Bab.3

Happy Reading.

Varo terus memikirkan wanita yang di tiduri semalam. Juga ketidak pulangan Melinda semalam. Pantas saja wanita itu melakukan perlawanan dan menangis, meminta untuk jangan di sentuh dan meminta untuk di lepas.

"Aku benar benar pria bejad! Seharusnya aku tidak mengikuti kemauan mereka untuk minum semalam." umpat Varo di dalam hati mengumpat dirinya yang menerima ajakan jamuan makan malam rekan rekan bisnisnya yang ternyata malah menjebaknya.

Terlalu fokus dengan lamunannya, tidak menyadari kalau dia sudah berada di bawah.

"Navaro!" panggilan lembut mengalihkan dunia lamunan Varo. Dia menoleh ke arah suara.

"Mba Farah?" Varo terkejut melihat kakak sepupunya ini. Senyuman langsung terbit di wajah tampannya.

"Halo Nav,,!" Farah tersenyum. Farah lebih suka memanggil Varo dengan Nav, bukan Varo.

Varo mendekati meja makan. Di sana juga ada Dewi ibu mertuanya. Dan ___? Varo melihat Zara yang belum di ketahui nya adalah istri Bobi, juga sebagai adik ipar Melinda dan tentu adik iparnya juga.

Wanita itu tengah menyuapi Cla yang berada dalam pangkuannya. Mungkin pengasuh Cla, pikir Varo. Karena kakak sepupunya ini memperlakukan pengasuh Cla sama. Pengasuh Cla bisa makan semeja dengan tuan rumah.

Varo memeluk Farah yang langsung di balas Farah."Kamu makin tampan saja dek!" mengelus lengan Varo.

Varo terkekeh"Mba juga makin cantik." Varo ikut memberi pujian pada kakak sepupunya ini. Yang ikut di balas Farah dengan kekehan. Varo mengecup puncak kepala kakaknya."Sudah berapa hari di sini?"

"Tiga hari." jawab Farah kembali duduk.

"Mas Nizam?" Varo menanyakan suami Farah.

"Kebetulan mas Nizam ada kerjaan di jakarta. Mba ikut karena ingin mengunjungi Tante Dewi. Tante Dewi meminta Mba tinggal di rumahnya dari pada menginap di hotel." jawab Farah menjelaskan yang langsung di mengerti oleh Varo.

"Kamu pulang ke rumah ini semalam Varo?" tanya Dewi yang kaget dengan keberadaan Varo saat melihat Pria itu menuju meja makan. Dia mengira Varo pulang ke rumah orang tuanya.

"Iya Bu." jawab Varo seadanya. Varo mendekati Cla."Halo sayang, kamu tambah cantik dan Gemoy aja!" Varo melayangkan kecupan di pipi kanan bocah yang berada dalam pangkuan Zara. Yang langsung di tanggapi Cla dengan tawa gemasnya. Dia menjulurkan ke dua tangannya pertanda minta di gendong Varo.

Zara segera berdiri, lalu menyerahkan Cla yang langsung di sambut Varo di sertai lirikan sekilas ke wajah Zara. Entah kenapa matanya ini tertarik melirik Zara. Selanjutnya Varo melabuhkan banyak kecupan di wajah mungil ponakannya. Varo mengangkat tubuh Cla ke atas, mencium perut bocah itu. Cla tertawa geli. Kedua tangannya memegang rambut Varo."Paman rindu sama Cla! Kamu makin gede aja." Varo terus mengangkat tubuh Cla ke atas dan menyerang perut dan kedua pipi bocah itu dengan ciuman bertubi tubi. Sudah dua bulan dia tidak melihat ponakannya ini. Meski Farah hanya sepupunya, tapi dia dekat dengan Farah dan Cla.

"Sudah sudah, nanti jas dan rambut kamu kotor. Lihat tuh, rambutmu jadi berantakan!" tegur Farah. Karena kedua tangan Cla tadi memegang biskuit dan makanan, bisa mengotori jas dan rambut Varo.

Varo meletakkan kembali Cla di pangkuan Zara karena bocah itu menunjuk Zara. Secara tidak sengaja, lagi lagi Varo melirik wajah Zara. Hidung mancungnya menyerap aroma tubuh Zara, bercampur telon milik Cla. Wanita ini terus diam.

Farah merapikan rambut Varo yang di berantakin Cla."sudah cakep kembali!" celetuk Farah.

"Makasih Mbak!" ucap Varo di sertai cubitan lembut di dagu mbaknya.

Farah menanggapi dengan senyuman. Meski keduanya hanya sepupu, Varo dan Farah sangat dekat seperti kakak dan adik kandung.

Varo segera duduk di bangku yang berada di dekat Zara karena Cla menggapai tangannya. Cla memegang jari telunjuk besar Varo.

"Jam berapa kamu pulang semalam? Kenapa tidak membangunkan ibu?" sahut Dewi kembali.

"Jam 10. Ibu sudah tidur, aku tidak enak membangunkan. Aku langsung masuk kamar dan tidur!" jawab Varo tanpa ekspresi.

Sementara Zara hanya mendengar perbincangan mereka dalam diam.

"Mana Melinda? Kenapa tidak ikut turun dengan mu?" tanya Dewi.

"Anak ibu baru pulang, capek katanya. Langsung tidur." Jawab Varo menyindir tanpa melihat wajah ibu mertuanya.

Kata kata Varo menusuk sangat terasa di hati Dewi. Dewi menangkap ada kekesalan dari ucapan Varo yang di tujukan pada putrinya. Dewi mengumpat Melinda Dalam hati, seharusnya Melinda pulang dan menyambut kepulangan Varo. Dewi sudah menasehati Melinda berulangkali tapi anak itu pembangkang.

Farah melirik tajam pada Varo karena kata katanya yang sengaja di ucapkan untuk menyindir Melinda lewat Dewi. Varo mengabaikan tatapan tajam mbaknya itu karena merasa sangat kesal pada melinda yang mengabaikan kepulangannya, padahal keduanya sudah sebulan tidak bersama dan tiga bulan tidak melakukan hubungan intim.

Farah beralih melihat putrinya yang tidak mau melepas jari Varo."Cla, lepas tangan paman. Paman mau makan!" kata Farah lembut pada putrinya. Tapi cla tidak mau melepas telunjuk Varo. Terpaksa Zara membantu melepas dengan menarik tangan Cla pelan pelan agar tidak menyentuh kulit Varo. Wajah Cla yang cemberut terlihat mengemaskan, tapi setelah di bujuk bocah itu melepas jari Varo dan kembali makan dengan di suapi Zara.

"Kenapa Kamu memakai hijab dalam rumah? Biasanya kamu tidak mengenakan hijab dan pakaian panjang tertutup!" tanya Dewi yang terusik dengan pakaian tertutup yang Zara kenakan. Biasanya Zara tidak mengenakan hijab saat berada di dalam rumah, hanya saat keluar atau ke kampus Zara mengenakan hijab.

Zara kaget dan gugup seketika. Dia tidak menyangka ibu mertuanya sampai memperhatikan pakaiannya."I ini,, aku tidak enak badan Bu, semalam aku demam." jawabnya terbata karena mengarang cerita. Tanpa sadar dia melirik Varo yang saat ini tengah menatapnya juga. Zara cepat melihat ke arah lain.

Sementara Varo terkesiap mendengar suara Zara. Suara ini terasa familiar. Meski dia mabuk dan sedang terpengaruh reaksi obat perangsang, dia bisa mengenali suara wanita semalam yang menangis dan meminta di lepas. Zara menatap wajah Zara, Tidak mungkin wanita itu adalah Zara, pengasuh keponakannya. Atau mungkin suara wanita semalam yang mirip dengan suara Zara?

"Ya tuhan, kamu demam semalam? Kok gak kasih tahu Mbak. Ini Pasti karena semalam mbak ajak keluar!" Farah jadi panik setelah mendengar jawaban Zara.

"Bukan karena itu mbak, tapi karena semalam saya mandi malam. Tubuh saya gerah karena berkeringat." bohong Zara lagi. Dia merasa bersalah karena telah membohongi Farah. Dia sengaja memakai pakaian tertutup dan juga hijab karena untuk menutupi tanda tanda merah di leher dan bagian tubuhnya yang lain.

"Kalau begitu Mbak akan ajak kamu ke dokter setelah ini." pungkas Farah.

Zara menggeleng cepat."Tidak perlu Mbak. Semalam sudah minum obat. Alhamdulillah sudah agak mendingan. Nanti saya akan minum obat kembali!" tolak Zara segera.

"Benar? Mbak khawatir lho Za...!" tanya Farah dengan ekspresi khawatir.

"Benar Mbak. Saya sudah merasa mendingan Kok!" Zara meyakinkan.

"Baiklah. Tapi kalau demam kamu kambuh dan tidak sembuh, kita ke rumah sakit yaa!" kata Farah.

Zara mengangguk. Akhirnya masalah pakaian selesai tidak ada yang mempertanyakan lagi. Zara lega. Dewi juga tidak berkomentar lagi.

"Zara, sini Cla sama mbak. Kamu makan dulu!" kata Farah.

Zara mengangkat tubuh Cla untuk di serahkan ke mamanya, tapi bocah itu malah meluk leher Zara."Ga mau! kla mau ante za la!" jawab anak itu terbata bata. Masih kurang lancar bicara.

"Sayang, Tante Zara mau makan. Cla sama mama dulu. Nanti setelah Tante Cla selesai makan, Cla bisa bersama Tante Zara lagi!" bujuk Farah.

"Biarkan saja Farah. Zara bisa makan nanti!" sahut Dewi seraya melihat Zara dengan tatapan datar.

"Gak apa apa Mbak. Nanti saja saya makannya!" sahut Zara yang sejak tadi diam karena menekan ketakutan dan kecemasan dengan keberadaan Varo di dekatnya.

"Cla anak mama cantik dan pintar. Sini sayang!" bujuk Farah kembali karena Cla tidak mau melepaskan Zara. Farah tidak menyangka, putrinya sangat menyukai Zara.

Setelah di bujuk beberapa kali akhirnya Cla nurut. Dia mau pindah ke pangkuan Farah. Dewi sudah selesai makan. Farah juga, tinggal Varo yang menyelesaikan makanannya.

"Ibu ke atas dulu mau menemui Melinda." pamit Dewi. Wanita paruh baya itu segera meninggalkan meja makan. Ada hal penting yang ingin di bicarakan pada putrinya yang pembangkang itu.

"Iya Tante." sahut Farah.

Varo tidak menanggapi, dia melanjutkan menikmati nasi goreng.

"Tumben kamu makan banyak, biasanya sarapan sekedarnya saja!" kata Farah melihat Varo yang menambah nasi goreng, juga makan dengan lahap.

Varo menanggapi dengan nyengir kecil.

"Enak soalnya!" katanya.

"Tentu saja enak. Zara yang masak. Dia juga pintar memasak makanan lain! Beberapa hari tinggal di sini, porsi makan Mba jadi bertambah karena masakannya. Mbak khawatir berat badan Mbak bakal naik."kata Farah kembali memuji Zara.

"Oh ya?" tanggapan Varo dengan dahi mengerut saat tahu kalau makanan ini hasil tangan Zara. Dia menoleh, melihat wajah pengasuh Cla yang asik bermain dengan Cla yang berada di pangkuan mbaknya.

"Tentu saja. Mba gak nyangka Zara pintar masak." Farah masih memuji Zara.

Sedangkan Zara hanya diam mendengar dirinya menjadi bahan perbincangan kakak beradik ini. Dia pura pura bermain dengan Cla.

"Terimakasih atas sarapan pagi yang enak ini Zara!" ucap Farah tulus.

"Mba terlalu berlebihan. Saya senang jika Mba suka dengan masakan saya!" ujar Zara senyum canggung.

"Bukan hanya Mba yang suka, Nav juga!" Farah menunjuk piring makan Nav dengan dagu.

Zara kembali tersenyum tipis."Alhamdulillah Mba!"

"Makan siang nanti aku akan pulang!" kata Varo.

"Baiklah! Nah Zara, kita masak yang enak untuk makan siang nanti." kata Farah yang mengerti maksud Varo ingin makan siang di rumah. Adik sepupunya ini sepertinya ketagihan masakan Zara.

"Iya Mbak!" jawab Zara.

"Zara, sebaiknya kamu sarapan!" kata Farah karena Zara belum sarapan dan hanya sibuk melayani Cla.

"Saya belum lapar," kata Zara yang tidak memiliki selera makan.

"Suami kamu tidak pulang semalam?" tanya Farah melihat Zara yang tampak tidak bersemangat.

Zara menggeleng pelan."Mungkin banyak kerjaan. Saya mau menghubunginya. Saya pamit ke kamar dulu ya?"

Farah mengangguk."Ya sudah." Dia kasihan pada Zara karena Bobi tidak pulang semalam. Bahkan selama tiga malam dia menginap di sini, Bobi tidak pulang ke rumah. Pria itu balik ke rumah saat siang, terus mandi lalu pergi lagi.

Zara meletakkan Cla di pangkuan Farah, untung bocah itu nurut.

"Saya hanya sebentar, nanti saya akan turun dan membereskan meja makan! Permisi!" kata Zara pamit. Dia melangkah keluar dari meja makan, berjalan pelan meninggalkan kakak beradik itu.

"Tunggu Zara, kamu kenapa? Kenapa jalannya begitu?" tanya Farah melihat Zara berjalan pelan dan seperti orang pincang.

Varo yang juga menatap cara berjalan wanita itu juga heran. Jalan Zara yang tertatih. Dia tiba tiba curiga mengenai sesuatu.

Zara terkejut. Langkahnya terhenti seketika. Kenapa dia bisa sampai tidak menyadari hal itu? Zara benar benar lupa. Dia segera berbalik melihat kakak beradik yang sedang menatapnya."I_itu, kaki saya terkilir, tadi tidak sengaja terpeleset di kamar mandi!" bohong Zara segera. Dia gugup karena tidak enak berbohong.

"Ya Tuhan. Kenapa kamu gak hati hati! Harus segera di obati. Nanti Mba minta Nav untuk menghubungi dokter keluarga. Kamu juga harus mendapatkan pijatan dari tukang urut!" kata Farah yang terkejut dengan hal yang menimpa Zara.

"Gak perlu mbak. Sakitnya sudah berkurang kok. Tadi saya sudah minum obat pereda nyeri dan memijit sendiri." tolak Zara segera.

"Yakin kamu?"

"Benar Mbak, ini sudah agak enakan kok!" jawab Zara serius untuk meyakinkan."Kalau begitu saya ke kamar dulu!"

"Ya sudah. Kamu lain kali hati hati."

"Iya mbak." Zara kembali melanjutkan langkah. Dia memperbaiki cara jalannya.

Sementara Varo merasa ada yang janggal dengan cara berjalan wanita itu.

"Zara siapa Mbak?" tanya Varo.

Teringat perkataan Farah kalau suami Zara tidak pulang semalam.

"Ya ampun kamu ini." Zara agak terkejut mendengar pertanyaan Varo."Zara itu istrinya Bobi. Memangnya kamu gak tahu?"

Varo terkesiap mendengar jawaban Farah. Varo tahu Bobi sudah menikah. Tapi dia tidak tahu siapa istri Bobi. Saat Bobi menikah, dia tidak hadir karena pernikahan Bobi di lakukan secara mendadak dan sederhana, sementara dia punya urusan bisnis yang bisa di tinggi atau di wakilkan pada asistennya.

"Jadi dia istri Bobi?" tanya Varo menatap serius wajah Farah.

"Iya, kamu benar gak tahu?" Farah bingung Varo tidak mengetahui Zara sebagai istri Bobi.

"Gak, ku pikir pengasuh Cla."

"Ya ampun kamu ini. Adik ipar sendiri tidak di ketahui!" Farah menatap melotot pada Varo, lalu tertawa kecil.

"Mba tahu sendiri aku gak hadir saat Bobi menikah. Aku berada di luar negeri. Pernikahannya di lakukan secara mendadak. Makanya aku tidak tahu siapa istrinya."

"Apa Melinda tidak mengatakan padamu tentang adik iparnya?"

Varo menggeleng. Mana sempat Melinda mengurusi orang lain. Dia yang notebene suami Melinda saja terkadang tidak di pedulikan oleh wanita yang merupakan istirnya itu.

"Namanya Zara,,,Zaraniyah Arafah! Zara dan Bobi di jodohkan oleh om Azzam. Zara masih keponakan Om Azam, dan sepupu Bobi dan Melinda. Jadi Zara itu adik ipar mu!" Farah menjelaskan.

Varo mengangguk paham, Zara adalah adik iparnya. Varo teringat lagi kejadian semalam. Dia ingin menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan filing hatinya saat mendengar suara Zara tadi yang mirip dengan suara wanita semalam.

"Oh ya Mba. Siapa saja yang tinggal di rumah ini? Karena yang aku tahu hanya ibu Dewi, Melinda dan Bobi, termasuk mbak saat ini! Aku lama tidak ke sini. Mungkin rumah ini ketambahan penghuni selain Zara." tanya Varo pelan pelan mengatur kata agar tidak menimbulkan kecurigaan kakak sepupunya.

Farah tampak berpikir, mengingat siapa saja penghuni rumah ini."Setahu mbak hanya Tante Dewi, Melinda, Bobi dan Zara. Terus mbak, Cla dan kamu." katanya kemudian.

"Kalau Pelayan bagiamana?" tanya Varo lagi.

"Tidak ada. Tante Dewi sudah memberhentikan pelayan sejak empat bulan lalu dengan alasan pekerjaan mereka tidak becus. Hanya Zara yang selalu membersihkan rumah, mencuci pakaian dan masak. Tante Dewi tidak mempekerjakan kembali pelayan seorang pun! Katanya Zara bisa menangani pekerjaan rumah sendiri." jawab Farah.

Varo bergeming mendengar perkataan kakaknya."Apa mungkin Zara wanita itu?" batinnya. Tapi dia masih ragu. Varo berperang dengan hatinya. Varo berniat akan mencari tahu secepatnya.

"Kasihan juga Zara mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri." keluh Farah. Tiga hari tinggal di rumah ini, dia menyaksikan bagaimana sibuknya Zara mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti seorang pembantu. Sedangkan Dewi dan Melinda ongkang-ongkang kaki memerintah seenaknya.

"Nanti Mba carikan pelayan untuk membantu Zara." kata Varo. Entah kenapa dia simpatik pada Zara. Dia tidak mau Zara di jadikan pembantu di rumah ini oleh Melinda dan Dewi. Karena dia tahu watak kedua wanita itu.

"Kamu serius?"

Varo mengangguk."Atau ajak saja sala satu pelayan di rumah Mami. Pelayan di rumah Mami kan banyak." kata Varo menyarankan untuk membawa sala satu maid dari rumah orang tuanya. Karena di sana banyak pelayan yang dapat di percaya.

"Kalau Tante Dewi tidak setuju bagaimana?" tanya Farah ragu seandainya Dewi tidak setuju.

"Katakan aku yang suruh, sebagai pengganti Melinda yang tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah, dan memasak untuk ku!" kata Varo. Dia yakin Dewi tidak akan menolak keinginannya.

"Alasan mu cemerlang! Baiklah, nanti Mba akan bicara dulu dengan Tante Dewi. Biar bagaimanapun Ini rumahnya, kita gak Boleh sembarangan." Farah setuju. Dia juga tidak tega melihat Zara mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri. Zara bahkan terkadang mendapatkan kemarahan Dewi, Melinda dan Bobi jika terlambat memasak.

Varo mengangguk setuju.

Cla mulai rewel, Farah segera berdiri."Mba ke kamar dulu, mau mengganti pakaian Cla."

"Iya Mbak, aku juga mau ke kantor!" Varo berdiri dan keluar dari meja. Kebetulan dia sudah selesai sarapan. Varo mendaratkan ciuman di pipi Cla "Paman ke kantor dulu. Cla jangan nakal!"

Seolah mengerti perkataan pamannya, Cla mengangguk dengan senyuman yang menggemaskan.

"Kamu lucu banget!" Varo mencubit dagu Cla gemas."Aku pergi dulu mbak." pamit Varo. Tapi dia batal melangkah dengan pertanyaan Farah.

"Oya, apa Melinda menyukai kado dari Mbak?" tanya Farah.

"Kado?" dahi Varo mengerut.

"Iya, Mba membeli kado untuknya. Mba belum sempat memberi Melinda hadiah ulang tahunnya yang kemarin. Semalam Mba membeli tas branded sebagai kado ultahnya. Mba meminta Zara membawa kado itu di kamar kalian! Mba suruh dia meletakkan di tempat tidur. Mba ingin memberi kejutan pada Melinda dengan kado itu."

Deg! hati Varo tersentak.

"Zara yang meletakkan kado itu semalam di kamar kami?" tanya Varo untuk meyakinkan kembali perkataan Farah.

"Iya, Mba minta tolong padanya untuk mampir ke kamar kalian meletakkan kado itu."

Varo tercengang. Jangan jangan wanita itu memang Zara, dan bisa jadi Zara. Varo ingat saat dia berendam di bak kamar mandi, telinganya mendengar ada seseorang yang membuka pintu dan masuk. Orang itu pasti Zara, yang dia kira adalah Melinda yang telah pulang. Zara masuk untuk meletakkan papar bag berisi hadiah ulang tahun atas perintah Farah.

"Semalam kamu pulang kan? Apa Zara memberikan kado itu padamu?" tanya Farah.

Varo gugup."Aku belum pulang saat Zara mengantar benda itu." Varo berbohong.

"Oh gitu. Terus apa Melinda menyukai kado Mbak?"

"Tentu, Melinda sangat suka."

"Syukurlah. Ya sudah, Mba ke kamar dulu. Kamu berangkat saja ke kantor!"

Farah meninggalkan Varo yang mematung ditempatnya. Varo menghela nafas kasar dengan pikiran yang kacau. Jika benar wanita yang di tiduri adalah Zara, berarti dia telah melecehkan adik iparnya yang merupakan istri Bobi.

Tiba tiba Varo teringat benda kecil yang di temukan di atas tempat tidur. Dia akan mencari tahu punya siapa. Karena dia yakin itu bukan kepunyaan Melinda.

Varo menaiki tangga, dia ingin memeriksa cctv untuk meyakinkan Zara yang masuk ke kamarnya atau wanita lain. Tapi dia kecewa karena cctv di depan kamarnya dengan Melinda sudah tidak berfungsi.

Fokus Varo buyar mendengar suara tapak sendal menuruni tangga. Dia melihat Zara yang sedang menuruni tangga. Wanita itu terlihat tenang dan biasa saja saat melewatinya. Zara malah memberikan senyuman tipis untuk menegurnya. Lalu terus menuju dapur untuk mencuci piring dan bersih bersih dapur.

Bersambung.

.

Terpopuler

Comments

Jamayah Tambi

Jamayah Tambi

Sebab tu arak tu haram.Bila kita mabuk ,otak kita dah tak betul.Semua yg jahat2 kita lakukan,seperti zina,bunuh dan apa lagi yg jahat2.Tak pernah dengar org mabuk solat,ngaji puasa dan berzikir/CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy/

2025-01-04

0

Mus Zuliaka

Mus Zuliaka

kasiannya nasib Zara dijadiin pembantu sm kluarga suami, mana gk prnah disentuh lg, tp baguslah biar nnti sm varo aja 😂

2025-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!