Cinta Terlarang Sang Presdir: Adik Iparku Canduku

Cinta Terlarang Sang Presdir: Adik Iparku Canduku

Bab. 1

Happy Reading

Waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Di sebuah kamar hotel mewah.

Seorang pria bertubuh kekar menggeliat di atas tempat tidur king size berwarna putih. Varo, terbangun dari tidurnya yang nyenyak karena terusik oleh cahaya matahari pagi yang masuk menerpa wajahnya.

Varo mengerjapkan kedua matanya sembari menyembunyikan wajah tampannya di balik telapak tangannya yang besar untuk menghalau cahaya matahari yang membuat silau ke dua Netranya.

Varo kembali menggeliat merenggangkan otot otot tubuh yang terasa kaku dan pegal. Kepalanya terasa berat dan tidak nyaman.

Setelah merasa enak pada tubuh, Varo segera bangun, lalu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Wajahnya mengernyit melihat tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang. Di sela kebingungan dengan keadaan dirinya, kedua matanya menyapu ke kiri kanannya. Ranjang yang berantakan, terus pakaiannya tercecer di lantai.

"Ada apa ini?" gumamnya belum menyadari apa yang terjadi. Varo berusaha mengingat apa yang terjadi pada dirinya tapi tidak ada sedikitpun kepingan memori yang muncul di kepalanya.

Varo turun dari ranjang. Varo terkejut saat kedua netranya tak sengaja melihat bercak berwarna merah pada seprei. "Apa ini?"

Karena penasaran, Varo menyentuh noda itu dengan jari telunjuknya, lalu di gesekkan pada ibu jari.

"Darah???" gumamnya setelah di perhatikan beberapa saat.

"Ini....??" Varo seolah menyadari sesuatu setelah melihat darah tersebut. Lantas memikirkan kenapa tubuhnya sampai telanjang dan ranjang berantakan. Varo berusaha mengingat ngingat apa yang telah terjadi. Akhirnya dia ingat semalam telah melakukan permainan ranjang panas dengan seorang wanita.

"Berarti darah ini..?!" Varo terkesiap.

Darah ini adalah darah perawan."Astaga, wanita mana yang telah kurusak semalam?" seketika hati Varo tidak tenang, jantungnya berdebar.

Varo kembali memperhatikan noda darah pada seprei. Bukan hanya noda darah yang terlihat olehnya, tapi juga noda noda lain berupa cairan putih yang terdapat di berapa titik pada seprei. Yang di yakini Varo adalah cairan sperma.

"Ya Tuhan, apa yang telah ku lakukan semalam?!" Varo mengusap wajahnya kasar.

Varo berusaha mengumpulkan kepingan memori yang terjadi semalam.

Semalam setelah tiba dari Amerika, dia langsung datang ke acara hotel untuk menghadiri pernikahan kakak sepupunya yang bernama Farah. Setelah mengucapkan selamat pada kedua mempelai, Varo berbaur bersama para tamu undangan di hotel. Entah siapa yang telah menaruh sesuatu pada minumannya. Membuat kepalanya pusing, tubuhnya panas dan gelisah.

Karena merasa tidak nyaman pada tubuhnya, Varo yang sebelumnya berniat akan pulang ke rumah orag tuanya batal pulang dan meminta pada asistennya untuk memesan kamar hotel secepatnya. Sang asisten bergerak cepat menghubungi manager hotel untuk menyediakan kamar sang bos dengan segera.

Varo meninggalkan pesta menuju kamar hotel. Rasa aneh semakin menjadi menjalar ke sel darah dalam tubuh hingga menghilangkan kesadarannya. Varo kehilangan kendali, beberapa kali terdengar lenguhan keluar dari mulutnya."Brengsek, siapa yang telah melakukan ini padaku?" geramnya pada orang yang menjebaknya.

Varo sempoyongan menuju kamarnya. Setelah tiba di depan kamarnya, dia membuka pintu kamarnya yang tampak gelap. Saat berbalik, Varo samar melihat seseorang di depan pintu yang sepertinya hendak keluar. Di setengah kesadarannya, Varo masih mengenali sosok itu adalah seorang wanita, tapi Varo tidak jelas melihat wajahnya.

Terdesak oleh gairah yang tidak dapat di kendalikan, Varo mencengkeram kedua bahu wanita itu. Langsung di bawahnya ke atas ranjang dengan paksa. Saat melakukan aksi bejatnya, Varo merasakan adanya perlawanan yang hebat di lakukan oleh sang wanita di selingi tangisan yang keluar dari mulut sang wanita yang memohon untuk jangan menyentuh. Rintihan kesakitan saat dia membelah paksa masuk setelah beberapa kali percobaan. Varo tidak peduli dengan tangisan kesakitan, pukulan dan cakaran pada tubuhnya karena terdorong rasa panas terbakar gairah yang harus segera di tuntaskan.

Lamunan Varo buyar dengan ketukan pada pintu. Varo tersadar. Dengan segera dia memakai bokser pendek. Ada rasa perih saat miliknya mengenakan benda itu. Bukan hanya wanita itu yang merasakan sakit, tapi dia juga merasakan sakit pada miliknya karena ini kali pertama dia melakukan hubungan intim.

Varo melayangkan tatapannya pada noda darah dengan perasaan bersalah."Ya tuhan, Wanita itu masih Virgin!" Varo merasa sangat bersalah.

Tok tok tok.

Pikiran Varo kembali teralihkan ke pintu"Siapa?" tanyanya sedikit keras. Memastikan siapa di luar.

"Saya Tuan!" suara asistennya.

"Masuk." perintahnya.

Pintu terbuka, lalu masuklah Vinod sang asisten. Wajah Vinod mengernyit melihat keadaan kamar yang berantakan dan keadaan tuannya yang terlihat kacau.

Vinod bukan anak ingusan yang tidak tahu apa yang telah terjadi. Tuannya telah menghabiskan malam yang panas. Dengan siapa? Batin Vinod. Tuannya tidak meminta menyediakan seorang wanita semalam. Dan tuannya tidak mungkin melakukan hal itu karena tuannya bukan pria yang suka bermain perempuan.

"Periksa CCTV di luar kamar ini." perintah Varo. Dia ingin tahu siapa yang masuk kedalam kamar ini sebelum dia masuk semalam. Lebih tepatnya dia ingin tahu siapa wanita yang telah di rudapaksa semalam.

"Baik Tuan." jawab Vinod paham maksud perintah itu. Perkiraannya benar, telah terjadi sesuatu semalam. Vinod segera keluar,

Sementara Varo melangkah menuju kamar mandi setelah sebelumnya melihat kembali noda darah pada seprei.

***

Dua tahun kemudian.

Sebuah mobil mewah memasuki hunian yang dua tingkat yang tak kalah mewah.

Setelah mobil berhenti di depan pintu masuk, terlihat dua wanita segera keluar. Sala satunya menggendong seorang anak kecil perempuan.

"Mang Maman, tolong bawa semua belanjaan ke dalam." perintah seorang wanita pada sopir. Wanita itu bernama Farah. Dan satunya adalah Zara, yang sedang menggendong anak kecil.

"Baik Bu." jawab Maman. Dia mengeluarkan barang dari mobil.

"Sini, biar Mba yang gendong Cla. Kamu pasti capek sejak tadi menggendongnya." kata Farah.

"Gak capek mbak. Biar saya saja. Nanti Cla terbangun saat berpindah tempat!" tolak Zara tak ingin anak kecil ini terbangun.

"Baiklah!" Farah mengalah.

Keduanya melangkah masuk dalam rumah.

"Kamu sudah pulang sayang?" sambut wanita paruh paruh baya yang baru keluar dari kamarnya. Wanita itu bernama Dewi. Dia tersenyum hangat pada Farah dan tidak melihat Zara sama sekali. Padahal Zara adalah anak mantunya, lebih tepatnya anak mantu yang tak diinginkan dan terpaksa di terima menjadi istri Bobi, putranya.

"Iya Tante. Maaf aku pulangnya telat. Keasikan ngobrol sama teman teman." sahut Farah. Terlalu asik berbincang dengan teman teman semasa SMA-nya membuatnya lupa waktu yang sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam.

"Ya sudah, kamu sebaiknya istirahat."

"Tante belum tidur? Seharusnya ga usah nungguin kami pulang!"

"Tadi Tante sudah tidur, tapi kebangun karena pengen minum. Bertepatan dengan kalian pulang!"

Keduanya melangkah masuk. Diikuti Zara.

"Apa Melinda sudah pulang?" tanya Farah di sela langkahnya.

"Belum. Pekerjaannya belum selesai." jawab Dewi seraya menoleh sekilas pada Farah.

"Hmm, Anak itu sibuk terus." kata Farah.

"Namanya juga model Ra! Kamu sangat tahu dia sangat gila dengan pekerjaannya itu." tutur

Dewi di selingi helaan nafas berat.

"Iya Tante benar." Farah tersenyum membenarkan ucapan Dewi.

"Tante ke kamar dulu." Dewi pamit.

"Iya Tante. Selamat beristirahat." ucap Farah.

Dewi melanjutkan langkah ke kamarnya. Farah dan Zara menuju kamar tamu yang di tempati Farah. Farah datang berkunjung ke rumah ini. Kebetulan suaminya ada pekerjaan di jakarta, jadi dia ikut. Farah sudah dua hari menginap di rumah ini. Farah adalah kakak sepupu dari Navaro Bima Atmaja, suami Melinda.

Perlahan Zara meletakkan tubuh Cla di tempat tidur. Bocah berumur 1 tahun 2 bulan itu bergerak, tapi kemudian tidur lagi setelah Zara mengusap lengannya lembut. Zara menatap sayang wajah gembul bocah manis ini. Anak ini mengingatkan Zara pada sesuatu. Rasa rindu tiba tiba membuncah dalam hatinya.

"Apa suamimu sudah pulang?" tanya Farah sambil mengatur paper Bag berisi belanja mereka yang di beli dari teman teman Farah tadi.

"Sepertinya belum! Mungkin banyak pekerjaan." jawab Zara tanpa semangat. Dia tidak melihat mobil Bobi di parkiran saat masuk tadi. Artinya suaminya tidak ada alias belum pulang. Zara juga tidak berharap suaminya pulang karena Bobi tidak betah di rumah dan jarang pulang. Bobi tetap tidak menyukainya di usia pernikahan mereka yang sudah berjalan 4 bulan.

Zara sudah berusaha menjadi istri yang baik, juga melaksanakan tugasnya sebagai istri, tapi hati Bobi sama sekali tidak tersentuh. Bobi malah terlihat semakin jijik padanya. Zara tetap sabar walau Bobi selalu melakukan kekerasan, menghina dan merendahkannya. Bobi sama sekali tidak menghargai dirinya sebagai istri. Bobi suka semena mena. Sama seperti Dewi yang memperlakukan dirinya seperti pembantu di rumah ini. Yaa, ibu mertuanya itu sangat tidak menyukainya.

Bobi memang tidak menyukai pernikahan mereka. Keduanya menikah terpaksa. Zara bersedia menikah dengan Bobi karena menuruti keinginan almarhumah pak Azzam yang merupakan suami Dewi. Pak Azzam ingin Bobi menikah dengan Zara agar hidup pria itu lebih terarah dan menjadi lebih baik. Karena menurut pak Azzam Zara adalah wanita baik dan memiliki akhlak juga agama yang bagus. Zara juga masih keponakan pak Azam.

Sedangkan Zara memenuhi permintaan pak Azzam bersedia menikah dengan Bobi karena pak Azam sangat baik padanya.

Sementara Bobi terpaksa menikahi Zara karena desakan Dewi. Jika Bobi tidak bersedia menikah dengan Zara, gadis pilihan Azzam, maka Bobi tidak akan mendapatkan warisan dari Azzam.

"Sebaiknya kamu istrahat. Mungkin Bobi sebentar lagi pulang!" Farah membuyarkan lamunan Zara. Farah sedikit tahu kondisi rumah tangga Zara dan Bobi. Pernikahan mereka yang tidak di dasari cinta dan terpaksa.

"Iya mbak." Zara nurut dan segera berdiri.

"Zara, Terimakasih sudah menemani Mba malam ini dan menjaga Cla." ucap Farah teringat betapa repot nya Zara mengurus Cla tadi yang sangat aktif.

Sebenarnya Cla punya pengasuh, tapi pengasuh Cla izin tidak masuk karena sakit. Untung ada Zara yang membantunya menjaga Cla di rumah ini.

"Sama sama Mbak. Saya senang menjaga Cla, Cla juga menyukai saya." balas Zara tersenyum. Dia suka sama Cla karena Cla juga menyukainya. Cla bahkan lebih senang bersama dengan dirinya sejak Farah datang ke rumah ini.

"Iya, Mba gak nyangka Cla menyukaimu. Padahal Cla tidak seperti itu pada orang lain yang belum di kenalnya." ujar Farah. Dia tahu anaknya itu tidak mudah untuk dekat dengan orang lain, terlebih orang asing yang baru di kenal.

"Saya ke kamar dulu." pamit Zara.

"Oh ya Zara, Mba minta tolong, boleh?"

"Boleh, Mba mau minta tolong apa?"

"Kamu kan mau ke atas. Sekalian tolong bawa kado Melinda ke kamarnya ya. Kamu taruh saja di ranjangnya. Mba ingin memberi kejutan untuknya dengan kado itu!" kata Farah tersenyum.

Acara ngumpul tadi, bisa juga di bilang reunian bukan hanya sekedar reuni saja, tapi juga ajang promosi barang branded dari usaha bisnis teman temannya.

Farah belum memberi kado ulang tahun Melinda beberapa hari lalu, makanya dia membeli tas branded itu. Dia yakin Melinda suka dengan tas itu.

"Baik Mba." Zara menerima paper Bag berwarna keemasan yang berisi hadiah mewah dengan harga ratusan juta.

Bagi Zara, Farah memang baik. Saat dia menikah dengan Bobi beberapa bulan lalu, Farah memberinya sebuah kalung dengan liontin putih yang harganya seratus juta sebagai hadiah.

"Saya ke kamar dulu." pamit Zara untuk ke dua kali.

Farah mengangguk sembari menatap wajah manis wanita itu. Zara memang cantik dan manis. Seandainya saja Zara belum menikah, dia akan memperkenalkan Zara pada teman suaminya yang masih lajang, yang merupakan seorang CEO, juga seorang ustadz. Cocok tuh dengan Zara yang memiliki karakter lembut, kalem, penyayang dan rajin ibadah.

Zara melangkah keluar dari kamar. Saat menaiki tangga sebuah notifikasi pesan masuk dalam ponselnya. Zara mengambil benda tipis itu dan memeriksa pesan yang masuk. Dia mengira pesan dari Bobi, tapi ternyata dari seseorang yang berada dikampung halaman ayahnya. Dada Zara sesak setelah membaca pesan itu. Keduanya matanya memanas dan berkaca. Zara segera membalas pesan itu, lalu melanjutkan langkah dengan buru buru. Dia ingin segera melakukan sesuatu di kamarnya terkait dengan pesan yang masuk tadi.

Tapi sebelumnya dia harus mampir ke kamar Melinda dulu untuk meletakkan kado ulang tahun pemberian Farah. Zara tahu kamar ini kosong karena Melinda belum pulang sesuai yang dia dengar dari Dewi di bawah tadi. Sedangkan suami Melinda, Zara tidak pernah melihatnya datang ke rumah ini sejak dia tinggal di rumah ini menjadi istri Bobi. Zara tidak tahu siapa suami Melinda, Zara tidak pernah melihat wajahnya. Zara hanya mendengar dari pembicaraan Dewi dan Melinda kalau suami Melinda berada di Amerika karena pekerjaan. Kalau pun pulang, pria itu tidak datang ke rumah ini. Melainkan pulang ke apartemen mereka atau ke rumah orang tuanya.

Perlahan Zara membuka pintu. Keadaan kamar yang tampak gelap, pencahayaan yang minim karena lampu tidak menyala. Hanya cahaya lampu dari luar yang menyusup masuk lewat fentilasi. Zara bergegas mendekati tempat tidur dan meletakkan paper Bag sesuai pesan Farah. Setelah itu dia berbalik melangkah untuk keluar. Zara menarik handel pintu. Tapi sebuah tangan kekar tiba tiba menarik bahunya dengan kuat, dan tangan kekar satunya menutup pintu dan mengunci. Selanjutnya tubuhnya di tekan pada pintu. Zara terkejut bukan main.

"Akhirnya kamu pulang sayang. Aku sangat butuh dirimu! Layani aku, puaskan aku. Aku sangat merindukan mu!" suara berat dengan nafas memburu cepat membelai permukaan kulit leher Zara.

"Siapa kamu? Lepas!" pekik Zara. Zara berusaha melepaskan diri dari kukungan pria di depannya. Zara berontak sekuat tenaga.Tapi tenaganya tidak berarti apa-apa. Tubuhnya di angkat dan di lempar ke atas ranjang yang empuk. Kemudian ditindih. Zara kesulitan bergerak. Bahkan bernafas pun sulit. Zara ketakutan dan seketika menyadari dirinya dalam bahaya.

Bersambung.

Para reader tercinta yang mampir di karya baru author, mohon tinggalkan jejak ya sebagai bentuk dukungan. Like, komen subscribe, vote, bintang 5 dan hadiah kopi.

Ikuti terus ya, terimakasih.

Terpopuler

Comments

Jamayah Tambi

Jamayah Tambi

Tak kan tak kenal isteri sendiri

2025-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!