Bab.5

Happy Reading.

Zara yang berjalan sembari memikirkan membayangkan wajah mengemaskan si kecil Zio dan Zia salah langkah dan berjalan ke tengah jalan. Zara tidak menyadari sebuah mobil sedang melaju ke arahnya sambil membunyikan klakson. Zara terkejut, tapi tidak bisa menghindar karena gugup dan panik. Kakinya terasa kaku tidak bisa di gerakkan. Zara sudah pasrah dengan apa yang akan menimpanya."Allahuakbar!" pekiknya sembari mengangkat kedua tangan seolah melindungi dirinya.

Tapi sebelum mobil itu menabrak tubuhnya, sebuah tangan kekar lebih dulu menyambar tubuhnya dengan cepat. Tubuh Zara jatuh ke dalam pelukan sang penyelamatnya. Untuk beberapa saat dunia seakan berputar, tatapan keduanya bertemu tapi tidak ada yang berucap. Keduanya larut dengan gejolak pikiran masing-masing.

Setelah menyadari kalau dirinya selamat, Zara melihat siapa yang telah menolongnya. Zara terkejut melihat wajah Varo."T_tuan."

Seketika bayang bayang kelam semalam kembali muncul di kepalanya. Zara menarik diri dari dekapan Varo. Tapi Varo tidak melepas adik iparnya itu, dia mempererat pelukannya, lalu mengangkat tubuh Zara dan di bawah ke mobil. Varo tahu tidak mungkin Zara berjalan dengan keadaan yang masih syok dan ketakutan dengan kejadian barusan. Varo dapat merasakan tubuh mungil ini gemetar dan lemah, wajah pucat pasi.

"Tuan, Anda mau bawa saya kemana? Turunkan saya." Zara terkejut. Dia berontak untuk turun.

"Diam." sentak Varo pelan di selingi tatapan tajam. Sukses membuat Zara tak lagi membuka mulut.

Varo berjalan cepat ke arah mobilnya. Lalu mendudukkan Zara ke dalam mobil. Zara langsung meringsut mundur. Dia mau keluar lewat pintu sebelah, tapi terkunci. Selanjutnya Varo menyusul masuk dan menutup pintu.

"Apa yang kau lakukan tadi? Kau ingin bunuh diri? Apa kau sudah tidak waras, hah? Bagaimana jika aku terlambat menolong mu?" pertanyaan beruntun di lontarkan Varo dengan suara meninggi antara marah dan cemas. Untung saja dia datang tepat waktu. Varo memang berniat menemui Zara untuk menanyakan kejadian semalam. Sengaja dia mempercepat rapat di kantor. Kejadian kelam semalam membuatnya tidak fokus bekerja. Dia teringat terus pada Zara. Apa benar Zara wanita itu? Varo ingin semuanya jelas agar tidak ada yang tersakiti oleh keadaan yang terjadi semalam.

Setelah rapat selesai, dia langsung pulang. Dalam perjalanan dia melihat Zara yang berjalan di trotoar sambil melamun. Makin lama langkah Zara malah merembes ketengah jalan. Varo berpikir Wanita itu putus asa dan akan mengambil jalan pintas dengan berniat mengakhiri hidup. Entah kenapa Varo merasa ketakutan jika terjadi apa apa pada wanita itu. Tanpa memperdulikan keselamatannya, dia segera keluar dari mobil dan berlari cepat menyambar tubuh Zara. Untungnya keduanya lolos dari hantaman mobil.

"Zara, kau dengar aku bertanya?" sentak Varo kembali karena Zara hanya diam seperti orang linglung dan masih terlihat takut, wajahnya yang pucat pasi, kedua tangan gemetar.

"Sa_saya___!" Zara ketakutan hingga tiba bisa melanjutkan kalimat. Padahal dia tidak berniat untuk bunuh diri. Dia sendiri tidak menyadari sudah berada di tengah jalan karena melamun. Dia tidak menyangka Varo menyelamatkannya. Kenapa kakak iparnya ini bisa berada di tempat itu?

Varo menghela nafas menyadari ketakutan Zara. Dia berusaha menurunkan emosinya. Agar wanita ini tidak takut. Dia harus menunggu sampai Zara tenang. Lama keduanya terdiam hingga tak terdengar lagi Isak tangis Zara. Gemetar menghilang dari kedua tangannya. Wajahnya juga berubah normal kembali tidak pucat seperti tadi.

Varo tidak tahan lagi untuk bertanya. Dia menatap Zara yang berada di sampingnya.

"Zara, apa kau sudah tenang?" suara Varo di lembutkan. Dia ingin memastikan keadaan Zara.

Zara mengangguk pelan. Meski dia masih takut. Kedua tangannya terkepal erat di atas paha. Berada di dekat Varo membuatnya tidak tenang.

"Kamu jangan takut dengan saya. Saya adalah kakak iparmu. Saya baru tahu dari Mba Farah tadi kalau kamu adalah istri Bobi! Maaf, saya mengira kamu adalah pengasuh Cla." kata Varo masih dengan suara di lembutkan.

"Kenapa kamu ingin bunuh diri?" Varo menatap serius wajah yang tertunduk. Kedua tangan saling menggenggam diatas paha. Varo memperhatikan setiap inchi wajah wanita yang merupakan adik iparnya ini. Wajah yang terlihat teduh menenangkan. Juga__Cantik. Varo tak menampik hal itu. Wanita ini benar benar cantik alami tanpa polesan. Wajah manis, alisnya yang basah tampak lentik sangat menarik, kulitnya yang putih, mulus tanpa noda dengan bibir mungil berwarna merah alami yang terlihat lembab. Tanpa sadar Varo meneguk Salivanya.

"Sa_saya tidak sadar sudah berada di tengah jalan Tuan." jawab Zara terbata.

"Apakah itu suatu jawaban?" Varo terus menatapnya dari samping.

Zara tidak mengerti pertanyaan Varo. Dia menoleh ke sebelah melihat Varo dengan bingung.

"Apa penyebab sampai kau tidak sadar sudah berada di tengah jalan? Kamu pasti sedang memikirkan sesuatu?" tanya Varo memperjelas perkataannya agar di mengerti adik iparnya ini. Varo senang dapat melihat wajah Zara.

"Sa_saya sedang melamun tadi." ucap Zara terbata, lalu kembali menunduk.

"Apa yang kau lamunkan sampai tidak menyadari sudah berada di tengah jalan dan hampir mengalami kecelakaan?" Varo akan mendapatkan jawaban jika Zara berkata jujur. Mungkinkah Zara sedang memikirkan kejadian semalam.

"Apa ada masalah yang menggangu pikiran mu?"

Zara terkesiap, terdiam beberapa saat. Dia tentu tidak mau mengatakan penyebabnya. Zara menelan ludahnya yang terasa pahit.

"Zaraniyah Arafah, saya sedang bertanya padamu. Jawab!" kata Varo karena wanita ini hanya diam.

Zara kaget. Varo tahu nama lengkapnya? Varo tentu tahu karena tadi Varo mencari tahu tentang adik iparnya ini, karena sebelumnya Varo memang tidak tahu siapa istri Bobi.

"I_itu__! Bukan apa apa Tuan. Hanya teringat keponakan dan saudara di kampung." jawab Zara terbata. Selain melamunkan kedua keponakannya, bayangan kejadian kelam semalam ikut menari di pikirannya. Tapi tidak mungkin dia mengatakan hal itu pada Varo. Justru dia ingin merahasiakan kejadian itu selamanya.

"Baik, saya tidak ingin bertanya apa yang kau pikirkan. Saya ingin menanyakan hal lain sama kamu. Saya harap kau jujur." Varo tidak ingin mempertanyakan apa yang di pikirkan Zara hingga hampir kecelakaan. Varo yakin Zara sepertinya berbohong.

Deg, hati Zara tersentak. Apa Varo akan menanyakan siapa wanita semalam dan Varo curiga kalau wanita itu adalah dirinya?

"Tu_tuan ingin bertanya apa?" tanya Zara gugup tanpa sadar melihat wajah Varo.

Tuan? Varo menatap dalam-dalam manik coklat indah di depannya ini. Seformal itu Zara memanggilnya padahal tadi dia sudah mengatakan kalau dia adalah kakak ipar Zara.

"Aku ingin bertanya, Apa semalam__!" giliran Varo yang tidak dapat melanjutkan pertanyaannya. Lidahnya terasa kelu. Lehernya terasa tercekik. Dia khawatir pertanyaannya akan membuat Zara kembali takut dan terluka.

"Tuan ingin bertanya apa?" Zara balik bertanya pura pura bingung. Padahal saat ini jantungnya berdebar tak karuan.

"Apa semalam kamu masuk ke kamar saya dan Melinda?"

Zara panik. Tapi dengan cepat dia menggeleng."Tidak."

"Kamu yakin?" tanya Varo lagi.

Zara mengangguk cepat. Hatinya semakin gelisah tak karuan. Jantung berdebar kencang."Tuan, saya sudah terlalu lama pergi. Mba Farah pasti sedang menunggu saya. Beliau menyuruh saya belanja bahan bahan dapur. Saya permisi dulu!" ujar Zara buru buru mencari alasan agar bisa lepas dari Varo. "Permisi!" Zara hendak membuka pintu. Tapi Varo menahan lengannya. Tentu saja Zara kaget dan menepis tangan Varo, membuat pria itu terkejut.

"Kenapa kamu buru buru sekali? Saya belum selesai bicara. Kamu tenang saja, Saya akan menghubungi mba Farah!" Varo menahan kembali lengan Zara.

"Lepas, jangan sentuh!" sentak Zara dengan suara parau. Sentuhan ini membuatnya teringat kejadian semalam. Matanya seketika berkaca-kaca.

"Lepas? Jangan sentuh?" Varo menatap dalam dalam wajah wanita yang merupakan adik iparnya ini. Dia teringat teriakan Zara semalam yang meminta untuk di lepas dan jangan di sentuh.

"Semalam, saya beberapa kali mendengar kata kata kata kata seperti itu di dalam kamar ku dan Melinda. Tapi bukan Melinda yang meminta." kata Varo memancing Zara.

Zara kembali di buat terkejut, dan panik. Dia ingat, semalam beberapa kali meneriakkan kedua kata itu dalam tangisannya.

"Tuan, saya tidak mengerti apa yang anda pertanyakan dan katakan! Biarkan saya turun. Sebentar lagi jam makan siang!" Zara menarik tangan hingga pegangan Varo terlepas. Zara membuka pintu hendak keluar, tapi suara Varo membuatnya bergeming.

"Tetaplah di dalam mobil, saya akan mengantar kamu ke supermarket!" Varo berpikir untuk tidak melanjutkan mencari tahu melihat ketakutan Zara, terlebih tadi hampir mengalami tabrakan. Dia akan bertanya nanti setelah wanita ini benar benar sudah tenang.

"Tidak perlu Tuan, supermarket sudah dekat. Tuan juga pasti sibuk." tolak Zara.

"Saya tidak mau penolakan." Kata Varo tegas. Dia memajukan tubuhnya kepada Zara, reflek Zara mundur. Kedua tangan bergerak cepat mendorong tubuh Varo. Ketakutan melanda dirinya, mau apa pria ini?

Tapi dorongan ke dua tangannya tidak berarti bagi Varo."Zaraniyah Arafah, saya mau menutup pintu, bukan mau macam macam. Kamu kenapa tampak begitu takut dan menjaga jarak pada saya? Seolah saya pernah menyakiti kamu." kata Varo yang langsung membuat Zara terdiam.

Selanjutnya Varo menutup pintu mobil, lanjut memasang sabuk pengaman ke tubuh Zara, lalu menyalakan mesin mobil.

"Tuan __!" Zara tetap menolak untuk di antar karena tidak mau berdua dengan pria ini m

Varo mengabaikan panggilan wanita itu. Dia segera melaju perlahan.

"Saya bisa pergi sendiri Tuan!" Zara tetap menyerukan penolakan karena tidak nyaman.

"Saya ada keperluan di rumah. Barang saya ada yang ketinggalan. Satu lagi, sekalian saya juga mau makan siang di rumah. Jadi saya ngantar kamu biar lebih cepat!" akhirnya Varo menjawab begitu. Dan jawabannya berhasil membuat Zara tidak protes lagi.

Sampai di supermarket, Zara yang turun untuk membeli keperluan dapur. Dia meminta Varo untuk pergi saja, tapi pria yang merupakan kakak iparnya itu bersikeras menunggu di mobil. Sebenarnya dia ingin ikut menemani Zara mengingat kondisi Zara tidak fit. Tapi Zara menolak dengan alasan tidak nyaman dan tidak mau merepotkan.

Varo luruh tidak memaksa ikut lagi. Sesuai kesepakatan Varo menunggu di mobil. Zara lega karena pria itu tidak memaksa ikut berbelanja, Zara tidak ingin ada yang melihat mereka pergi bersama karena akan menimbulkan kecurigaan. Terpenting dari itu Zara tidak nyaman pergi berdua dengan kakak iparnya itu.

Setelah belanja bahan bahan makanan, keduanya pulang. Bersama sama masuk dengan kedua tangan penuh tas kresek.

"Kalian bisa pulang bersama?" tanya Dewi dengan heran melihat keduanya datang bersama dengan tangan menjinjing tas berisi belanjaan. Tatapan Dewi mendelik pada Zara.

Beberapa detik, muncul Farah di belakang Dewi."Kalian pulang bersama? Apa kalian belanja bersama Dek?" Farah ikut bertanya, pertanyaannya di tunjukkan pada Navaro yang setahunya sedang bekerja di kantor.

"Kebetulan saya dalam perjalanan pulang dari kantor. Saya melihat Zara sedang menunggu taksi di jalan. Saya ajak sekalian!" jawab Varo segera. Sedangkan Zara yang tidak tenang mendengar pertanyaan ke dua wanita itu sedikit tenang mendengar jawaban Varo.

"Oh baguslah. Kasihan Zara kerepotan cari taksi. Untung kamu lewat. Maaf Zara, Mba merepotkan mu! Ayo masuk ke dalam." pungkas Farah. Dia mengambil sebagian belanjaan dari tangan Zara.

Zara masuk dengan menjinjing bahan bahan belanja di ikuti Farah.

Dewi ikut masuk"Tumben kamu pulang siang ke rumah!" tanyanya pada Varo.

"Mau makan siang di rumah Bu. Mba Farah mau memasak untuk ku. Aku akan betah makan di rumah jika ada makanan!" jawab Varo. Dia ikut melangkah mengikuti Zara dan Farah membawa kresek belanja yang cukup banyak.

Kembali kata Varo mengusik hati Dewi. Dia memang tahu kalau menantunya ini lebih suka makan makanan rumah, tapi Melinda tidak pernah menyiapkan makanan untuk Navaro. Putrinya itu tidak tahu memasak dan malas belajar.

Dewi segera melipir ke kamarnya menghindari Varo. Sekalian untuk membangunkan Melinda yang tidur di kamarnya. Dia harus bisa membuat Melinda mengurus keperluan Varo, menantunya yang kaya raya itu.

"Mana Cla Mba?" tanya Varo begitu meletakkan belanjaan.

"Cla sedang tidur. Tadi kecapean mainnya." jawab Farah membantu Zara mengatur bahan bahan makan di kulkas besar.

"Kamu cepat banget pulangnya. Kita belum masak!" kata Farah lagi.

"Tadi rapatnya cepat kelar. Aku gak ada agenda apapun sampai jam 2 siang. Jadi aku langsung pulang mau nagih janji kalian untuk makan siang." kata Varo seraya menoleh pada Zara yang terlihat sibuk.

"Ya sudah, kamu tunggu bentar, kami masak dulu! Kami akan masak makanan kesukaan kamu." jawab Farah.

"Oh ya Melinda ada di kamar Tante Dewi. Dia tidur di sana! Kamu lihat istrimu dulu!"

"Melinda pasti tidak ingin di ganggu. Dia pasti capek dan lelah dengan kesibukannya hingga tidak pulang semalam, biarkan saja dia tidur!" kata Varo ketus.

"Navaroo..... jangan berkata begitu! Kamu sendiri sudah tahu pekerjaan istrimu seorang model." Farah menatapnya mendelik meminta agar adiknya ini mengerti pekerjaan Melinda. Farah sendiri sebenarnya kecewa dengan kelakuan Melinda yang mengabaikan Varo dengan tidak pulang semalam padahal Melinda tahu Varo telah balik dari Amerika setelah sebulan sibuk kerja di luar negeri. Apa Melinda tidak merindukan suaminya? Apa pekerjaan lebih penting dari Varo yang sudah sebulan tidak pulang? Apa Melinda tidak merindukan suaminya?

"Sudahlah Mbak. Aku tidak mau membahas pekerjaannya. Ujung ujungnya berdebat. Aku capek berdebat terus. Lebih baik aku lihat Cla dulu!" sanggah Varo yang malas membicarakan Melinda.

"Tapi jangan di ganggu. Cla baru saja tidur." sergah Farah.

"Paling nyium doang." Varo terkekeh, lalu melengos pergi setelah sebelumnya melirik ke arah Zara yang sedang sibuk mencuci sayuran. Sayangnya Zara sibuk dengan pekerjaannya dan tidak menyadari tatapannya. Pria itu ke kamar tamu di mana keponakannya tidur.

Sedangkan Farah hanya geleng kepala dengan tingkah adik sepupunya itu.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Jamayah Tambi

Jamayah Tambi

Apa jadi kalau ketahuan/CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy/

2025-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!