NovelToon NovelToon

Cinta Terlarang Sang Presdir: Adik Iparku Canduku

Bab. 1

Happy Reading

Waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Di sebuah kamar hotel mewah.

Seorang pria bertubuh kekar menggeliat di atas tempat tidur king size berwarna putih. Varo, terbangun dari tidurnya yang nyenyak karena terusik oleh cahaya matahari pagi yang masuk menerpa wajahnya.

Varo mengerjapkan kedua matanya sembari menyembunyikan wajah tampannya di balik telapak tangannya yang besar untuk menghalau cahaya matahari yang membuat silau ke dua Netranya.

Varo kembali menggeliat merenggangkan otot otot tubuh yang terasa kaku dan pegal. Kepalanya terasa berat dan tidak nyaman.

Setelah merasa enak pada tubuh, Varo segera bangun, lalu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Wajahnya mengernyit melihat tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang. Di sela kebingungan dengan keadaan dirinya, kedua matanya menyapu ke kiri kanannya. Ranjang yang berantakan, terus pakaiannya tercecer di lantai.

"Ada apa ini?" gumamnya belum menyadari apa yang terjadi. Varo berusaha mengingat apa yang terjadi pada dirinya tapi tidak ada sedikitpun kepingan memori yang muncul di kepalanya.

Varo turun dari ranjang. Varo terkejut saat kedua netranya tak sengaja melihat bercak berwarna merah pada seprei. "Apa ini?"

Karena penasaran, Varo menyentuh noda itu dengan jari telunjuknya, lalu di gesekkan pada ibu jari.

"Darah???" gumamnya setelah di perhatikan beberapa saat.

"Ini....??" Varo seolah menyadari sesuatu setelah melihat darah tersebut. Lantas memikirkan kenapa tubuhnya sampai telanjang dan ranjang berantakan. Varo berusaha mengingat ngingat apa yang telah terjadi. Akhirnya dia ingat semalam telah melakukan permainan ranjang panas dengan seorang wanita.

"Berarti darah ini..?!" Varo terkesiap.

Darah ini adalah darah perawan."Astaga, wanita mana yang telah kurusak semalam?" seketika hati Varo tidak tenang, jantungnya berdebar.

Varo kembali memperhatikan noda darah pada seprei. Bukan hanya noda darah yang terlihat olehnya, tapi juga noda noda lain berupa cairan putih yang terdapat di berapa titik pada seprei. Yang di yakini Varo adalah cairan sperma.

"Ya Tuhan, apa yang telah ku lakukan semalam?!" Varo mengusap wajahnya kasar.

Varo berusaha mengumpulkan kepingan memori yang terjadi semalam.

Semalam setelah tiba dari Amerika, dia langsung datang ke acara hotel untuk menghadiri pernikahan kakak sepupunya yang bernama Farah. Setelah mengucapkan selamat pada kedua mempelai, Varo berbaur bersama para tamu undangan di hotel. Entah siapa yang telah menaruh sesuatu pada minumannya. Membuat kepalanya pusing, tubuhnya panas dan gelisah.

Karena merasa tidak nyaman pada tubuhnya, Varo yang sebelumnya berniat akan pulang ke rumah orag tuanya batal pulang dan meminta pada asistennya untuk memesan kamar hotel secepatnya. Sang asisten bergerak cepat menghubungi manager hotel untuk menyediakan kamar sang bos dengan segera.

Varo meninggalkan pesta menuju kamar hotel. Rasa aneh semakin menjadi menjalar ke sel darah dalam tubuh hingga menghilangkan kesadarannya. Varo kehilangan kendali, beberapa kali terdengar lenguhan keluar dari mulutnya."Brengsek, siapa yang telah melakukan ini padaku?" geramnya pada orang yang menjebaknya.

Varo sempoyongan menuju kamarnya. Setelah tiba di depan kamarnya, dia membuka pintu kamarnya yang tampak gelap. Saat berbalik, Varo samar melihat seseorang di depan pintu yang sepertinya hendak keluar. Di setengah kesadarannya, Varo masih mengenali sosok itu adalah seorang wanita, tapi Varo tidak jelas melihat wajahnya.

Terdesak oleh gairah yang tidak dapat di kendalikan, Varo mencengkeram kedua bahu wanita itu. Langsung di bawahnya ke atas ranjang dengan paksa. Saat melakukan aksi bejatnya, Varo merasakan adanya perlawanan yang hebat di lakukan oleh sang wanita di selingi tangisan yang keluar dari mulut sang wanita yang memohon untuk jangan menyentuh. Rintihan kesakitan saat dia membelah paksa masuk setelah beberapa kali percobaan. Varo tidak peduli dengan tangisan kesakitan, pukulan dan cakaran pada tubuhnya karena terdorong rasa panas terbakar gairah yang harus segera di tuntaskan.

Lamunan Varo buyar dengan ketukan pada pintu. Varo tersadar. Dengan segera dia memakai bokser pendek. Ada rasa perih saat miliknya mengenakan benda itu. Bukan hanya wanita itu yang merasakan sakit, tapi dia juga merasakan sakit pada miliknya karena ini kali pertama dia melakukan hubungan intim.

Varo melayangkan tatapannya pada noda darah dengan perasaan bersalah."Ya tuhan, Wanita itu masih Virgin!" Varo merasa sangat bersalah.

Tok tok tok.

Pikiran Varo kembali teralihkan ke pintu"Siapa?" tanyanya sedikit keras. Memastikan siapa di luar.

"Saya Tuan!" suara asistennya.

"Masuk." perintahnya.

Pintu terbuka, lalu masuklah Vinod sang asisten. Wajah Vinod mengernyit melihat keadaan kamar yang berantakan dan keadaan tuannya yang terlihat kacau.

Vinod bukan anak ingusan yang tidak tahu apa yang telah terjadi. Tuannya telah menghabiskan malam yang panas. Dengan siapa? Batin Vinod. Tuannya tidak meminta menyediakan seorang wanita semalam. Dan tuannya tidak mungkin melakukan hal itu karena tuannya bukan pria yang suka bermain perempuan.

"Periksa CCTV di luar kamar ini." perintah Varo. Dia ingin tahu siapa yang masuk kedalam kamar ini sebelum dia masuk semalam. Lebih tepatnya dia ingin tahu siapa wanita yang telah di rudapaksa semalam.

"Baik Tuan." jawab Vinod paham maksud perintah itu. Perkiraannya benar, telah terjadi sesuatu semalam. Vinod segera keluar,

Sementara Varo melangkah menuju kamar mandi setelah sebelumnya melihat kembali noda darah pada seprei.

***

Dua tahun kemudian.

Sebuah mobil mewah memasuki hunian yang dua tingkat yang tak kalah mewah.

Setelah mobil berhenti di depan pintu masuk, terlihat dua wanita segera keluar. Sala satunya menggendong seorang anak kecil perempuan.

"Mang Maman, tolong bawa semua belanjaan ke dalam." perintah seorang wanita pada sopir. Wanita itu bernama Farah. Dan satunya adalah Zara, yang sedang menggendong anak kecil.

"Baik Bu." jawab Maman. Dia mengeluarkan barang dari mobil.

"Sini, biar Mba yang gendong Cla. Kamu pasti capek sejak tadi menggendongnya." kata Farah.

"Gak capek mbak. Biar saya saja. Nanti Cla terbangun saat berpindah tempat!" tolak Zara tak ingin anak kecil ini terbangun.

"Baiklah!" Farah mengalah.

Keduanya melangkah masuk dalam rumah.

"Kamu sudah pulang sayang?" sambut wanita paruh paruh baya yang baru keluar dari kamarnya. Wanita itu bernama Dewi. Dia tersenyum hangat pada Farah dan tidak melihat Zara sama sekali. Padahal Zara adalah anak mantunya, lebih tepatnya anak mantu yang tak diinginkan dan terpaksa di terima menjadi istri Bobi, putranya.

"Iya Tante. Maaf aku pulangnya telat. Keasikan ngobrol sama teman teman." sahut Farah. Terlalu asik berbincang dengan teman teman semasa SMA-nya membuatnya lupa waktu yang sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam.

"Ya sudah, kamu sebaiknya istirahat."

"Tante belum tidur? Seharusnya ga usah nungguin kami pulang!"

"Tadi Tante sudah tidur, tapi kebangun karena pengen minum. Bertepatan dengan kalian pulang!"

Keduanya melangkah masuk. Diikuti Zara.

"Apa Melinda sudah pulang?" tanya Farah di sela langkahnya.

"Belum. Pekerjaannya belum selesai." jawab Dewi seraya menoleh sekilas pada Farah.

"Hmm, Anak itu sibuk terus." kata Farah.

"Namanya juga model Ra! Kamu sangat tahu dia sangat gila dengan pekerjaannya itu." tutur

Dewi di selingi helaan nafas berat.

"Iya Tante benar." Farah tersenyum membenarkan ucapan Dewi.

"Tante ke kamar dulu." Dewi pamit.

"Iya Tante. Selamat beristirahat." ucap Farah.

Dewi melanjutkan langkah ke kamarnya. Farah dan Zara menuju kamar tamu yang di tempati Farah. Farah datang berkunjung ke rumah ini. Kebetulan suaminya ada pekerjaan di jakarta, jadi dia ikut. Farah sudah dua hari menginap di rumah ini. Farah adalah kakak sepupu dari Navaro Bima Atmaja, suami Melinda.

Perlahan Zara meletakkan tubuh Cla di tempat tidur. Bocah berumur 1 tahun 2 bulan itu bergerak, tapi kemudian tidur lagi setelah Zara mengusap lengannya lembut. Zara menatap sayang wajah gembul bocah manis ini. Anak ini mengingatkan Zara pada sesuatu. Rasa rindu tiba tiba membuncah dalam hatinya.

"Apa suamimu sudah pulang?" tanya Farah sambil mengatur paper Bag berisi belanja mereka yang di beli dari teman teman Farah tadi.

"Sepertinya belum! Mungkin banyak pekerjaan." jawab Zara tanpa semangat. Dia tidak melihat mobil Bobi di parkiran saat masuk tadi. Artinya suaminya tidak ada alias belum pulang. Zara juga tidak berharap suaminya pulang karena Bobi tidak betah di rumah dan jarang pulang. Bobi tetap tidak menyukainya di usia pernikahan mereka yang sudah berjalan 4 bulan.

Zara sudah berusaha menjadi istri yang baik, juga melaksanakan tugasnya sebagai istri, tapi hati Bobi sama sekali tidak tersentuh. Bobi malah terlihat semakin jijik padanya. Zara tetap sabar walau Bobi selalu melakukan kekerasan, menghina dan merendahkannya. Bobi sama sekali tidak menghargai dirinya sebagai istri. Bobi suka semena mena. Sama seperti Dewi yang memperlakukan dirinya seperti pembantu di rumah ini. Yaa, ibu mertuanya itu sangat tidak menyukainya.

Bobi memang tidak menyukai pernikahan mereka. Keduanya menikah terpaksa. Zara bersedia menikah dengan Bobi karena menuruti keinginan almarhumah pak Azzam yang merupakan suami Dewi. Pak Azzam ingin Bobi menikah dengan Zara agar hidup pria itu lebih terarah dan menjadi lebih baik. Karena menurut pak Azzam Zara adalah wanita baik dan memiliki akhlak juga agama yang bagus. Zara juga masih keponakan pak Azam.

Sedangkan Zara memenuhi permintaan pak Azzam bersedia menikah dengan Bobi karena pak Azam sangat baik padanya.

Sementara Bobi terpaksa menikahi Zara karena desakan Dewi. Jika Bobi tidak bersedia menikah dengan Zara, gadis pilihan Azzam, maka Bobi tidak akan mendapatkan warisan dari Azzam.

"Sebaiknya kamu istrahat. Mungkin Bobi sebentar lagi pulang!" Farah membuyarkan lamunan Zara. Farah sedikit tahu kondisi rumah tangga Zara dan Bobi. Pernikahan mereka yang tidak di dasari cinta dan terpaksa.

"Iya mbak." Zara nurut dan segera berdiri.

"Zara, Terimakasih sudah menemani Mba malam ini dan menjaga Cla." ucap Farah teringat betapa repot nya Zara mengurus Cla tadi yang sangat aktif.

Sebenarnya Cla punya pengasuh, tapi pengasuh Cla izin tidak masuk karena sakit. Untung ada Zara yang membantunya menjaga Cla di rumah ini.

"Sama sama Mbak. Saya senang menjaga Cla, Cla juga menyukai saya." balas Zara tersenyum. Dia suka sama Cla karena Cla juga menyukainya. Cla bahkan lebih senang bersama dengan dirinya sejak Farah datang ke rumah ini.

"Iya, Mba gak nyangka Cla menyukaimu. Padahal Cla tidak seperti itu pada orang lain yang belum di kenalnya." ujar Farah. Dia tahu anaknya itu tidak mudah untuk dekat dengan orang lain, terlebih orang asing yang baru di kenal.

"Saya ke kamar dulu." pamit Zara.

"Oh ya Zara, Mba minta tolong, boleh?"

"Boleh, Mba mau minta tolong apa?"

"Kamu kan mau ke atas. Sekalian tolong bawa kado Melinda ke kamarnya ya. Kamu taruh saja di ranjangnya. Mba ingin memberi kejutan untuknya dengan kado itu!" kata Farah tersenyum.

Acara ngumpul tadi, bisa juga di bilang reunian bukan hanya sekedar reuni saja, tapi juga ajang promosi barang branded dari usaha bisnis teman temannya.

Farah belum memberi kado ulang tahun Melinda beberapa hari lalu, makanya dia membeli tas branded itu. Dia yakin Melinda suka dengan tas itu.

"Baik Mba." Zara menerima paper Bag berwarna keemasan yang berisi hadiah mewah dengan harga ratusan juta.

Bagi Zara, Farah memang baik. Saat dia menikah dengan Bobi beberapa bulan lalu, Farah memberinya sebuah kalung dengan liontin putih yang harganya seratus juta sebagai hadiah.

"Saya ke kamar dulu." pamit Zara untuk ke dua kali.

Farah mengangguk sembari menatap wajah manis wanita itu. Zara memang cantik dan manis. Seandainya saja Zara belum menikah, dia akan memperkenalkan Zara pada teman suaminya yang masih lajang, yang merupakan seorang CEO, juga seorang ustadz. Cocok tuh dengan Zara yang memiliki karakter lembut, kalem, penyayang dan rajin ibadah.

Zara melangkah keluar dari kamar. Saat menaiki tangga sebuah notifikasi pesan masuk dalam ponselnya. Zara mengambil benda tipis itu dan memeriksa pesan yang masuk. Dia mengira pesan dari Bobi, tapi ternyata dari seseorang yang berada dikampung halaman ayahnya. Dada Zara sesak setelah membaca pesan itu. Keduanya matanya memanas dan berkaca. Zara segera membalas pesan itu, lalu melanjutkan langkah dengan buru buru. Dia ingin segera melakukan sesuatu di kamarnya terkait dengan pesan yang masuk tadi.

Tapi sebelumnya dia harus mampir ke kamar Melinda dulu untuk meletakkan kado ulang tahun pemberian Farah. Zara tahu kamar ini kosong karena Melinda belum pulang sesuai yang dia dengar dari Dewi di bawah tadi. Sedangkan suami Melinda, Zara tidak pernah melihatnya datang ke rumah ini sejak dia tinggal di rumah ini menjadi istri Bobi. Zara tidak tahu siapa suami Melinda, Zara tidak pernah melihat wajahnya. Zara hanya mendengar dari pembicaraan Dewi dan Melinda kalau suami Melinda berada di Amerika karena pekerjaan. Kalau pun pulang, pria itu tidak datang ke rumah ini. Melainkan pulang ke apartemen mereka atau ke rumah orang tuanya.

Perlahan Zara membuka pintu. Keadaan kamar yang tampak gelap, pencahayaan yang minim karena lampu tidak menyala. Hanya cahaya lampu dari luar yang menyusup masuk lewat fentilasi. Zara bergegas mendekati tempat tidur dan meletakkan paper Bag sesuai pesan Farah. Setelah itu dia berbalik melangkah untuk keluar. Zara menarik handel pintu. Tapi sebuah tangan kekar tiba tiba menarik bahunya dengan kuat, dan tangan kekar satunya menutup pintu dan mengunci. Selanjutnya tubuhnya di tekan pada pintu. Zara terkejut bukan main.

"Akhirnya kamu pulang sayang. Aku sangat butuh dirimu! Layani aku, puaskan aku. Aku sangat merindukan mu!" suara berat dengan nafas memburu cepat membelai permukaan kulit leher Zara.

"Siapa kamu? Lepas!" pekik Zara. Zara berusaha melepaskan diri dari kukungan pria di depannya. Zara berontak sekuat tenaga.Tapi tenaganya tidak berarti apa-apa. Tubuhnya di angkat dan di lempar ke atas ranjang yang empuk. Kemudian ditindih. Zara kesulitan bergerak. Bahkan bernafas pun sulit. Zara ketakutan dan seketika menyadari dirinya dalam bahaya.

Bersambung.

Para reader tercinta yang mampir di karya baru author, mohon tinggalkan jejak ya sebagai bentuk dukungan. Like, komen subscribe, vote, bintang 5 dan hadiah kopi.

Ikuti terus ya, terimakasih.

Bab.2

Happy Reading

Bibir Zara hendak mengeluarkan kata, tapi langsung di bungkam oleh bibir tebal pria yang tidak di ketahui oleh Zara. Bau alkohol menguar dari mulut pria itu.

Bibir tebal itu melahap bibir Zara dengan rakus. Tangan kekar mengoyak melepas pakaian Zara."Tidaakk, jangaaan!" pekik Zara berusaha mempertahankan kehormatannya, tapi lagi lagi perlawanannya tidak berarti.

Zara ketakutan, airmata sudah jatuh berderai."Lepas. Jangan sakiti aku tuan." Zara berontak berusaha melakukan perlawanan sekuat mungkin. Pukulan dan cakaran di punggung pria itu tak berarti apa-apa bagi pria itu. Pria itu terus bereaksi secara liar dan ganas di atas tubuh Zara. Telinganya seakan tuli tidak mendengar jeritan dan tangisan permohonan Zara. Sedikit kesulitan untuk bisa menebus masuk, akhirnya dia bisa membobol gawang pertahanan Zara.

"Aaaaaa!" pekik Zara merasakan kesakitan karena di bobol oleh sesuatu yang besar dengan paksa dalam keadaan kering. Ini memang bukan pertama kali bagi Zara, tapi tetap sakit dan perih. Air mata Zara semakin berderai seiring rasa sakit hati yang mendera. Tubuh Zara melemah, tidak ada lagi perlawanan yang di lakukan karena tiada gunanya lagi melawan karena tubuhnya telah di masuki. Hanya air mata yang terus-menerus jatuh dengan hatinya yang terkoyak.

Permainan pria yang awalnya kasar karena paksaan, perlahan melembut. Entah berapa lama pria itu memakai diri Zara tanpa rasa lelah. Meski efek dari Alkohol dan obat perangsang itu telah menghilang dia tetap memakai Zara. Tubuh Zara yang tak berdaya di bolak balik seperti ayam panggang. Setiap inchi tak lolos dari sapuan bibir dan lidahnya. Berulang kali dia keluar menebar ribuan benih ke dalam rahim Zara.

Saat jam 4 Subuh Zara terbangun dan mendapati dirinya berada dalam dekapan pelukan pria itu. Sungguh hangat pelukan ini, tidak pernah di dapat dari Bobi. Tapi tersadar dengan apa yang terjadi, adalah hal yang salah dan merupakan zina. Zara melepaskan diri secara perlahan-lahan agar pria itu tidak terbangun. Sekilas Zara melihat wajah yang sedang tertidur pulas. Zara turun dari ranjang, memungut pakaian dan memakai dengan cepat..Lalu langsung keluar dari kamar berjalan cepat masuk ke dalam kamarnya. Zara mendapati kamar yang kosong. Bobi sedikit tenang, Bobi tidak pulang. Untuk selanjutnya Zara menangis meratapi apa yang telah terjadi pada dirinya.

Siapa pria itu? Kenapa bisa berada di kamar Melinda? Zara tiba tiba melongo, Jangan jangan? Zara memikirkan sesuatu, Apakah pria itu suaminya Melinda? Tapi Bukankah pria itu berada di Amerika?

Tapi jika pria itu benar suami Melinda berarti dia telah di tiduri oleh suami kakak sepupunya.

Air mata Zara semakin deras jatuh. Ya Tuhan, Kenapa hal buruk ini terjadi padaku! Astaghfirullah, astaghfirullah, berulang kali Zara istighfar. Tidak ada yang boleh tahu kejadian ini. Tidak ada yang boleh tau kalau dia wanita yang telah di lecehkan suami Melinda, yang notabenenya adalah kakak iparnya. Tidak boleh ada yang tahu.

Zara akan menutupi dan menyembunyikan apa yang telah terjadi.

***.

Pagi hari, Varo terkejut melihat keadaan dirinya yang telanjang di atas tempat tidur. Dia menoleh ke samping kiri kanan tapi tak menemukan Melinda istrinya. Kemana wanita itu? Mungkin di kamar mandi untuk membersihkan diri setelah permainan panas mereka semalam.

"Mel, apa kamu di dalam sana?" tanya Varo setengah berteriak. Tak ada sahutan. "Sayang, kamu lagi mandi?" teriaknya lagi. Tetap tak ada sahutan. Varo tidak mendengar suara percikan air. Mungkin istrinya itu sudah pergi untuk bekerja. Kenapa tidak membangunkannya? Varo melihat jam mewah yang melingkar pada tangannya, waktu menunjukkan pukul 7 pagi.

Bibir Varo melengkung membentuk senyuman mengingat permainan ranjang semalam. Istrinya itu benar benar membuatnya puas dan bahagia. Untuk pertama kalinya sejak dia menikahi Melinda dua tahun lalu, Varo merasa terpuaskan berhubungan suami-istri dengan istrinya. Kenikmatan dan kepuasan yang di rasakan semalam, sama seperti yang dia rasakan saat dia tidak sengaja menodai dan memakai seorang wanita di hotel dua tahun lalu karena efek obat perangsang.

Varo tidak akan pernah lupa kejadian dua tahun lalu. Bahkan hingga saat ini, dia masih mencari siapa wanita yang telah di renggut keperawanannya malam itu. Malam di mana dia juga kehilangan keperkasaannya dan pertama kali merasakan kenikmatan surga dunia.

Varo berharap dalam rahim Melinda akan hadir calon anak mereka karena dia banyak kali keluar mengeluarkan beribu benih semalam. Varo sangat bahagia, dia berpikir akan memberi hadiah kepada Melinda karena telah memberinya kenikmatan tiada tara semalam. Varo akan memberikan apapun yang di inginkan istrinya.

Varo segera turun dari ranjang. Dia memungut pakaiannya yang berserakan di lantai. Matanya tidak sengaja melihat sebuah paper Bag ke emasan. Varo melirik ke dalam. Melihat isinya.. tas branded. Mungkin punya Melinda. Sebagai seorang model istrinya memang hobi membeli dan mengoleksi barang branded. Varo meletakkan benda itu di tempat tidur. Kedua netranya tak sengaja melihat sebuah benda berbentuk liontin putih. Benda tersebut berada diantara seprei yang acak acakan. Varo memungut benda kecil itu. Di amati beberapa saat, benda ini seperti buah kalung. Varo tidak pernah melihat Melinda mengenakan liontin putih ini. Karena Melinda tidak menyukai liontin berwarna putih. Dulu dia pernah membeli cincin permata putih untuk Melinda, tapi Melinda tidak menyukai warna putih. Melinda lebih menyukai perhiasan bermata merah. Beda dengan Varo yang menyukai perhiasan atau berlian bermata putih.

Tak ingin memikirkan liontin itu, Varo meletakkan di laci nakas. Selanjutnya dia membawa tungkai panjangnya ke kamar mandi setelah meletakkan pakaiannya di box pakaian kotor.

15 menit Varo keluar dengan handuk kecil yang membungkus tubuh bawahnya. Tubuhnya terasa segar dan ringan. Sepertinya dia akan tambah semangat bekerja hari ini karena mendapat suntikan vitamin dari istrinya semalam, setelah tiga bulan tidak melakukan hubungan intim karena kepergiannya ke Amerika berlanjut ke Australia karena pekerjaan. Alasan lain mereka jarang berhubungan karena Melinda menolak untuk berhubungan intim karena kelelahan bekerja. Meski kesal, Varo tidak memaksa istrinya karena akan berujung perdebatan. Melinda jarang melayaninya karena alasan sibuk.

Selama dua tahun mereka menikah, Varo bisa menghitung berapa kali mereka berhubungan suami-istri. Sementara orang tua Varo selalu mendesak mereka untuk memberi cucu. Dua tahun menjalani pernikahan, Melinda bahkan tidak pernah hamil. Melinda menolak untuk hamil karena tidak ingin tubuhnya rusak yang nanti akan berdampak buruk pada profesinya sebagai model. Melinda terus menunda nunda hamil dengan berbagai cara dan alasan, sala satunya jarang berhubungan dengan Varo, dan tidak mau di ajak Varo untuk mendampingi saat perjalanan bisnis.

Tapi hubungan intim semalam benar benar mengobati dahaga Varo akan kenikmatan surga dunia yang tidak lagi di dapatkan dari istrinya selama beberapa bulan. Varo benar benar puas dan bahagia.

Setelah mengenakan setelan jas formal, Varo berjalan mendekati pintu kamar untuk keluar mencari Melinda. Varo hendak menarik handle pintu, tapi batal karena seseorang membuka pintu dari luar. Optimis Varo mundur.

Melinda masuk kemudian menutup pintu kembali kemudian berbalik. Melinda kaget melihat Varo berdiri di depannya.

"Sayang, kau tampan sekali!" kata Melinda melihat penampilan suaminya yang begitu mempesona dan elegan. Suaminya ini benar tampan dengan tubuhnya yang tinggi proposional.

Melinda mendaratkan kecupan ringan di bibir Varo. Melinda mencium aroma wangi tubuh suaminya."Wanginya...!"

Sementara Varo memperhatikan pakaian yang di kenakan Melinda. Pakaian yang kemarin sore di lihatnya saat Melinda melakukan video call dengannya. Dia masih ingat Melinda mengenakan pakaian Ini.

Melinda bergelayut manja di lengan Varo."Maaf sayang, aku tidak bisa pulang semalam karena sibuk dengan pemotretan yang berakhir jam dua pagi. Aku kelelahan hingga akhirnya tertidur di kantor!" kata Melinda segera agar suaminya ini tidak marah karena ketidak kepulangannya semalam.

Wajah Varo mengernyit mendengar perkataan istrinya."Kamu bilang apa? Tidak pulang semalam?"

"Sayang jangan marah. Aku benar benar sibuk semalam. Aku takut menyetir dalam keadaan lelah dan mengantuk, makanya aku menginap bersama kru di studio!" kilah Melinda melihat perubahan wajah suaminya. Dia merasa Varo mulai marah karena ketidak kepulangannya semalam

"Jadi, kamu tidak pulang semalam?" tanya Varo yang kaget dengan penjelasan Melinda. Bukan karena Melinda tidak pulang semalam yang dia pikirkan, tapi tentang permainan ranjang panas semalam yang dia lakukan dengan seorang wanita.

Melinda berkata tidak pulang semalam. Jadi dengan siapa dia berhubungan intim semalam?

"Kamu kenapa? Atau jangan-jangan Kamu tidak pulang juga semalam?" Melinda balik bertanya karena merasa aneh dengan pertanyaan Varo. Tapi ada rasa senang juga tidak melihat kemarahan di wajah Varo, malah melihat suaminya kebingungan. Sudah sebulan mereka tidak bertemu tentu Varo merindukan dirinya, tapi dia tidak pulang mengobati kerinduan pria yang merupakan suaminya ini.

Saat Varo tiba di bandara pukul 6 sore kemarin, Varo menghubunginya dan meminta pulang ke rumah. Tapi dia memberitahu akan pulang ke rumah Dewi, mamanya. Dia meminta Varo untuk tidur di rumah Dewi dan menunggunya di sana. Tapi sesuatu membuatnya tidak pulang semalam.

Varo yang kebingungan menjawab pertanyaan Melinda."Semalam aku pulang. Aku Capek dan langsung tertidur sehingga tidak menyadari kalau kamu tidak pulang!" katanya segera. Faktanya dia pulang ke rumah ini jam setengah 10 malam.

Setelah tiba di bandara kemarin Sore, dia menghubungi Melinda meminta Melinda pulang ke rumah mereka, tapi Melinda menyuruhnya pulang ke rumah ini karena Melinda akan tidur di rumah ibunya. Melinda juga berkata akan pulang telat karena jadwal pemotretan yang padat.

Dari pada pulang ke rumah tak ada Melinda, Varo pergi ke bar untuk menenangkan diri. Tapi tak di sangka dia bertemu dengan beberapa rekan bisnisnya. Mereka minum alkohol untuk merayakan kemenangan Varo yang memenangkan tender besar di Australia. Varo sebenarnya menolak, tapi dia sungkan. Akhirnya Varo ikut minum untuk menghargai rekan rekannya.

Sala seorang rekan bisnis Varo menaruh serbuk perangsang ke dalam minuman Varo secara diam-diam saat Varo mulai mabuk. Mereka ingin Varo menikmati malam ini bersama mereka di temani wanita wanita cantik seksi yang telah mereka pesan.

Beberapa menit kemudian Varo mulai merasakan perubahan pada dirinya. Ada yang janggal. Varo tahu apa yang saat ini di rasakan karena dua tahun lalu dia pernah merasakan efek dari obat laknat ini. Seharusnya dia menyadari ajakan teman temannya untuk minum. Tapi lagi lagi dia ceroboh dan terjebak.

Varo adalah pria yang tidak suka bermain perempuan, jadi Varo pulang ke rumah Ingin menuntaskan hasrat gila efek obat perangsang pada Melinda. Jam 10 Varo tiba di rumah mertuanya. Dia yakin Melinda sudah pulang. Varo memiliki akses masuk ke dalam rumah ini. Jadi tidak perlu membangunkan siapa pun untuk membuka pintu untuknya. Keadaan rumah yang sepi, para penghuni pasti sudah tidur. Dengan sempoyongan menahan hasrat yang menggila, Varo melangkah cepat ke atas. Dia sangat butuh Melinda. Tapi seketika dia kecewa begitu mendapati kamar yang kosong. Melinda belum pulang. Varo mendengus geram penuh amarah. Lagi lagi Melinda mengabaikannya. Dia menghubungi Melinda tapi tidak aktif. Varo mematikan semua lampu kamar, lalu membuka seluruh pakaiannya menyisakan bokser. Dia berbaring berusaha memejamkan mata menenangkan pikiran di dalam selimut. Tapi itu tidak berhasil. Varo frustasi, makin gelisah tak karuan. Varo bangun menuju kamar mandi. Dia merendam tubuhnya dalam buth berharap suhu air dingin bisa menurunkan gejolak hasrat gila yang semakin menguasai dirinya. Beberapa menit kemudian dia telinganya mendengar suara pintu kamar di buka dan ada yang melangkah masuk. Varo berpikir Melinda telah kembali. Varo sangat senang, dia segera keluar dari kamar mandi. Varo melihat seorang wanita yang di pikirnya adalah Melinda hendak keluar. Dengan cepat dia mencengkeram bahu Melinda dan menutup pintu lalu menguncinya sebelum Melinda keluar. Dia membawa tubuh Melinda ke ranjang dan di hempasnya karena terus melawan. Dan ternyata wanita itu bukan Melinda tapi wanita lain? Siapa?

Lamunan Varo buyar dengan pergerakan Melinda yang memeluk lehernya."Sayang, aku telah kembali. Aku akan melayani mu sepuasnya!" goda Melinda manja agar Varo tidak marah.

Menyadari kalau wanita semalam bukan Melinda, membuat darah Varo memanas. Varo melepas kedua tangan Melinda, lalu mendorong tubuh ramping itu ke belakang."Kurangi kesibukanmu. Kau wanita yang bersuami. Harusnya kau lebih mengutamakan suamimu dari pekerjaan!" kata Varo dengan tatapan tajam menahan amarah.

"Sayang __kau sudah tau pekerjaan ku! Aku tidak bisa menolak job!" Melinda berusaha membela diri. Dia sedikit takut melihat kemarahan di mata Varo. Tatapan tajam itu seolah menusuk jantungnya.

"Apa selama menikah dengan ku kau kekurangan uang Melinda?" sentak Varo geram. Selama ini dia royal pada Melinda.

"Ini bukan soal uang Varo, tapi impian ku yang sangat kuinginkan dari kecil. Aku tidak akan menyia-nyiakan setelah ku dapatkan!" Melinda berusaha membela diri. Apapun yang terjadi dia tidak akan berhenti menjadi model.

"Lagi lagi itu alasan mu! Sesibuk apapun kau dengan pekerjaan modelmu itu, tetap utamakan aku, suamimu.Toh selama ini aku tidak pernah melarang mu bekerja!" kata Varo geram berusaha menekan amarahnya.

Perdebatan terus berlangsung. Melinda terus membalas menjawab, tidak mau mengalah dan merasa diri paling benar. Dia mengatakan Varo tidak pengertian dan terlalu mengekangnya. Akhirnya Varo memilih menyerah karena lelah beradu mulut dengan wanita yang hanya mau di mengerti.

"Sudah Melinda. Aku capek berdebat, aku mau ke kantor!" kata Varo lalu melangkah membuka pintu.

"Baik sayang, hati hati di jalan. Nanti malam aku ada untukmu!" kata Melinda sedikit keras di antara rasa kesalnya. Meski dia selalu abai pada Varo, dia tidak mau meninggalkan pria yang merupakan mesin pencetak uangnya itu. Meski dia mendapatkan uang banyak dari profesinya sebagai model, uangnya tidak ada bandingnya dengan uang yang di berikan Varo setiap bulan.

Varo mengabaikan perkataannya, dia segera keluar dan menutup pintu.

Bertepatan dengan Zara yang keluar dari kamarnya. Zara berbalik, tubuhnya membeku melihat keberadaan Varo di depan sana dan sedang melihat kepadanya. Untuk beberapa detik mereka beradu tatap hingga Zara segera memutus kontak dengan menunduk secepatnya. Perasaannya tidak karuan muncul seketika. Takut cemas melebur jadi satu. Tapi Zara sekuatnya berusaha tenang. Dugaannya benar, pria semalam di kamar Melinda dan telah melecehkannya adalah Suami Melinda. Tungkai Zara terasa lemas tiba tiba, bahkan kedua tangannya mulai Tremor dan berkeringat dingin.

Kejadian kelam semalam kembali memenuhi pikirannya. Tapi kembali lagi dia menahan emosi dan kestabilan tubuhnya.

Sementara Varo, untuk beberapa saat tidak berkedip melihat sosok wanita muda dengan wajah yang terlihat lembut, teduh.Tapi kedua netra indah itu tampak sayu dan sembab. Siapa wanita ini? Varo baru melihatnya.

Sementara di tempatnya, Zara berpikir tidak mungkin terus diam ditempatnya, karena akan menimbulkan kecurigaan. Jadi dia melangkah perlahan mengumpulkan seluruh kekuatan dan keberanian untuk bisa lewat di depan pria ini. Zara berusaha berjalan normal menahan perih di bagian bawah tubuhnya. Zara membungkuk sedikit di sertai senyum tipis sebagai isyarat menegur Varo. Untuk menegur dengan kata-kata, lidahnya terasa kelu. Dia juga merasa sungkan karena baru kali ini melihat kakak iparnya secara jelas.

Sementara Varo, senyum itu meski tipis, terlihat samar dan sekilas, namun sangat manis dan mampu menciptakan getaran aneh pada hatinya.

Zara melangkah cepat menuruni tangga setelah melewati Varo. Sungguh dia benar takut melihat wajah datar dan dingin Varo yang tidak menampilkan ekspresi apa pun. Apakah Varo tahu kalau wanita yang di tiduri semalam adalah dirinya? Semoga tidak Tuhan. Zara sangat berharap itu.

Varo mengambil ponselnya yang bergetar. Panggilan dari Vinod, asistennya. Telinganya merespon suara Vinod di seberang, tapi kedua netranya tak lepas menatap punggung Zara yang semakin menjauh di bawah sana, sampai akhirnya punggung itu hilang dari matanya karena telah berbelok. Selanjutnya Varo fokus pada vinod. Beberapa saat kemudian Varo membawa tungkai panjangnya turun.

Sementara di kamar, Melinda duduk di sofa. Dia beberapa kali mengeluh dengan keadaan tubuhnya yang tidak fit karena capek bekerja, di tambah dengan perdebatan dengan Varo tadi. Dia benar benar lelah. Tapi sesaat kemudian bibirnya tersenyum manis mengingat kejadian yang menyenangkan semalam. Benar benar indah, menyenangkan dan membuatnya sangat bahagia.

Mata Melinda melihat ke tempat tidur yang berantakan. Seprei tidak lagi terpasang dengan baik dan terlihat acak acakan. Ranjang ini seperti telah habis di gunakan melakukan permainan panas. Melinda tahu hal itu jika dia dan Varo habis melakukan permainan ranjang. Tapi semalam dia tidak pulang. Kenapa ranjang bisa hancur seperti kapal pecah seperti ini?

Pikiran negatif timbul di pikiran Melinda. Tapi dia mengenyahkan pikiran buruk yang memenuhi otaknya. Tidak mungkin Varo mengkhianatinya. Varo adalah pria setia dan tidak suka bermain perempuan meski selalu di abaikan.

Mata dan pikiran Melinda teralihkan pada paper Bag keemasan yang berada di ujung ranjang. Dia segera melangkah mendekati benda itu. Apa ini? Melinda memeriksa isinya. Dia melongo dengan senyuman yang langsung tercetak di wajah melihat tas branded keluaran terbaru.

Melinda mengambil benda itu, dan di cobanya di depan kaca. Benar benar indah dan cantik.

"Apa ini dari Varo? Dia pasti membawanya dari Australia." gumam Melinda senang. Padahal beberapa hari yang lalu dia mendapat hadiah mewah dari Varo di hari ulang tahunnya. Meski Varo berada di luar negeri, Varo tetap menyiapkan kado ulang tahun lewat asistennya. Suaminya itu benar benar romantis dan penuh kejutan meski terlihat dingin dan pemarah.

Bersambung.

Bab.3

Happy Reading.

Varo terus memikirkan wanita yang di tiduri semalam. Juga ketidak pulangan Melinda semalam. Pantas saja wanita itu melakukan perlawanan dan menangis, meminta untuk jangan di sentuh dan meminta untuk di lepas.

"Aku benar benar pria bejad! Seharusnya aku tidak mengikuti kemauan mereka untuk minum semalam." umpat Varo di dalam hati mengumpat dirinya yang menerima ajakan jamuan makan malam rekan rekan bisnisnya yang ternyata malah menjebaknya.

Terlalu fokus dengan lamunannya, tidak menyadari kalau dia sudah berada di bawah.

"Navaro!" panggilan lembut mengalihkan dunia lamunan Varo. Dia menoleh ke arah suara.

"Mba Farah?" Varo terkejut melihat kakak sepupunya ini. Senyuman langsung terbit di wajah tampannya.

"Halo Nav,,!" Farah tersenyum. Farah lebih suka memanggil Varo dengan Nav, bukan Varo.

Varo mendekati meja makan. Di sana juga ada Dewi ibu mertuanya. Dan ___? Varo melihat Zara yang belum di ketahui nya adalah istri Bobi, juga sebagai adik ipar Melinda dan tentu adik iparnya juga.

Wanita itu tengah menyuapi Cla yang berada dalam pangkuannya. Mungkin pengasuh Cla, pikir Varo. Karena kakak sepupunya ini memperlakukan pengasuh Cla sama. Pengasuh Cla bisa makan semeja dengan tuan rumah.

Varo memeluk Farah yang langsung di balas Farah."Kamu makin tampan saja dek!" mengelus lengan Varo.

Varo terkekeh"Mba juga makin cantik." Varo ikut memberi pujian pada kakak sepupunya ini. Yang ikut di balas Farah dengan kekehan. Varo mengecup puncak kepala kakaknya."Sudah berapa hari di sini?"

"Tiga hari." jawab Farah kembali duduk.

"Mas Nizam?" Varo menanyakan suami Farah.

"Kebetulan mas Nizam ada kerjaan di jakarta. Mba ikut karena ingin mengunjungi Tante Dewi. Tante Dewi meminta Mba tinggal di rumahnya dari pada menginap di hotel." jawab Farah menjelaskan yang langsung di mengerti oleh Varo.

"Kamu pulang ke rumah ini semalam Varo?" tanya Dewi yang kaget dengan keberadaan Varo saat melihat Pria itu menuju meja makan. Dia mengira Varo pulang ke rumah orang tuanya.

"Iya Bu." jawab Varo seadanya. Varo mendekati Cla."Halo sayang, kamu tambah cantik dan Gemoy aja!" Varo melayangkan kecupan di pipi kanan bocah yang berada dalam pangkuan Zara. Yang langsung di tanggapi Cla dengan tawa gemasnya. Dia menjulurkan ke dua tangannya pertanda minta di gendong Varo.

Zara segera berdiri, lalu menyerahkan Cla yang langsung di sambut Varo di sertai lirikan sekilas ke wajah Zara. Entah kenapa matanya ini tertarik melirik Zara. Selanjutnya Varo melabuhkan banyak kecupan di wajah mungil ponakannya. Varo mengangkat tubuh Cla ke atas, mencium perut bocah itu. Cla tertawa geli. Kedua tangannya memegang rambut Varo."Paman rindu sama Cla! Kamu makin gede aja." Varo terus mengangkat tubuh Cla ke atas dan menyerang perut dan kedua pipi bocah itu dengan ciuman bertubi tubi. Sudah dua bulan dia tidak melihat ponakannya ini. Meski Farah hanya sepupunya, tapi dia dekat dengan Farah dan Cla.

"Sudah sudah, nanti jas dan rambut kamu kotor. Lihat tuh, rambutmu jadi berantakan!" tegur Farah. Karena kedua tangan Cla tadi memegang biskuit dan makanan, bisa mengotori jas dan rambut Varo.

Varo meletakkan kembali Cla di pangkuan Zara karena bocah itu menunjuk Zara. Secara tidak sengaja, lagi lagi Varo melirik wajah Zara. Hidung mancungnya menyerap aroma tubuh Zara, bercampur telon milik Cla. Wanita ini terus diam.

Farah merapikan rambut Varo yang di berantakin Cla."sudah cakep kembali!" celetuk Farah.

"Makasih Mbak!" ucap Varo di sertai cubitan lembut di dagu mbaknya.

Farah menanggapi dengan senyuman. Meski keduanya hanya sepupu, Varo dan Farah sangat dekat seperti kakak dan adik kandung.

Varo segera duduk di bangku yang berada di dekat Zara karena Cla menggapai tangannya. Cla memegang jari telunjuk besar Varo.

"Jam berapa kamu pulang semalam? Kenapa tidak membangunkan ibu?" sahut Dewi kembali.

"Jam 10. Ibu sudah tidur, aku tidak enak membangunkan. Aku langsung masuk kamar dan tidur!" jawab Varo tanpa ekspresi.

Sementara Zara hanya mendengar perbincangan mereka dalam diam.

"Mana Melinda? Kenapa tidak ikut turun dengan mu?" tanya Dewi.

"Anak ibu baru pulang, capek katanya. Langsung tidur." Jawab Varo menyindir tanpa melihat wajah ibu mertuanya.

Kata kata Varo menusuk sangat terasa di hati Dewi. Dewi menangkap ada kekesalan dari ucapan Varo yang di tujukan pada putrinya. Dewi mengumpat Melinda Dalam hati, seharusnya Melinda pulang dan menyambut kepulangan Varo. Dewi sudah menasehati Melinda berulangkali tapi anak itu pembangkang.

Farah melirik tajam pada Varo karena kata katanya yang sengaja di ucapkan untuk menyindir Melinda lewat Dewi. Varo mengabaikan tatapan tajam mbaknya itu karena merasa sangat kesal pada melinda yang mengabaikan kepulangannya, padahal keduanya sudah sebulan tidak bersama dan tiga bulan tidak melakukan hubungan intim.

Farah beralih melihat putrinya yang tidak mau melepas jari Varo."Cla, lepas tangan paman. Paman mau makan!" kata Farah lembut pada putrinya. Tapi cla tidak mau melepas telunjuk Varo. Terpaksa Zara membantu melepas dengan menarik tangan Cla pelan pelan agar tidak menyentuh kulit Varo. Wajah Cla yang cemberut terlihat mengemaskan, tapi setelah di bujuk bocah itu melepas jari Varo dan kembali makan dengan di suapi Zara.

"Kenapa Kamu memakai hijab dalam rumah? Biasanya kamu tidak mengenakan hijab dan pakaian panjang tertutup!" tanya Dewi yang terusik dengan pakaian tertutup yang Zara kenakan. Biasanya Zara tidak mengenakan hijab saat berada di dalam rumah, hanya saat keluar atau ke kampus Zara mengenakan hijab.

Zara kaget dan gugup seketika. Dia tidak menyangka ibu mertuanya sampai memperhatikan pakaiannya."I ini,, aku tidak enak badan Bu, semalam aku demam." jawabnya terbata karena mengarang cerita. Tanpa sadar dia melirik Varo yang saat ini tengah menatapnya juga. Zara cepat melihat ke arah lain.

Sementara Varo terkesiap mendengar suara Zara. Suara ini terasa familiar. Meski dia mabuk dan sedang terpengaruh reaksi obat perangsang, dia bisa mengenali suara wanita semalam yang menangis dan meminta di lepas. Zara menatap wajah Zara, Tidak mungkin wanita itu adalah Zara, pengasuh keponakannya. Atau mungkin suara wanita semalam yang mirip dengan suara Zara?

"Ya tuhan, kamu demam semalam? Kok gak kasih tahu Mbak. Ini Pasti karena semalam mbak ajak keluar!" Farah jadi panik setelah mendengar jawaban Zara.

"Bukan karena itu mbak, tapi karena semalam saya mandi malam. Tubuh saya gerah karena berkeringat." bohong Zara lagi. Dia merasa bersalah karena telah membohongi Farah. Dia sengaja memakai pakaian tertutup dan juga hijab karena untuk menutupi tanda tanda merah di leher dan bagian tubuhnya yang lain.

"Kalau begitu Mbak akan ajak kamu ke dokter setelah ini." pungkas Farah.

Zara menggeleng cepat."Tidak perlu Mbak. Semalam sudah minum obat. Alhamdulillah sudah agak mendingan. Nanti saya akan minum obat kembali!" tolak Zara segera.

"Benar? Mbak khawatir lho Za...!" tanya Farah dengan ekspresi khawatir.

"Benar Mbak. Saya sudah merasa mendingan Kok!" Zara meyakinkan.

"Baiklah. Tapi kalau demam kamu kambuh dan tidak sembuh, kita ke rumah sakit yaa!" kata Farah.

Zara mengangguk. Akhirnya masalah pakaian selesai tidak ada yang mempertanyakan lagi. Zara lega. Dewi juga tidak berkomentar lagi.

"Zara, sini Cla sama mbak. Kamu makan dulu!" kata Farah.

Zara mengangkat tubuh Cla untuk di serahkan ke mamanya, tapi bocah itu malah meluk leher Zara."Ga mau! kla mau ante za la!" jawab anak itu terbata bata. Masih kurang lancar bicara.

"Sayang, Tante Zara mau makan. Cla sama mama dulu. Nanti setelah Tante Cla selesai makan, Cla bisa bersama Tante Zara lagi!" bujuk Farah.

"Biarkan saja Farah. Zara bisa makan nanti!" sahut Dewi seraya melihat Zara dengan tatapan datar.

"Gak apa apa Mbak. Nanti saja saya makannya!" sahut Zara yang sejak tadi diam karena menekan ketakutan dan kecemasan dengan keberadaan Varo di dekatnya.

"Cla anak mama cantik dan pintar. Sini sayang!" bujuk Farah kembali karena Cla tidak mau melepaskan Zara. Farah tidak menyangka, putrinya sangat menyukai Zara.

Setelah di bujuk beberapa kali akhirnya Cla nurut. Dia mau pindah ke pangkuan Farah. Dewi sudah selesai makan. Farah juga, tinggal Varo yang menyelesaikan makanannya.

"Ibu ke atas dulu mau menemui Melinda." pamit Dewi. Wanita paruh baya itu segera meninggalkan meja makan. Ada hal penting yang ingin di bicarakan pada putrinya yang pembangkang itu.

"Iya Tante." sahut Farah.

Varo tidak menanggapi, dia melanjutkan menikmati nasi goreng.

"Tumben kamu makan banyak, biasanya sarapan sekedarnya saja!" kata Farah melihat Varo yang menambah nasi goreng, juga makan dengan lahap.

Varo menanggapi dengan nyengir kecil.

"Enak soalnya!" katanya.

"Tentu saja enak. Zara yang masak. Dia juga pintar memasak makanan lain! Beberapa hari tinggal di sini, porsi makan Mba jadi bertambah karena masakannya. Mbak khawatir berat badan Mbak bakal naik."kata Farah kembali memuji Zara.

"Oh ya?" tanggapan Varo dengan dahi mengerut saat tahu kalau makanan ini hasil tangan Zara. Dia menoleh, melihat wajah pengasuh Cla yang asik bermain dengan Cla yang berada di pangkuan mbaknya.

"Tentu saja. Mba gak nyangka Zara pintar masak." Farah masih memuji Zara.

Sedangkan Zara hanya diam mendengar dirinya menjadi bahan perbincangan kakak beradik ini. Dia pura pura bermain dengan Cla.

"Terimakasih atas sarapan pagi yang enak ini Zara!" ucap Farah tulus.

"Mba terlalu berlebihan. Saya senang jika Mba suka dengan masakan saya!" ujar Zara senyum canggung.

"Bukan hanya Mba yang suka, Nav juga!" Farah menunjuk piring makan Nav dengan dagu.

Zara kembali tersenyum tipis."Alhamdulillah Mba!"

"Makan siang nanti aku akan pulang!" kata Varo.

"Baiklah! Nah Zara, kita masak yang enak untuk makan siang nanti." kata Farah yang mengerti maksud Varo ingin makan siang di rumah. Adik sepupunya ini sepertinya ketagihan masakan Zara.

"Iya Mbak!" jawab Zara.

"Zara, sebaiknya kamu sarapan!" kata Farah karena Zara belum sarapan dan hanya sibuk melayani Cla.

"Saya belum lapar," kata Zara yang tidak memiliki selera makan.

"Suami kamu tidak pulang semalam?" tanya Farah melihat Zara yang tampak tidak bersemangat.

Zara menggeleng pelan."Mungkin banyak kerjaan. Saya mau menghubunginya. Saya pamit ke kamar dulu ya?"

Farah mengangguk."Ya sudah." Dia kasihan pada Zara karena Bobi tidak pulang semalam. Bahkan selama tiga malam dia menginap di sini, Bobi tidak pulang ke rumah. Pria itu balik ke rumah saat siang, terus mandi lalu pergi lagi.

Zara meletakkan Cla di pangkuan Farah, untung bocah itu nurut.

"Saya hanya sebentar, nanti saya akan turun dan membereskan meja makan! Permisi!" kata Zara pamit. Dia melangkah keluar dari meja makan, berjalan pelan meninggalkan kakak beradik itu.

"Tunggu Zara, kamu kenapa? Kenapa jalannya begitu?" tanya Farah melihat Zara berjalan pelan dan seperti orang pincang.

Varo yang juga menatap cara berjalan wanita itu juga heran. Jalan Zara yang tertatih. Dia tiba tiba curiga mengenai sesuatu.

Zara terkejut. Langkahnya terhenti seketika. Kenapa dia bisa sampai tidak menyadari hal itu? Zara benar benar lupa. Dia segera berbalik melihat kakak beradik yang sedang menatapnya."I_itu, kaki saya terkilir, tadi tidak sengaja terpeleset di kamar mandi!" bohong Zara segera. Dia gugup karena tidak enak berbohong.

"Ya Tuhan. Kenapa kamu gak hati hati! Harus segera di obati. Nanti Mba minta Nav untuk menghubungi dokter keluarga. Kamu juga harus mendapatkan pijatan dari tukang urut!" kata Farah yang terkejut dengan hal yang menimpa Zara.

"Gak perlu mbak. Sakitnya sudah berkurang kok. Tadi saya sudah minum obat pereda nyeri dan memijit sendiri." tolak Zara segera.

"Yakin kamu?"

"Benar Mbak, ini sudah agak enakan kok!" jawab Zara serius untuk meyakinkan."Kalau begitu saya ke kamar dulu!"

"Ya sudah. Kamu lain kali hati hati."

"Iya mbak." Zara kembali melanjutkan langkah. Dia memperbaiki cara jalannya.

Sementara Varo merasa ada yang janggal dengan cara berjalan wanita itu.

"Zara siapa Mbak?" tanya Varo.

Teringat perkataan Farah kalau suami Zara tidak pulang semalam.

"Ya ampun kamu ini." Zara agak terkejut mendengar pertanyaan Varo."Zara itu istrinya Bobi. Memangnya kamu gak tahu?"

Varo terkesiap mendengar jawaban Farah. Varo tahu Bobi sudah menikah. Tapi dia tidak tahu siapa istri Bobi. Saat Bobi menikah, dia tidak hadir karena pernikahan Bobi di lakukan secara mendadak dan sederhana, sementara dia punya urusan bisnis yang bisa di tinggi atau di wakilkan pada asistennya.

"Jadi dia istri Bobi?" tanya Varo menatap serius wajah Farah.

"Iya, kamu benar gak tahu?" Farah bingung Varo tidak mengetahui Zara sebagai istri Bobi.

"Gak, ku pikir pengasuh Cla."

"Ya ampun kamu ini. Adik ipar sendiri tidak di ketahui!" Farah menatap melotot pada Varo, lalu tertawa kecil.

"Mba tahu sendiri aku gak hadir saat Bobi menikah. Aku berada di luar negeri. Pernikahannya di lakukan secara mendadak. Makanya aku tidak tahu siapa istrinya."

"Apa Melinda tidak mengatakan padamu tentang adik iparnya?"

Varo menggeleng. Mana sempat Melinda mengurusi orang lain. Dia yang notebene suami Melinda saja terkadang tidak di pedulikan oleh wanita yang merupakan istirnya itu.

"Namanya Zara,,,Zaraniyah Arafah! Zara dan Bobi di jodohkan oleh om Azzam. Zara masih keponakan Om Azam, dan sepupu Bobi dan Melinda. Jadi Zara itu adik ipar mu!" Farah menjelaskan.

Varo mengangguk paham, Zara adalah adik iparnya. Varo teringat lagi kejadian semalam. Dia ingin menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan filing hatinya saat mendengar suara Zara tadi yang mirip dengan suara wanita semalam.

"Oh ya Mba. Siapa saja yang tinggal di rumah ini? Karena yang aku tahu hanya ibu Dewi, Melinda dan Bobi, termasuk mbak saat ini! Aku lama tidak ke sini. Mungkin rumah ini ketambahan penghuni selain Zara." tanya Varo pelan pelan mengatur kata agar tidak menimbulkan kecurigaan kakak sepupunya.

Farah tampak berpikir, mengingat siapa saja penghuni rumah ini."Setahu mbak hanya Tante Dewi, Melinda, Bobi dan Zara. Terus mbak, Cla dan kamu." katanya kemudian.

"Kalau Pelayan bagiamana?" tanya Varo lagi.

"Tidak ada. Tante Dewi sudah memberhentikan pelayan sejak empat bulan lalu dengan alasan pekerjaan mereka tidak becus. Hanya Zara yang selalu membersihkan rumah, mencuci pakaian dan masak. Tante Dewi tidak mempekerjakan kembali pelayan seorang pun! Katanya Zara bisa menangani pekerjaan rumah sendiri." jawab Farah.

Varo bergeming mendengar perkataan kakaknya."Apa mungkin Zara wanita itu?" batinnya. Tapi dia masih ragu. Varo berperang dengan hatinya. Varo berniat akan mencari tahu secepatnya.

"Kasihan juga Zara mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri." keluh Farah. Tiga hari tinggal di rumah ini, dia menyaksikan bagaimana sibuknya Zara mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti seorang pembantu. Sedangkan Dewi dan Melinda ongkang-ongkang kaki memerintah seenaknya.

"Nanti Mba carikan pelayan untuk membantu Zara." kata Varo. Entah kenapa dia simpatik pada Zara. Dia tidak mau Zara di jadikan pembantu di rumah ini oleh Melinda dan Dewi. Karena dia tahu watak kedua wanita itu.

"Kamu serius?"

Varo mengangguk."Atau ajak saja sala satu pelayan di rumah Mami. Pelayan di rumah Mami kan banyak." kata Varo menyarankan untuk membawa sala satu maid dari rumah orang tuanya. Karena di sana banyak pelayan yang dapat di percaya.

"Kalau Tante Dewi tidak setuju bagaimana?" tanya Farah ragu seandainya Dewi tidak setuju.

"Katakan aku yang suruh, sebagai pengganti Melinda yang tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah, dan memasak untuk ku!" kata Varo. Dia yakin Dewi tidak akan menolak keinginannya.

"Alasan mu cemerlang! Baiklah, nanti Mba akan bicara dulu dengan Tante Dewi. Biar bagaimanapun Ini rumahnya, kita gak Boleh sembarangan." Farah setuju. Dia juga tidak tega melihat Zara mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri. Zara bahkan terkadang mendapatkan kemarahan Dewi, Melinda dan Bobi jika terlambat memasak.

Varo mengangguk setuju.

Cla mulai rewel, Farah segera berdiri."Mba ke kamar dulu, mau mengganti pakaian Cla."

"Iya Mbak, aku juga mau ke kantor!" Varo berdiri dan keluar dari meja. Kebetulan dia sudah selesai sarapan. Varo mendaratkan ciuman di pipi Cla "Paman ke kantor dulu. Cla jangan nakal!"

Seolah mengerti perkataan pamannya, Cla mengangguk dengan senyuman yang menggemaskan.

"Kamu lucu banget!" Varo mencubit dagu Cla gemas."Aku pergi dulu mbak." pamit Varo. Tapi dia batal melangkah dengan pertanyaan Farah.

"Oya, apa Melinda menyukai kado dari Mbak?" tanya Farah.

"Kado?" dahi Varo mengerut.

"Iya, Mba membeli kado untuknya. Mba belum sempat memberi Melinda hadiah ulang tahunnya yang kemarin. Semalam Mba membeli tas branded sebagai kado ultahnya. Mba meminta Zara membawa kado itu di kamar kalian! Mba suruh dia meletakkan di tempat tidur. Mba ingin memberi kejutan pada Melinda dengan kado itu."

Deg! hati Varo tersentak.

"Zara yang meletakkan kado itu semalam di kamar kami?" tanya Varo untuk meyakinkan kembali perkataan Farah.

"Iya, Mba minta tolong padanya untuk mampir ke kamar kalian meletakkan kado itu."

Varo tercengang. Jangan jangan wanita itu memang Zara, dan bisa jadi Zara. Varo ingat saat dia berendam di bak kamar mandi, telinganya mendengar ada seseorang yang membuka pintu dan masuk. Orang itu pasti Zara, yang dia kira adalah Melinda yang telah pulang. Zara masuk untuk meletakkan papar bag berisi hadiah ulang tahun atas perintah Farah.

"Semalam kamu pulang kan? Apa Zara memberikan kado itu padamu?" tanya Farah.

Varo gugup."Aku belum pulang saat Zara mengantar benda itu." Varo berbohong.

"Oh gitu. Terus apa Melinda menyukai kado Mbak?"

"Tentu, Melinda sangat suka."

"Syukurlah. Ya sudah, Mba ke kamar dulu. Kamu berangkat saja ke kantor!"

Farah meninggalkan Varo yang mematung ditempatnya. Varo menghela nafas kasar dengan pikiran yang kacau. Jika benar wanita yang di tiduri adalah Zara, berarti dia telah melecehkan adik iparnya yang merupakan istri Bobi.

Tiba tiba Varo teringat benda kecil yang di temukan di atas tempat tidur. Dia akan mencari tahu punya siapa. Karena dia yakin itu bukan kepunyaan Melinda.

Varo menaiki tangga, dia ingin memeriksa cctv untuk meyakinkan Zara yang masuk ke kamarnya atau wanita lain. Tapi dia kecewa karena cctv di depan kamarnya dengan Melinda sudah tidak berfungsi.

Fokus Varo buyar mendengar suara tapak sendal menuruni tangga. Dia melihat Zara yang sedang menuruni tangga. Wanita itu terlihat tenang dan biasa saja saat melewatinya. Zara malah memberikan senyuman tipis untuk menegurnya. Lalu terus menuju dapur untuk mencuci piring dan bersih bersih dapur.

Bersambung.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!