur mengkilat pada kayu coklat tua sedikit memantulkan secara samar liuk api yang bergoyang.
Ornament perak berupa bunga bunga mawar dengan batang yang melilit menambah kesan klasik nan antic.
Untuk melindungi diriku, mungkin beberapa tembakan akan menakuti musuh. Jika tembakanku beruntung mungkin bisa sedikit melukai dan memperlambat gerak.
Meletakkan di samping perapian, Baikal mengambil belati dengan tema sama seperti senapan shotgun. Dibungkus dengan gagang dan penutup dari kayu coklat yang dipelitur serta berhias ornament perak bunga mawar dengan gagang melilit.
Kurasa dua senjata ini cukup. Untuk pedang atau tombak, lupakan. Itu terlalu berat untuk digunakan.
Adapun senapan, aku mempelajarinya di masa singkat wajib militer. Seharusnya masih dalam jangkauan kemampuanku menggunakan laras panjang ini. Emm, meskipun aku sendiri tak yakin apakah bisa tepat sasaran.
Kalau belati itu adalah hal yang mudah digunakan untuk melindungi diri maupun bertahan di alam bebas.
Baikal kmudian menatap televise layar lebar di ruangan yang sama dengan perapian.
Untuk apa aku menginginkan televise di sini?
Baikal tiba tiba teringat bahwa kulkas di dapur berfungsi dengan baik tanpa listrik. Apakah televise juga berlaku hal yang sama? Lalu siaran apa yang bisa ditontonnya?
Meraih remote control dia menyalakan dengan menekan tombol ON.
Pic Nero
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments